Mohon tunggu...
Syanika _
Syanika _ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa

Seorang mahasiswa jurusan psikologi yang tertarik dalam permasalahan gangguan mental dan bercita-cita menjadi seorang psikolog.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Guilt Tripping, Bentuk Manipulasi dalam Toxic Relationships

29 Mei 2023   15:27 Diperbarui: 1 Juni 2023   10:30 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan sedang beradu mulut, Toxic Relationships. (Sumber: our-team/ Freepik via kompas.com)

Tanpa kita sadari, kita sering melakukan guilt tripping. Baik itu terhadap diri sendiri maupun orang lain. 

Guilt trip membuat seseorang merasa bersalah atas sesuatu yang bukan kesalahan pribadinya. Rasa bersalah ini biasanya disebabkan oleh orang lain sebagai bentuk manipulasi.

Biasanya guilt trip ini digunakan seseorang untuk memanipulasi orang lain agar melakukan tujuan tertentu. Rasa bersalah menjadi senjata utama seseorang agar orang lain mau melakukan apa yang dia inginkan. 

Guilt trip sendiri sering muncul dalam hubungan, tak hanya hubungan sebagai pasangan tetapi juga persahabatan, keluarga ataupun dalam hubungan kerja. 

Guilt trip juga termasuk dalam perilaku toxic relationship dan pelecehan psikologi yang dibuat secara hati-hati. Karena pada dasarnya perilaku ini menimbulkan perasaan bersalah pada satu pihak dalam sebuah hubungan dan merugikan pihak yang merasa bersalah.

Perilaku ini merupakan bentuk perilaku agresif pasif dan disebabkan oleh minimnya kemampuan komunikasi seseorang untuk terbuka dan jujur pada pihak lainnya dalam sebuah hubungan. 

Berkomunikasi dengan cara seperti ini dapat menimbulkan konsekuensi negati bagi kedua belah pihak dalam sebuah hubungan.

Melansir dari laman Psychology Today, Guilt trip tak hanya berupa verbal tetapi juga non-verbal. 

Perilaku ini bisa saja sengaja dilakukan untuk membuat korban merasa bersalah, atau bisa juga dilakukan tanpa sengaja karena terbiasa dengan tindakan-tindakan yang membuat seseorang merasah bersalah.

Jika kita pernah mendengar kata seperti “Aku sudah jauh-jauh dari rumah pergi kesini untuk membawakanmu masakanku, tetapi kamu tidak memakannya”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun