Mohon tunggu...
Syamsuddin B. Usup
Syamsuddin B. Usup Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kakek dari sebelas cucu tambah satu buyut. Berharap ikut serta membangun kembali rasa percaya diri masyarakat, membangun kembali pengertian saling memahami, saling percaya satu sama lain. Karena dengan cara itu kita membangun cinta kasih, membentuk keindahan hidup memaknai demokrasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Pangkat Raden Arjuna Setara Letnan Jenderal

13 Juni 2014   07:17 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:57 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejelek jeleknya dan seburuk buruknya figure wayang masih ada baiknya, meskipun sangat sedikit. Begitulah hikayat Begawan Dorna dari dunia wayang, top markotop kelicikannya melebihi Sengkuni versi Bung Anas Urbaningrum. Apa kebaikannya?

Meski dalam “proses” sakaratul , sang Begawan sempat sempatnya memanggil mengumpulkan Jenderal Duryudana, rapat pleno lengkap dengan 99 adiknya yang biasa disebut 100 kaum Korawa. Sedikit formalitas, Begawan Dorna menanyakan apa pangkat Duryudana sekarang.

“Baik mahaguru, pangkat saya sekarang sudah jenderal.”

“Hah apa?..jenderal?, nemu dari mana pangkat itu…tidak ada pangkat jenderal dalam dunia wayang” ujar sang Begawan.

Selanjutnya Duryudana menjelaskan secara konprehensif bahwa terjadi berbagai perubahan fundamental dalam rangka kebijakan strategis pengusiran keluarga Pandawa Lima dari Kerajaan Hastina Pura.

Ketika itu memang sedang terjadi konflik antara keturunan Pangeran Mahkota Dasarata dengan Keturunan Pandu Dewanata yang ditunjuk sebagai pemimpin, tidak melalui Pilpres langsung oleh rakyat. Dasarata menolak jadi raja karena beliau terlampau sakti. Jika niat, apa yang dipegangnya bisa hancur atau lebur meleleh. Namun matanya buta, sehingga Dasarata khawatir , tugas raja cukup berat, jika dia emosi dan marah semua yang dipegang bahkan gunung akan hancur lebur.

Dasarata kemudian menunjuk adiknya Raden Pandu Dewanata, namun sang adik juga menolak karena merasa adalah hak mutlak kakaknya untuk menjadi raja yang harus duduk memerintah atas singgasana Hastina Pura. Demikian pula adik bungsu Arya Widhura, menolak menjadi raja karena terus terang tidak mampu mendidik dan membimbing 100 kaun korawa, keponakannya.

Pandu Dewanata bersedia jadi raja Hastina Pura, lebih karena pengaruh kuat Eyang Sri Bisma, beliau berjanji akan bertindak sebagai perwalian, sebagai pejabat sementara untuk selanjutnya menyerahkan tahta pemerintahan kepada ahli waris, ketika Para Korawa dan Pendawa sudah dewasa. Episode selanjutnya ternyata kelakuan para Korawa sangat menyedihkan, sangat arogan, suka mempermainkan perempuan dan tukang judi, tukang fitnah.

Hasil survey membuktikan bahwa seluruh rakyat Hastina pura tidak sudi kalau Jenderal Duryudana menjadi raja. Rakyat memilih Raden Yudhistira Dharma Kesuma dari keluarga Pandawa Lima, putera sulung Raden Pandu Dewanata dari Dewi Kunti untuk diangkat jadi raja. Konflik politik pun tak terhindarkan di negeri Hastina Pura.

Perubahan di Kerajaan Hastina Pura terjadi, lebih ditandai dengan adanya isu gerakan reformasi. Institusi negara berubah. Dampaknya terlihat, terutama kebijakan dalam bidang militer, struktur dan system militer berubah, tidak lagi seperti dunia wayang tetapi mirip dunia manusia.

Sehingga hierarki komando dan kepangkatan juga mengalami perubahan besar. "Tujuannya jelas, mengeleminasi kesatria Pandawa agar mereka tidak lagi berstatus militer atau kesatria. Pandawa akan jadi wayang  sipil, kehilangan hak dan kehormatan sebagai prajurit Hastina Pura." Demikian presentasi Jenderal Duryudana

“ooh begitu” ujar sang Begawan.

“Maafkan saya mahaguru, agaknya sampeyan sudah lupa bahwa konsep strategis ini kan sampean yang merancangnya”. Ujar Dursasana adik pertama Duryudana, melengkapi keterangan.

“ he he he he he he kau memang luar biasa Dur, meskipun kau tidak masuk kategori pintar dari sekian banyak muridku, tapi kau mampu bertindak taktis….” Begawan Dorna masih bisa terkekeh meski sedang sakaratul maut.

Namun kaum Korawa mendadak terdiam dan suasana menjadi hening seketika Sang Mahaguru bertanya tentang Raden Arjuna. Jenderal Duryudana dan semua kaum Korawa terdiam karena sang Begawan menyebut Arjuna sebagai murid tersayangnya.

“Anggeer Duryudana…tolong kasih tau saya apa pangkat Raden Arjuna. Kalau gurumu belum pikun, berarti pangkat Arjuna yang dulu dikonversikan menjadi pangkat yang berlaku sekarang tentu setara bintang tiga atau Letnan Jenderal….he he he sangat gagah muridku itu jika dipasangi pangkat tiga bintang.

Dasar Dorna se dorna dornanya, sudah mau modar masih nyebut nama Arjuna…huhh…venci venci venci kata jenderal Duryudana dalam hatinya.

“Maafkan saya mahaguru, kan panjenengan juga yang membentuk dewan Kehormatan terus memimpin rapatnya. Dalam rapat dewan kehormatan kita telah membahas segala kejelekan, keburukan, kebusukan, indisipliner, sok ganteng and all other bullshits si Arjuna.”

“Tetapi sampeyan juga yang membuat rekomendasi,  saya ulangi r e k o me n d a s I . yang isinya bahwa Arjuna cuma diberhentikan dari dinas kesatrian aktif “.

“Sehingga kemudian Eyang Bisma membuat surat keputusan bahwa Letjen Arjuna diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun dari Kerajaan Hastina Pura.”

Jenderal Duryudana nampak sekali kesal dan menahan marah. Bicaranya mrepet pet pet pet.

Dengan tenang Sang Begawan menimpali protes Duryudana “Oh he he he... jadi pangkatnya Raden Arjuna memang letnan jenderal…he he he.. memang pantasnya begitu pangkatnya murid kesayanganku”, ujar sang Begawan.

Ringkas ceritera, pada saat kondisinya semakin kritis, sang Begawan ternyata sempat berpesan kepada Jenderal Duryudana. "Kalian semua kesatria Hastina Pura dari garis keturunan Dasarata adalah militer terhormat. Jaga kehormatan itu."

“Aku berpesan jangan pernah publikasikan kepada pers mengenai segala pembicaraan dan semua argumentasi ketika proses perdebatan melahirkan surat keputusan rekomendasi dewan kehormatan. Semuanya adalah rahasia militer, kalian wajib pegang teguh rahasia negara. Jika kalian tidak mampu menjagar rahasia negara maka kehormatan kalian akan jancur seperti rempeyek terinjak kuda, begitulah ajaran militer.

“Lagipun rakyat hanya akan percaya pada dokumen surat keputusan tertulis sebagai fakta yang benar. Bukan ucapanmu, bukan omongan meski kalian adalah perwira tinggi.”

Menurut ki dalang dadakan, Begawan Dorna batal modar dan terus hidup sampai perang bharatayuda di lembah Kurusetra. Setelah sembuh dari sakitnya dan infus dilepaskan katanya katanya beliau langsung bertapa. Ketika masa bertapa itulah Sang Begawan pula yang mengatur, memberikan info intelijen tentang posisi strategis hutan Dandaka kepada Pandawa Lima.

Suatu wilayah yang belum ada di peta dimana Prabu Yudhistira, Jenderal Brotoseno Aria Bima, Letnan Jenderal Raden Arjuna, Marsekal Madya Nakula dan Laksamana Muda Sadewa mendirikan kerajaan baru yang kemudian dikenal sebagai Negeri Amarta bagi Pandawa Lima putera Pandu Dewanata.

The End

ki dalang sakarepku dewe.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun