Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Guru SMA

Saya adalah seorang pendidik yang berkomitmen untuk mendukung terwujudnya pendidikan yang bermutu dan bermakna. Melalui semangat mengajar, saya terus mendorong terciptanya pembelajaran yang holistik—yang tidak hanya menyentuh aspek kognitif, tetapi juga menumbuhkan kesehatan melalui olahraga, memperluas wawasan lewat pengalaman perjalanan, serta menguatkan budaya literasi melalui kegiatan membaca dan menulis. Dengan berbagi, saya berharap dapat ikut berkontribusi dalam membangun ekosistem belajar yang inspiratif, saling menguatkan, dan tumbuh bersama untuk menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang kaya makna bagi semua.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Tua adalah Kepastian, Menjadi Bijak adalah Pilihan

24 Juli 2025   10:32 Diperbarui: 24 Juli 2025   10:30 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Ilustrasi Foto Tuaku (https://www.insmind.com/id/filter-wajah-tua/)

Waktu tak pernah menunggu. Detik demi detik berlalu tanpa kompromi, dan tanpa kita sadari, usia terus bertambah, rambut mulai memutih, kulit perlahan mengeriput, dan tenaga tidak lagi sekuat masa muda. Namun, menua bukan akhir dari segalanya. Justru dalam setiap lekuk keriput dan langkah yang melambat, tersembunyi peluang untuk menjadi lebih dewasa, lebih bijak, dan lebih bernilai dalam kehidupan ini.

Menjadi tua adalah takdir, tetapi menjadi bijak adalah keputusan. Ada yang menua hanya dalam angka, tapi miskin makna. Ada pula yang menua dengan hati penuh cahaya, karena tidak pernah berhenti belajar dan memperbaiki diri.

Ilmu Adalah Cahaya, Adab Adalah Jalan

Dalam tradisi para pujangga dan ulama, ilmu bukan sekadar tumpukan pengetahuan di kepala. Ilmu adalah cahaya yang menuntun laku. Tapi cahaya itu tidak akan sampai ke hati yang gelap oleh kesombongan dan kemalasan belajar. Di sinilah letak pentingnya ada, sebuah sikap batin yang mengawal ilmu agar tak menyesatkan, tapi membimbing menuju kebenaran.

Semakin usia bertambah, seharusnya adab pun semakin dalam. Kita belajar bukan hanya untuk tahu, tetapi untuk menjadi: menjadi manusia yang lebih rendah hati, lebih peduli, lebih mengerti, dan lebih bisa menjadi pelita bagi sesama.

Belajar bukan hak anak muda semata. Justru di usia senja, ilmu yang kita timba menjadi lebih berarti. Ini bukan hanya untuk prestasi, tetapi untuk perenungan dan pengamalan. Ilmu di masa tua ibarat pelita yang menuntun langkah-langkah terakhir kita menuju keabadian.

Tak sedikit orang merasa bahwa setelah memasuki usia tua, waktunya untuk belajar telah usai. Padahal, selama napas masih berembus dan akal masih menyala, belajar adalah ladang amal yang tak pernah kering. Setiap ilmu yang kita pelajari dan kita ajarkan, setiap kalimat hikmah yang kita ucapkan, setiap adab yang kita teladankan, semuanya adalah amal jariyah yang terus mengalir.

Belajar bukan sekadar mengisi waktu luang, tetapi memaknai sisa waktu dengan cahaya. Ketika tubuh mulai renta, maka yang menguatkan bukan lagi otot, tetapi nilai-nilai dan kebijaksanaan yang kita bawa. Dunia ini akan lupa pada rupa dan harta, tapi ia akan mengenang orang yang hidup dengan ilmu dan adab.

Jika kita merasa telah melewati banyak usia tanpa makna, jangan berkecil hati. Setiap hari adalah awal yang baru. Setiap fajar adalah undangan untuk memperbaiki diri. Jangan malu untuk belajar dari yang lebih muda, dan jangan ragu untuk mulai lagi dari yang ada. Karena sesungguhnya, orang yang paling beruntung adalah yang hari ini lebih baik dari kemarin.

Semakin menua, semestinya kita semakin tenang, semakin lapang hati, dan semakin mampu melihat hidup bukan dari keinginan, tapi dari kebijaksanaan. Dunia ini bukan tempat menetap, tapi tempat berlatih. Dan tak ada latihan yang lebih mulia daripada terus belajar untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

Jangan takut menua. Takutlah jika usia bertambah tanpa bertambahnya ilmu, amal, dan adab. Sebab sejatinya, menua bukan berarti melemah, tetapi peluang untuk menguat dalam makna. Umur boleh berkurang, fisik boleh melemah, tapi hati yang terus belajar akan tetap muda, dan jiwa yang terus memperbaiki diri akan bersinar sampai akhir hayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun