Mohon tunggu...
Fathur Rosy
Fathur Rosy Mohon Tunggu... Buruh - suaramu dimana-mana.

atas nama rindu, aku suarakan tulisan ini untukmu

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Perjalanan Kereta di Tiongkok Selama 53 Jam!

19 September 2019   01:26 Diperbarui: 20 September 2019   21:05 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan dimulai dari ujung utara Tiongkok, tepatnya kota Changchun.

Kami memilih untuk menaiki kereta ekonomi yang pada waktu itu, karena hanya kereta K2388 itu yang berani melintasi seluruh wilayah Tiongkok, yakni dari ujung utara Tiongkok menuju ujung selatan Tiongkok, kota Nanning. Perjalanan ditempuh selama 53 jam 26 menit menuju kota tersebut, atau sama halnya menghabiskan 2 hari di dalam kereta.

Harga tiket Changchun-Nanning K2388 dibanderol 360 Yuan per orangnya untuk kelas ekonomi, dan untuk kelas bisnis seharga 1003 Yuan, dan saya tidak menyarankan untuk membeli tiket bisnisnya, karena harganya nyaris sama dengan harga tiket pesawat Changchun-Nanning jika memesan jauh-jauh hari. 

Sebelum hari H, kami berbelanja untuk perlengkapan sandang dan pangan selama di perjalanan. Mulai dari menukarkan mata uang Yuan ke Dollar, karena di tiga negara tersebut memiliki standar kurs yang berbeda, dan untuk memudahkan dan sebaiknya memakai dollar, karena mata uang inilah yang menjadi patokan di seluruh dunia. 

Lain halnya dengan Tiongkok, jika kalian ingin menukarkan mata uang apapun, seluruh rate kurs di setiap bank bisa dipastikan sama dan tax-nya juga sama. Jadi, jangan khawatir jika kalian berada di Tiongkok.

Sebagai saran saja, diusahakan untuk membawa perlengkapan baju "sekali pakai". Kita lihat, banyak perbedaan antara turis Eropa/Barat dengan turis Asia dalam segi cara mereka berpakaian. Mereka relatif memakai jenis pakaian oblong, seperti boxer, dan kaos. Hindari untuk membawa celana panjang berlebihan, cukup satu atau dua saja jika kalian tidak memiliki agenda khusus saat travelling, seperti menghadiri acara resmi atau konser, dll. 

Faktanya, saya membawa 4 celana panjang, dan hanya memakai satu potong saja, selebihnya saya banyak memakai boxer atau celana pendek saat mengunjungi tempat-tempat destinasi wisata.

Setelah dana dan pakaian sudah siap, kami juga observasi pasar barang bekas di sekitar stasiun kereta Changchun untuk membeli Tas Travel, kami mendapatkan tas dengan harga relatif murah, yaitu seharga 40 Yuan atau sekitar Rp 80rb  dengan ukuran 50L.

Tas dengan ukuran tersebut cukup untuk menampung beberapa perlengakapan mandi, 5 celana panjang, 5 kaos oblong, 2 boxer, 1 jaket dan persediaan makanan seperti 2 pack Indomie dan 2 bungkus nasi, bahkan masih ada space untuk barang- barang lainnya, yang terpenting disini adalah kekreatifan kita dalam merapikan barang- barang yang akan dibawa dalam tas.

Sebagai saran, untuk bekal persediaan makanan yang akan dibawa diusahakan banyak mengandung karbohidrat untuk pemenuhan tubuh kita seperti roti-rotian atau jagung, agar perut kita stabil dalam perjalanan.

Pengalaman saya ketika membawa hanya 2 bungkus nasi dan sisanya adalah 2 pack Indomie, banyak terjadi ganguan pada perutku seperti mual-mual dan terasa sakit karena terlalu banyak makan mie dan cenderung banyak makanan pedas. Bawalah persediaan obat-obatan seperti obat sakit perut, obat sakit kepala/ pusing dan minyak kayu putih.

Sebelum melalukan perjalanan kemana pun. Diusahakan untuk memesan tiket perjalanan seperti kereta, bus atau pesawat dan juga akomodasi. Pengalaman kami nyaris pada akomodasi, pasalnya banyak perbedaan harga yang terjadi jika kita memesan langsung di hostel tersebut denga kita memesan terlebih dahulu melalui online. 

Perbedaan harga bisa 25% hingga 35% dari harga total. Observasi terlebih dahulu, download trip/travel apps atau search diskusi tentang traveling dan backpacker seperti di tripadvisor, dll.

Kereta kami berangkat pada pukul 11.46 waktu Beijing. Sebelum menuju ke stasiun, kami pun sarapan dan mengecek ulang perlengkapan dan barang bawaan kami, terutama tanda pengenal seperti KTP, kartu pelajar dan paspor. 

Tanda pengenal ini sangat berfungsi dan memiliki peranan penting ke mana pun kita pergi, baik untuk menyatakan bahwa kita adalah wisatawan yang legal, maupun ketika kita tersesat di suatu tempat yang tak dikenali kita, kita bisa menunjukkan tanda pengenal kita, agar tidak ada kecurigaan dari orang asing terhadap kita. Bahkan, ada di beberapa tempat wisata memanfaatkan tanda pengenal seperti kartu pelajar dan paspor untuk dijadikan sebagai diskon atau promo tertentu.

Kami berangkat dari Changchun pada pertengahan Januari, masih dalam suasana musim dingin (winter holiday) dan suhu di Changchun masih pada sekitar -10 hingga -20 C. Temen- temen pasti membayangkan betapa dinginnya kotaku. Maka dari itu, perjalanan kami, aku beri nama "berkelana melawan cuaca". 

Pasalnya kami berjalan dari kota yang pada waktu itu masih turun salju, orang- orang masih menggunakan jaket tebal, dan baju berlapis untuk melindungi diri dari sengatan angin dingin, hembusan udara seperti menusuk rasanya, menuju negara- negara tropis yang cuacanya hampir sama dengan Indonesia. Perjalanan ini, kami lakukan dengan menaiki transportasi darat.

Tujuan awal kami, sebenarnya bukan mencari harga tiket murah, namun lebih dari itu, aku ingin  benar- benar menghabiskan waktuku dalam sebuah perjalanan. 

Aku ingin memaknai perjalananku sesuai dengan apa yang aku lihat, apa yang aku rasakan dan apa yang aku dengar. Jika orientasi kami hanya pada harga tiket, baik pesawat maupun kereta, sejak dulu kita sudah membeli tiket pesawat, dan harga tiket pesawat dari Changchun ke Nanning mungkin bisa kami dapatkan dengan harga hanya 500 hingga 700 Yuan saja. Namun, sekali lagi, kami ingin merasakan saripati hidup dalam perjalanan kami.

Pada waktu bersamaan dengan kelana kita, bertepatan juga dengan liburan serentak menyambut Chinese New Year. Seluruh masyarakat Tiongkok juga berhamburan dari tempat mereka mencari nafkah atau menempuh pendidikan ke kampung halaman masing-masing, atau dalam kamus kita kalau musim Idul fitri tiba, kita namai "mudik" sebagai aktivitas mereka di perjalanan.

Membawa banyak barang mereka, oleh- oleh untuk keluarga di rumah, dengan wajah yang sumringah, ceria dan tak kuasa melampiaskan kegembiraan mereka akan segera bertemunya mereka dengan keluarganya. Begitu juga yang terjadi pada masyarakat Tiongkok pada liburan winter liburan Chinese New Year.

Aku merasakan kegembiraan mereka, walau hanya sekadar melihat post moment mereka di Wechat saat bersama keluarga, sahabat karib atau teman lama. 

Banyak dari temanku, mereka melaksanakan kegiatannya mereka sendiri, seperti pergi ke sekolah lamanya, mempromosikan kampusnya, memberikan seminar, bertemu keluarga, makan bersama di buffet, menonton pertandingan sepak bola, ke bioskop bareng, hingga ke negara lain berwisata bersama keluarga, semua aku rasakan ketika melihat moment mereka.

Sesampainya di stasiun, ada sedikit masalah dengan tiket yang kami beli melalui aplikasi Alipay, aplikasi yang sudah terintegrasi seluruh jenis pembayaran dan pemesanan di Tiongkok. (Saya akan menjelaskan tentang alipay lebih dalam pada catatan yang lain nanti). 

Saya tidak mengecek ulang data milik kawan saya di Alipay, hingga terjadi kekeliruan saat ing in mengeprint tiketnya, yang tertera pada Alipay tidak ada huruf B di awal, dan mau tak mau, saya pun memesankan tiketnya secara manual di counter tiket, dan sialnya temanku tak mendapatkan kursi alias berdiri. Bayangkan! Berdiri selama 2 hari di Tiongkok :D

Inilah yang menjadi perbedaan selama pengalamanku menaiki kereta Indonesia dan Tiongkok. Pada kereta kelas ekonomi Tiongkok atau kereta yang berawalan Z,T dan K atau tidak ada hurufnya sekalipun pada nomer kereta, mereka memiliki kapasitas untuk penumpang yang rela berdiri dengan harga sama dengan tiket kereta ekonomi/ kursi biasa. 

Biasanya tiket jenis ini banyak diminati oleh para penumpang dengan jarak antar kota, yang relatif dekat. Maka, kami pun tak khawatir, pasalnya, di tengah perjalanan, meskipun kawanku tak mendapatkan tempat duduk, pada beberapa waktu ketika berhenti di stasiun tertentu kami bisa duduk bersama, bahkan tidur terlentang. 

Biasanya, masyarakat Tiongkok melakukan perjalanan dengan menaiki kereta hanya rute dekat saja. Jadi, ketika kursi kereta ekonomi sudah penuh, bisa jadi itu hanya untuk beberapa rute saja.

Di dalam kereta, kami melewati sejumlah stasiun  dan beberapa provinsi, mulai dari provinsi Jilin hingga ujung selatan provinsi Guilin. Banyak sekali perubahan yang aku amati, mulai dari pemandangan, atmosfer lingkungan, manusianya, hingga suasana hati yang diliputi decak kagum melihat perubahan alam ini.

Masyakarat selatan lebih rapi dan bersih ketimbang masyarakat utara, mungkin ini terjadi karena perbedaan wilayah dan cuaca yang meliputinya. Namun begitu, masyarakat utara dikenal lebih gagah, kekar dan kuat di segala medan cuaca. Betapa tidak, kita disini bisa hidup di suhu paling extreme pun yaitu sekitar -30 hingga -40 derajat celcius.

Jenis makanan keseharian kami pun, banyak dari makanan sup atau ber kuah, seperti la mian (mie). Sebenarnya aku belum mengenali lebih jauh perbedaan kedua wilayah masyarakatnya. 

Namun, aku bisa melihat bahwa, masyarakat selatan lebih berpendidikan, lebih memiliki adab  dalam kebersihan, tak disangka wilayah selatan sekarang menjadi pusat perekonomian Tiongkok, seperti Beijing, Shenzhen, Guangzhou dan Shanghai.

Bersambung-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun