Mohon tunggu...
Raden Syamill
Raden Syamill Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

dari hal yang kecil kita bisa belajar banyak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negriku, Semuanya "Palsu"

8 Mei 2012   14:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:32 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13364899972084160172

Entah penyakit apa yang sedang hinggap dalam negeri ini. Selalu saja ada cerita baru yang tidak akan pernah berujung. Negeri ini bak negeri sang pemimpi. Negerinya para dagelan. Dan benar saja kalau banyak yang menyebutnya negeri bedebah. Negeri yang payah. Mungkin lebih tepatnya negeri palsu. Ya kata-kata itulah yang mungkin saat ini tepat bersanding dengan kata negeri kita tercinta.

Berbicara tentang kata palsu, kita perlu sejenak menengok jauh ke belakang dan membuka lembaran-lembaran kemarin yang using dan sudah tersusun rapi dalam memori atau bahkan mungkin sudah dipeti eskan . Ya, selalu ada kepalsuan dalam negeri ini. Entah dari mana kata-kata palsu itu tercipta dan terus dibicarakan banyak orang sehingga lambat laun menjadi fenomena yang fenomenal hingga tak ada satu pun orang di negeri ini yang tak mengenal kata palsu. Bahkan disetiap gang-gang perkampungan selalu saja kita mendengar tembang-tembang kepalsuan.

Fenomena kata-kata palsu barang kali baru-baru ini meracuni fikiran kita. Berawal dari kasus surat palsu yang melibatkan seorang mantan pegawai KPU Jakarta yang tidak lain dan tidak bukan adalah kader dari partai penguasa. Ya, siapa lagi kalau bukan Andi Nurpati. Dan samapai sekarang entah hilang kemana surat palsu yang melibatkan salah seorang kader partai demokrat ini. Namanya juga surat palsu, ya urusannya juga akan palsu dan hilang begitu saja karena statusnya adalah surat palsu. Karna yang palsu itulah yang menipu.

Yang kedua dari fenomena palsu yaitu rambut palsu milik terpidana kasus korupsi gayus tambunan. Ya, siapa yang tidak kenal gayus tambunan. Yang dengan segepok uang yang ia miliki ia mampu membeli apa yang ia inginkan. Termasuk jalan-jalan keluar negeri walau dalam status di tahan. Dan gara-gara rambut palsu itulah gayus tambunan sang koruptor kelas kakap kepergok kamera wartawan saat menonton pertandingan bulu tangkis di bali. Kali ini sang koruptorpun apes gara-gara rambut palsu.

Kali ini agak berbeda karena kata palsu disandingkan dengan seorang anak muda yang sekaligus seniman yang lagi tenar dan naik daun. Fidi aldiyano dengan status palsunya yang berhasil membius para muda-mudi yang lagi kasmaran. Tembang yang berjudul status palsu ini ikut meramaikan bursa kepalsuan yang sedang emenjakiti negeri ini. Dan saatnya kita katakan selamat buat fidi aldiano yang dengan status palsunya ia mapu menduduki panggung yang sejajar dengan orang-orang hebat sekelas gayus tambunan dan politisi partai demokrat Andi Nurpati.

Kini siapa yang tidak mengenal artis yang tersohor dengan lagu yang amat sangat fenomenal ini? Ya, alamat paslunya ayu ting-ting adalah kata palsu keempat yang ikut menggemparkan Negara Indonesia ini. Bahkan dari sabang sampai merauke tak ada satu pun orang yang tak mengenal alamat palsunya ayu ting-ting. Lagu itu seakan menyindir para petinggi-petinggi negeri ini yang pada dibutakan oleh kekuasaan sehingga mereka rela melakukan kepalsuan demi kepentingan pribadi dan golongan mereka. Alamat paslu ayu ting-ting menjadi jawaban atas gonjang-ganjinganya kondisi negeri ini. Ia bagai menelanjangi bobroknya birokasi korup yang sedang terjadi. Namun lagi-lagi alamat palsu, semuanya itu sirna ditengah jalan tanpa sampai pada tujuan karena alamat yang diberikan adalah alamat palsu.

Cantik, pintar dan menawan itulah julukan yang kiranya pas buat politisi yang satu ini. Politisi yang juga mantan putri Indonesia ini sudah sangat akarab ditelinga kita. Selaian muda ia juga terkenal pintar dan piawai dalam bertutur kata dan mempunyai daya pesona yang menggoda. Angelia sondakh yang sering disapa angie ini adalah politisi muda dari partai penguasa yang lagi bersinar terang karirnya. Namun lagi-lagi karena kata palsu ia kini menjadi gunjingan dan buah bibir rakyat Indonesia. Bahkan sekarang dia sedang menjalani masa tahanannya di rutan KPK guna penyelidikan kasus yang menjeratnya. Namun kesaksian palsu yang diberikan saat persidangan kasus korupsi yang menjadikan mantan bendahara partai demokrat M. Nazaruddin difonis 4 tahun penjara saat ini menambah deretan panjang kata-kata palsu yang sudah sedianya banyak dan mengandung aura negative ini kian tambah kelam. Angie dan kesaksian palsunya adalah bukti bahwa kini semuanya palsu. Termasuk kecantiakan yang kita lihat sekarang. Senyum dan janjinya adalah palsu dan itu sudah angie buktikan lewat kesaksian palsunya dan di bawah sumpah suci yang mungkin itu juga menjadi sumpah palsu.

Yang terakhir dari kata palsu adalah yang lagi fenomenal dan lagi-hangat-hangatnya diperbincangkan diseluruh penjuru negeri ini. Anas urbaningrum adalah sosok yang membawa kata-kata palsu ini menjadi teramat popular mengalahkan serangkaian kepalsuan yang telah saya rincikan tadi. Plat Nomer palsu adalah sebuah mahakarya AU. Ya, plat nomer palsu ini benar-benar telah melukai hati nurani anak negeri. Betapa tidak, seorang yang konon mempunyai intelektual yang tinggi dan bahkan sekarang lagi mejabat sebagai ketua partai penguasa dengan yakin melakukan sebuah pelanggaran yang konon ceritanya atas inisiatif supir pribadinya sendiri. Barangkali sebuah alas an yang tidak masuka akal tentunya.

Taka ada yang pasti dari semua ini. Semuanya palsu. Dan semuanya berawal dari surat palsu, status palsu, rambut palsu, alamat palsu, kesaksian palsu dan plat nomer palsu. Berawal dari palsu semuanya juga akan berakhir palsu. Dan taka da yang kita harapkan dari semua kepalsuan ini. Hanya doa dan spirit yang tersisa yang mungkin masih tersisa dalam jiwa-jiwa kita. Dengan panjatan doa kita selalu memohon kepada yang kuasa semoga semua kepalsuan di negeri ini akan segera sirna.

Selamat malam

Salam Kompasiana

Ttd : Raden Syamill

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun