Mohon tunggu...
Syaik Ahmed Salsabil
Syaik Ahmed Salsabil Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Kebutuhan Media Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perlukah Rating Tontonan pada Kita?

21 Juni 2021   23:35 Diperbarui: 21 Juni 2021   23:44 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Film pada saat ini sudah menjadi media yang sangat efektif untuk menyampaikan suatu pesan kepada khalayak umum dimanapun. Pesan yang disampaikan banyak bisa apa saja, sesuai dengan yang ingin kita menyampaikan, ada hiburan, politik, informasi, ataupun pendidikan. Nah keefektifan film dalam menyampaikan pesan disebabkan oleh dia sifat yaitu audio dan visual, yang dimana menampilkan gambar dan suara yang hidup. Dengan dua sifat tersebut, film dapat bercerita dengan singkat, jelas dan dalam waktu yang terbatas.

Film diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian (Effendy, 1986:239). Film sebagai media komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai teknologi seperti fotografi (gambar) dan musik (suara), kesenian seni rupa, seni teater sastra, serta arsitektur.

Banyak sekali dan beragam pendekatan yang dilakukan dalam proses pembuatan film. Meskipun begitu pada dasarnya tetap memiliki satu sasaran, yaitu mendapatkan perhatian penonton dengan isu-isu atau muatan-muatan yang terkandung di dalamnya.

Menurut Effendi (1986;239) film diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai tekhnologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni musik.

Fungsi Film untuk Khalayak umum terutamanya adalah untuk hiburan. namun dalam film selalu terdapat atau terkandung fungsi informatif, maupun edukatif bahkan persuasif. Film nasional pun dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan anak anak  generasi muda dalam rangka nation and character building. Film Faktual yang menampilkan fakta atau kenyataan yang ada, dimana kamera sekedar merekam suatu kejadian. Sekarang film yang faktual dikenal sebagai berita atau news yang dimana menekankan pada sisi pemberitaan suatu kejadian actual yang berarti benar benar terjadi.

Nah genre genre film atau macam -- macam tema film ada banyak, yaitu ada Horor, action, romance, komedi, Science Fiction, Thriller, documentary dan masih banyak lagi. Nah apakah semua bisa ditonton untuk semua umur? Tak hanya film tontonan di Televisi pun juga ada rating usia. Mengapa demikian?

Rating untuk Siaran di Televisi Indonesia ada untuk mengatur siaran, program, dan film yang tayang di televisi. Rating usia di Indonesia ini ditentukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan dibuat dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02 Tahun 2012 yang berisi PENGGOLONGAN PROGRAM SIARAN dalam Pasal 21.

Lalu apa pentingnya Menonton Film dengan usia yang sesuai? Penting bagi kita untuk memperhatikan rating film atau tontonan Televisi sebelum menontonnya agar kita tetap bisa menonton film yang sesuai dengan usia kita, Sebab film juga bisa membawa pengaruh buruk untuk kita, meskipun salah satu tujuannya kita menonton adalah untuk mencari hiburan semata. Jika kita menonton film dengan rating 13+ (13 tahun keatas), padahal kita baru saja berumur 10 tahun, maka itu bisa membuat kita terpapar hal-hal yang tidak kita inginkan. Mungkin saja kita saja yang tidak mengerti jalan ceritanya karena terlalu sulit untuk dipahami dan kita memang belum cukup usia untuk mengerti hal-hal tersebut. Apalagi dalam film tersebut ada yang mengandung kekerasan yang dimana jika ditonton oleh anak kecil dibawah umur justru jadi membawa pengaruh yang buruk. Maka dari itu kita harus saling menjaga satu sama lain

Caroline Fitzpatrick, dari Concordia University Montreal, Kanada, peneliti perkembangan anak dan remaja mengungkapkan bahwa film yang mengandung adegan-adegan kekerasan dapat memengaruhi bagaimana seorang anak tumbuh berkembangnya. Karena anak-anak yang ter-ekspos akan konten tersebut dapat mengembangkan persepsi tindak kekerasan versinya di dalam otaknya, dan sewaktu-waktu dapat mempraktekkannya di kehidupan nyata.  

Sebagai contoh dampak pada anak dari film Joker yang didalamnya terdapat kekerasan. Film ini menuai banyak pujian karena dari segi cerita yang bagus dan akting para pemerannya. Namun dibalik ramainya film ini, ada satu pemandangan yang cukup mengkhawatirkan, yaitu banyaknya anak-anak yang ikut menonton. Padahal sudah sangat jelas dituliskan di poster film bahwa Joker adalah film dengan rating R (restricted). Yang dimana artinya film ini adalah film dewasa yang berisi konten kekerasan. Dan Film dengan rating R, hanya boleh ditonton dengan mereka yang sudah berusia 17 tahun ke atas. Banyak para  orangtua yang salah sangka dan mengira bahwa film joker ini adalah sebuah film superhero. Padahal cerita film ini lebih merujuk kepada penyakit mental dan latar belakang dari seorang tokoh antagonis (Joker), dam kekerasan yang mengelilinginya.

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara konten kekerasan pada perilaku anak. Hasilnya, dan paparan konten kekerasan yang diterima anak-anak, dapat memicu berbagai kondisi fisik maupun mental pada anak, seperti: Perilaku yang agresif, Perilaku yang kasar, Bullying, Ketidakpekaan terhadap kekerasan, Ketakutan yang berlebih, Depresi, Mimpi buruk dan Gangguan tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun