Wonosobo, daerah yang selama ini dikenal dengan keindahan alam Dieng, kini viral bukan karena pemandangannya, tapi karena sebuah tugu kontroversial: Tugu Biawak. Terletak di kawasan strategis kota, monumen ini sontak menjadi buah bibir netizen karena bentuknya yang tak biasa dan menimbulkan banyak interpretasi.
Dari segi desain, tugu ini menampilkan seekor biawak dengan pose mencolok yang menimbulkan beragam spekulasi. Ada yang menyebutnya sebagai simbol kekuatan alam, ada pula yang mengaitkannya dengan unsur satir budaya. Namun yang pasti, daya tariknya bukan hanya pada wujud fisiknya, tapi juga pada reaksi publik yang penuh warna---dari candaan, meme, hingga kritik terhadap estetika publik.
Menariknya, tugu ini menunjukkan bagaimana sebuah karya seni di ruang publik bisa menjadi cermin dinamika masyarakat. Warga lokal pun terpecah: ada yang merasa bangga karena Wonosobo jadi viral, ada pula yang merasa tugu ini kurang merepresentasikan nilai budaya daerah.
Dari perspektif komunikasi visual dan etika pembangunan, kemunculan tugu biawak ini membuka diskusi penting: sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan ikon kota? Apakah seni publik cukup hanya "unik", atau harus juga "representatif"?
Terlepas dari pro-kontra, tugu biawak ini telah sukses menarik perhatian publik, bahkan mungkin melebihi tugu-tugu lain yang lebih konvensional. Bisa jadi ini adalah langkah awal bagi Wonosobo untuk dikenal secara nasional, bukan hanya lewat panorama alamnya, tetapi juga dari keberanian menyuguhkan sesuatu yang berbeda.
ChatGPT dapat membuat kesalahan. Periksa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI