Mohon tunggu...
Syamsuddin B. Usup
Syamsuddin B. Usup Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kakek dari sebelas cucu tambah satu buyut. Berharap ikut serta membangun kembali rasa percaya diri masyarakat, membangun kembali pengertian saling memahami, saling percaya satu sama lain. Karena dengan cara itu kita membangun cinta kasih, membentuk keindahan hidup memaknai demokrasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Redenominasi: Pentol Bakso Satu Rupiah.

14 Desember 2011   13:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:17 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda tahukan pentol, pentol bakso yang bentuknya bulat bundar kayak bola pingpong. Disekitar sekolah biasanya banyak mangkal ’tukang’bakso laris manis jualannya. Anak anak, remaja dan dewasa juga doyan jajan pentol bakso. Tinggal tusuk pentolnya dan colek ke saos...maknyus deh...harganya cuman Rp.1000, seribu rupiah.


Sekarang Bank Indonesia dan Kabinet Indonesia Bersatu II sedang menggagas kebijakan yang mereka rilis sebagai redenominasi. Bah apa pula ini, istilahnya cukup repot diucapkan, bikin kita orang blepotan apalagi memahami gagasan kebijakan ini. Maklum saya bukan S3. Tapi yang S3 pun banyak juga yang blepotan mengucapkannya ha ha ha..


Pengertiannya adalah penyederhanaan nominal mata uang yang dalam hal ini rupiah tanpa mengubah nilai tukarnya. Hal ini dikenal dengan kata "redenominasi". Dalam hal ini penyederhanaannya yakni penghilangan tiga digit angka nol. Jadi yang sebelumnya terbilang dilembaran uang kertas Rp.1.000 (seribu) berubah menjadi Rp. 1 ( satu ). Bank Indonesia dan Pemerintah tampaknya kian serius membahas kebijakan redenominasi ini. Seberapa seriusnya, sakarang sedang dlakukan penyusunan rancangan undang undang mengenai kebijakan tersebut untuk diajukan kepada DPR.

Gubernur Bank Indonesia, kalau nggak salah namanya Pak Darmin Nasution, pernah menyebutkan tujuan kebijakan ini akan menyederhanakan sistem akuntasi dalam sistem pembayaran. "Dalam redenominasi, baik nilai uang maupun barang, hanya dihilangkan beberapa angka nolnya. Dengan demikian, redenominasi akan menyederhanakan penulisan nilai barang dan jasa yang diikuti pula penyederhanaan penulisan alat pembayaran,"


Masyarakat sempat khawatir karena mengira redenominasi ini merupakan pemotongan nilai uang. Terhadap hal ini, beliau menegaskan, masyarakat tidak perlu khawatir. Redenominasi dan pemotongan nilai uang atau juga disebut sanering merupakan dua hal yang berbeda.


Terus terang Pak, bagi saya masalahnya bukan pada kekhawatiran masyarakat karena salah pemahaman tentang kebijakan redenominasi sebagaimana yang bapak bilang itu. Racun masalahnya terletak pada perilaku masyarakat menyikapi perubahan ini yang berimplikasi terhadap harga konsumen. Semoga kebijakan ini tidak berorientasi pada harga mobil,emas, saham, apartemen atau rumah estate. Saya ainal yakin, kebijakan redenominasi akan berpengaruh berupa kenaikan harga pentol bakso.


Harga penganan yang nilainya dibawah seribu rupiah akan ’digenapkan’ menjadi Satu rupiah. Harga kangkung, daun singkong akan segera ’menyesuaikan’ diri. Termasuk harga bayi dan jantung ...eh maksud saya bayi jagung alias babycorn dan jantung pisang alias tongkol segera beradaptasi dengan redenominasi.

Harga apem seperti halnya harga pentol di pasar pagi yang sebelumnya dijual kulakan sekitar Rp.750 perbiji akan digenapkan. Sebabnya simpel saja. Dengan redenominasi tiga digit. Rp.1000 menjadi Rp.1 maka harga apem tentu menjadi Rp.0,75 atau 75 sen. Maklum saya yang tidak ’makan sekolahan’ pasti bakalan kerepotan. Sedangkan jualan di pasar pagi mengharuskan berhitung dengan cepat.Jadi bagaimana? Praktisnya disederhanakan menghitungnya. Bagaimana caranya?....ya digenapkan saja menjadi 100 sen. Saya kira pada saat ini banyak orang bahkan sudah tidak kenal lagi bahwa 100 sen sama dengan satu rupiah. Cukup repot berhitung dengan satuan sen.


Jadi harga pentol, apem, kangkung, asem, kunir, lengkuas dan lain lainnya di pasar pagi yang tadinya Rp.750/biji akan naik menjadi Rp.1.000 yang sama sebangun dengan Rp.1 ( satu rupiah ) setelah kebijakan redenominasi. Para komentator ekonomi mungkin menyebutnya dengan bahasa keren naik sebesar 25% yang ikut serta mendorong inflasi. Karena mulut rakyat konsumen kalangan bawah bangsa ini masih diatas 65%. Artinya nilai rupiah akan melemah terhadap harga.

Tapi mungkin terlampau akademis jika seperti ini. Saya hanya ingin menyampaikan pesan bahwa : Sesuatu yang nampaknya kecil dan ringan selalu akan terlihat besar dan berat bagi orang kecil – wong cilik.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun