Mohon tunggu...
Syamsuddin B. Usup
Syamsuddin B. Usup Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kakek dari sebelas cucu tambah satu buyut. Berharap ikut serta membangun kembali rasa percaya diri masyarakat, membangun kembali pengertian saling memahami, saling percaya satu sama lain. Karena dengan cara itu kita membangun cinta kasih, membentuk keindahan hidup memaknai demokrasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Kecil Dibuang Sayang : Buaya Ngeden di Pohon Tumbang

1 Desember 2012   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:22 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan kecil dibuang sayang, lumayan buat hiburan minggu siang ini. Ibarat gulai kambing, daging bagian selangkangan yang ada uratnyanya, digigit alot ditelan keselek jadilah diemut emut saja maklum kakek dah peyote he he he. Ini adalah catatan kecil di blog pribadi Syam Jr’s Weblog sekita empat tahun yang lalu, ketika menelusuri kanak kanal kecil di lahan rawa Provinsi Kalimantan Selatan. Jadi bukan rumor bukan gossip artis operasi plastic bagian sensitif. Perjalanan ini sebenarnya adalah perjalanan kerja tetapi menjadi seperti petualangan. Bisa dibayangkan bagaimana menerabas hutan rawa permanen ( monoton ) seluas 11.800 hektar di Kabupaten Tapin yang akan disulap menjadi perkebunan kelapa sawit. Mirip petualangan karena perjalanan menggunakan perahu “klotok” menelusuri daerah rawa yang katanya banyak buayanya. [caption id="attachment_226941" align="alignnone" width="300" caption="Menelusuri kanal di lahan rawa monotoon ( Dokpri : Syam Jr )"][/caption] [caption id="attachment_226942" align="alignnone" width="300" caption="Profile infrastruktur jalan perkebunan sawit di lahan rawa ( Dokpri : Syam Jr )"]

13543462031398083952
13543462031398083952
[/caption] Suara dari knalpot mesin perahu itu berbunyi sangat nyaring bikin pekak telinga…klotoklotoklotoklotoklotoklotok……. Menelusuri lahan rawa di Tapin, Kalimantan Selatan Perahu ini mampu membawa penumpang sekitar 12 orang dan selalu oleng kanan kiri jika ada penumpang yang geser duduknya. Apalagi bagi yang belum pernah naik klotok, baru liat perahunya saja sudah stress duluan. [caption id="attachment_226943" align="alignnone" width="300" caption="Kunjungan Bupati Tapin Drs. H.Idis N Khalidi ke Pabrik Kelapa Sawit. Empat tahun yang lalu tak terbayangkan akan ada pabrik CPO di lahan rawa monotoon ini. ( Dokpri : Syam Jr )"]
13543463911305201225
13543463911305201225
[/caption] [caption id="attachment_226946" align="alignnone" width="300" caption="Penjelasan lay out alur produksi. Empat tahun lalu rasanya sulit membayangkan diwilayah rawa ini akan berdiri pabrik CPO. Semangat pantang menyerah membuktikan dan ternyata bisa ( Dokpri : Syam Jr )"]
13543467301117602486
13543467301117602486
[/caption] Pak …aman gak naik ginian. Oh yaa…aaaman bu, …ini abang tukang perahu sudah pengalaman bu. Aman kan bang….. Si abang yang namanya Jungkir, cuma mesem mesem sambil ngangguk. Dia warga setempat yang sudah jadi karyawan sejak survey awal pemilihan lokasi proyek ini. Belum naik juga ke perahu, presdir saya yang cantik itu nyanya lagi… Disini katanya banyak buayanya ya pak. Uups saya kaget juga mendengar pertanyaan beliau. Sebenarnya isu mengenai buaya memang sering saya dengar tetapi selama hampir delapan bulan survey disini tidak pernah saya melihat buaya. Apalagi melihat buaya lagi nongkrong kekenyangan makan cicak..he he. Kenapa bu…banyak buaya? …nggak lah bu….gak ada buaya disini…. Ringkas ceitera ibu presdir akhirnya jadi juga naik klotok. Petualangan yang memakan waktu sekitar dua jam dimulai, dengan tujuan base camp di lokasi tanam kelapa sawit. Rombongan memang terbagi dua, perahu yang satunya ditumpangi pengawal yaitu pak satpam dan pak polisi. Tetapi selang satu jam perjalanan, perahu kami terpisah maklum banyak cabang kanal dengan tanda hanya tumbuhan rawa yang nampak serupa agak sulit mengenalinya jika tak terbiasa. Agaknya perahu yang mengawal kami di belakang kandas dan mesinnya mogok. Karena suara klotok hingar bingar dan semua penumpang menghadap kedepan maka hilanglah mereka dari penglihatan. Lagi pula klotok kami sudah masuk kekanal lain ke arah barat. Rombongan kami menjadi tegang karena kehilangan pengawal. Tapi saya tetap bersikap tenang agar semua merasa tenang dan aman aman saja. Tiba tiba “driver” klotok mematikan mesinnya dan perahu berhenti. Dia seperti melebarkan kupingnya untuk mencoba mencari tahu dimana klotok satpam yang satunya tadi berada. Tetapi hutan rawa terasa senyap tak terdengar suara klotok. Hanya suara elang pemakan bangkai melengking berkuik kuik… Setelah itu dengan sorot mata sedikit tegang..... bang Jungkir mendekat ke kuping saya …… Tolong bapak tenang saja dan diam jangan kemana mana….ada buaya…bisiknya. Uups ada buaya…saya terkesiap…untung teman teman rombongan tidak mendengarnya. Lalu bang Jungkir beranjak dari perahu , turun melorot pelan ke air, kepinggir kanal dan kemudian merayap seperti buaya menyibak semak semak tumbuhan di rawa itu. Gerakannya persis seperti buaya. Merayap terus masuk dan truuus masuk dan akhirnya bang Jungkir terlindung dari pandangan saya. Hilang dibalik semak semak. Meski gelisah, dalam hati saya terkagum kagum kepada bang Jungkir bukannya takut, bahkan sepertinya mengejar mau nangkep sang buaya. Tapi saya tetap diam dan tenang tenang saja. Meskipun kemudian ibu presdir nanya, agak menelisik. Ada apa pak…kenapa driver kita ini kok masuk ke hutan?. Tumbuhan semak di rawa itu ibu sebut hutan Nggak ada apa apa bu, barangkali dia cuman mau mengambil tumbuhan obat yang banyak tumbuh disini biasanya sih begitu….. saya berbohong Sudah hampir sepuluh menit kok dia gak balik balik dan tidak ada suara apapun. Sekarang ketegangan perasaan saya bertambah…dari pada gak berbuat apa apa, kalau kenapa kenapa bagaimana. Lalu saya beranikan diri menyusul bang Jungkir. Pisau “Rambo” yang bergerigi saya bawa untuk berjaga jaga. Trus saya meluncur ke air, merayap pelan pelan meniru gerakan bang Jungkir. Setelah masuk ke semak semak sekitar dua puluh meter, saya mulai mencium bau aneh…yaa baunya aneh…yaa tapi sepertinya kok kayak bau jengkol…lalu saya toleh kiri kanan dan merayap maju lagi…………. alamaaak………….ternyata bang Jungkir lagi nongkrong bertengger di cabang pohon tumbang…dia lagi asyik ngeden….kebanyakan makan jengkol kaleee. Buaya dengkulmu kiir.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun