Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kelas PPG (1): Tenggelam Dalam Dunia Begawan Literasi

18 April 2015   19:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bermula dari milis, saya mendapat undangan untuk ikut kelas Literasi di PPG pada Sabtu, 18 April 2015, hari ini. Undangan yang menurut saya merupakan undangan kehormatan itu datang dari sang begawan literasi, Bapak Satria Dharma. Suatu kebahagiaan bagi saya dapat bertemu dan belajar langsung kepada beliau. Banyak ilmu yang saya dapatkan sehingga kalau ditulis semua tentu akan menjadi buku yang cukup tebal. Ya, hanya dua jam bersama beliau dapat saya jadikan buku. Sebab ilmu yang dapat saya peroleh begitu banyak.

Namun, dalam tulisan ini, saya hanya ingin bercerita proses bertemu beliau. Mengenai berbagai ilmu yang saya dapatkan akan saya tulis dalam tulisan yang berbeda. Bagaimanapun, saya menyadari bahwa sebuah proses menjadi penting untuk diingat. Karena, menurut saya, kesuksesan utama terletak pada proses.

Hari ini, saya memiliki tiga jadwal yang bersamaan, yaitu datang ke Nurul Falah, upgrading dan rapat kerja, serta ikut kelas Literasi bersama Bapak Satria Dharma tentunya. Datang ke Nurul Falah bukan masalah bagi saya, sebab itu tidak menganggu jadwal yang lain. Akan tetapi, upgrading dan rapat kerja serta ikut kelas Literasi menjadi hal yang cukup membuat saya mempertimbangkan segalanya. Bagi saya, keduanya adalah hal penting yang tidak boleh ditinggalkan.

Alhamdulillah, setelah dipikir dan didiskusikan dengan ketua, saya ikut upgrading dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Setelah itu, saya segera salat duhur dan meluncur dengan taksi Orenz ke PPG Unesa. 15 menit saya tiba di sana. Saya bertemu dengan Mbak Fafi Inayatillah, dosen muda yang juga cukup lincah. Karena beliau menemui temannya, saya duduk sendirian menanti Pak Satria Dharma.

Jantung saya sudah mulai kembang kempis karena akan bertemu dengan orang hebat. Betapa bahagianya saya setelah waktu masuk kelas kurang lima menit, beliau muncul memasuki gedung PPG. Segera saya menghampirinya dan menyalaminya. Kemudian, beliau mengambil buku The Rise of Literacy ke mobilnya untuk diberikan kepada saya.

Kami harus naik ke lantai tiga untuk masuk ke kelas kelompok 6. Karena pada mulanya kami tidak tahu di mana ruang kelas kelompok enam tersebut, kami hanya naik ke lantai dua dengan lift. Baru setelah di lantai dua tidak ada, kami naik ke lantai tiga dengan menggunakan tangga.

Ternyata, di ruangan hanya ada empat mahasiswa. Saya mengambil tempat duduk dan Pak Satria mempersiapkan presentasinya. Beliau meminjam laptop kepada salah seorang mahasiswa. Lambat laun, mahasiswa-mahasiswa lain mulai berdatangan. Celakanya, ternyata saya salah tempat duduk. Saya duduk di tempat duduk kelompok cewek-cewek.

Mulanya saya sama sekali tidak sadar. Saya hanya agak heran, kenapa mahasiswa yang masih sedikit itu sering lihat saya. Satu per satu mahasiswi datang dan duduk di dekat saya. Lama-lama saya baru sadar, kalau ternyata saya salah. Seorang mahasiswi menegur saya dan meminta saya untuk pindah tempat.

Segera saya berpindah tempat dan duduk di tempat mahasiswa. Semua peralatan; tas, buku pemberian Pak Satria, dan buku tulis, saya gotong. Seiring berjalannya waktu, mahasiswa yang datang semakin banyak. Artinya juga, sangat banyak mahasiswa yang datang terlambat. Pak Satria pun berkata, “Terlambat sangat mengganggu. Terlambat sama dengan merampas waktu orang lain.” Saya sepakat dan suka dengan kalimat terakhir itu. Terlambat sama dengan merampas waktu orang lain. Sebab akibat dari mahasiswa yang datang terlambat, penjelasan Pak Satria sering terpotong.

Namun, apakah saya tidak mendapat cobaan lagi setelah saya pindah tempat? Tunggu dulu. Tak lama kemudian, karena tempat mahasiswi sudah penuh, akhirnya, mahasiswi yang datang terlambat duduk di kelompok mahasiswa juga. Nah, seorang mahasiswi tiba-tiba duduk di samping kanan saya. Seorang mahasiswi lagi, duduk di depan saya. Sementara di samping kiri saya, seorang mahasiswa yang belakangan mengenalkan diri sebagai fotografer.

Tapi, ada satu hal yang membuat saya agak heran kepada seorang mahasiswi yang duduk di samping kanan saya itu. Tampaknya dia sedang kelelahan atau apalah saya tidak mengerti. Dia tampak tidak bergairah sama sekali padahal penjelasan Pak Satria sangat menarik dan membuat seluruh mahasiswa semangat. Apalagi yang berani bertanya dan menjawab mendapat buku gratis dari beliau. Ada apakah dengan cewek itu?

Ah, saya tidak akan mencari jawaban dari pertanyaan itu. Back to topic! Selama dua jam menemani Pak Satria dalam presentasi literasi cukup membuat saya tenggelam. Banyak ilmu yang saya dapatkan. Bahkan, saya sampaikan kepada beliau bahwa tiap sceen dari presentasi beliau dapat dijadikan buku. Insya Allah saya akan menuliskannya nanti beberapa penjelasan yang masih kuat melekat dalam benak saya. Yang jelas, saya akan menulis Menagih Hutang Membaca. Ini adalah tugas khusus dari Pak Satria kepada saya.

Itu hanyalah salah satu judul dari penjelasan yang akan saya tulis nanti. Tentunya masih banyak lagi penjelasan-penjelasan penting dari Pak Satria yang akan saya tulis berikutnya. Semoga saya mampu menuliskannya dengan baik. Semoga nanti saya bisa belajar lagi kepada beliau. Salam hormat saya kepada Bapak Satria Dharma.

Surabaya, 18 April 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun