Dari Kadipaten ke Kabupaten: Napak Tilas Perjalanan Desa Keniten Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang
Batang, 15 Juli 2025 – Tim KKN Universitas Negeri Semarang yang beranggotakan 10 orang, Syakila Aulia Zandini, Nanda Sukma Noer Handjoyo, Andini Wulan Pratiwi, Sofiatul Munawaroh, Naufal Hilmi Fathul Ihsan, Labiibah Latifhatus Sakdiyah, Surya Nugraha, Wahyu Ningrum, Renita Mutiara Sani, dan Ganis Dyah Ayunita. Tergabung dalam kelompok GIAT 12 Desa Keniten dibawah bimbingan Bapak Athoillah, S.E., M.M. telah menggali lebih dalam mengenai sejarah desa tempat KKN berlangsung, yaitu Desa Keniten.
Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak Kota dan Kabupaten di dalamnya. Misalnya, Kabupaten Batang yang terletak diantara Kabupaten Kendal dan Kabupaten Pekalongan. Kabupaten Batang dikenal sebagai salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki sejarah panjang dan pernah menjadi kota pelabuhan penting pada masanya.
Pecalungan, merupakan salah satu Kecamatan di Batang yang berada di dataran tinggi. Memiliki 10 Desa, diantaranya Desa Keniten yang merupakan salah satu desa berkembang di Kabupaten Batang. Terletang di paling ujung Kecamatan Pecalungan. Menurut masyarakat setempat, Desa Keniten sudah ada sejak masa Kerajaan Hindia-Buddha atau sebelum masa pendudukan Belanda.
Asal Usul Nama dan Awal Pemrintahan
Nama “Keniten” berarti “Ketiten” atau “Guyub Rukun”, menggambarkan kehidupan masyarakat desa yang selalu kompak dan bekerja sama. Sebelum tahun 1931, wilayah ini masih berada di bawah Kadipaten Batang (saat itu belum berdiri sebagai Kabupaten). Penduduknya hanya sekitar 102 jiwa yang tersebar di empat dukuh, dan desa ini dipimpin oleh seorang kepala desa bernama Rasdan yang berasal dari Dukuh Randubowo.
Perubahan terjadi ketika pemerintah kolonial Belanda memutuskan untuk menggabungkan wilayah Batang ke dalam Kabupaten Pekalongan pada 1 Januari 1931. Pasca penggabungan itu, jabatan kepala desa dialihkan kepada Jais, yang juga berasal dari Randubowo.
Namun, tidak lama setelahnya, Kaman menjadi kepala desa berikutnya. Pada masa agresi militer Belanda kedua tahun 1949, Kaman memilih mengungsi karena tidak ingin tunduk kepada pemerintahan penjajah. Keputusan ini membuat pemerintahan desa sempat vakum. Beliau akhirnya wafat di tempat pengungsian, dan kekosongan pemerintahan ini memunculkan pemilihan kepala desa pertama yang demokratis, dimenangkan oleh Badru, cicit dari kepala desa pertama.
Masa Transisi dan Tokoh Agama
Setelah kemerdekaan Indonesia dan kembalinya Batang menjadi kabupaten yang berdiri sendiri, pemerintahan Desa Keniten tetap dipimpin oleh Badru. Kala itu, belum ada bangunan balai desa. Pemerintahan dijalankan dari rumah pribadi Badru hingga akhirnya ia membangun sendiri balai desa secara swadaya. Langkah tersebut mencerminkan karakter warga desa yang menjunjung tinggi kemandirian dan gotong royong.
Desa Keniten juga dikenal sebagai desa religius. Kegiatan keagamaan sangat aktif sejak 8 April 1966, ditandai dengan berdirinya berbagai kelompok keagamaan seperti rebana solawat, maulid berjanji remaja, serta jamaah tahlil putra dan putri yang masih eksis hingga kini. Warga desa secara rutin menggelar pengajian mingguan, dan banyak tokoh agama dari desa ini yang dikenal hingga tingkat kecamatan dan kabupaten.
Desa Agraris dan Masalah Irigasi
Secara geografis dan ekonomi, Desa Keniten adalah desa agraris. Sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, terutama sawah. Dulu, desa ini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil beras terbesar di Kecamatan Pecalungan, dengan luas lahan sawah mencapai 80 hektar. Hasil pertanian menjadi tulang punggung ekonomi warga.
Namun, dalam satu dekade terakhir, produksi beras mulai menurun drastis. Hal ini disebabkan oleh rusaknya tiga saluran irigasi utama yang mengairi area persawahan. Akibatnya, banyak petani yang mengalihfungsikan sawah menjadi pekarangan pohon sengon, yang tidak membutuhkan banyak air. Perubahan ini menyebabkan ketahanan pangan lokal terganggu dan berdampak pada penghasilan warga.
Melihat kondisi tersebut, pembangunan irigasi kini menjadi prioritas dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Pemerintah desa bertekad untuk membenahi saluran air demi mengembalikan produktivitas pertanian warga.
Seiring berjalannya waktu, Desa Keniten terus berbenah dan menyesuaikan diri dengan tantangan zaman. Dari desa kecil yang dulunya hanya berpenduduk 102 jiwa hingga masa sekarang mencapai kurang lebih 2.000 penduduk desa, kini berkembang menjadi desa yang aktif secara keagamaan, politik lokal, dan berpotensi di bidang pertanian.
Sumber: Arsip Balai Desa Keniten. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RJPMDes) Desa Keniten Kecamatan Pecalungan Tahun 2020-2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI