Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tuhan itu Penuh Perhitungan

23 Maret 2024   21:28 Diperbarui: 23 Maret 2024   21:33 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.pexels.com

Sebaliknya, bila kita melakukan kebaikan, perbanyaklah bersyukur. Walaupun kebaikan itu menurut kita kecil, namun bisa jadi akan mendapat imbalan yang besar dari Tuhan. Kita pun tak perlu kecewa bila kebaikan yang kita lakukan tidak diapresiasi oleh manusia. Sebab tak ada balasan yang paling indah atas kebaikan yang kita lakukan kecuali pahala dari Tuhan.

Untuk itu, kita perlu terus melatih diri untuk selalu memohon ampun kepada Tuhan. Bagaimanapun sebagai manusia, kita tak akan bisa lepas dari dosa dan lupa. Semoga dengan istikamah memohon ampun, Tuhan akan mengampuni dan meridai kita.

Nabi Muhammad saw yang maksum saja selalu beristighfar kepada Tuhan. Beliau tidak kurang dari 100 kali setiap hari dalam beristighfar. Apalagi kita, manusia yang tidak maksum, manusia yang masih diliputi banyak kekurangan dan kesalahan. Tentu seharusnya lebih banyak beristighfar setiap hari.

Selain itu, kita juga perlu senantiasa bersyukur kepada Tuhan. Sebab kita tak akan pernah bisa lepas dari nikmat Tuhan. Kehidupan, kebaikan, ketaatan, keimanan, dan segala hal yang menyebabkan kita ada adalah anugerah indah dari Tuhan. 

Ada sebuah kisah inspiratif dan penuh hikmah. Konon ada seorang saleh yang tekun beribadah. Sampai-sampai dia sangat yakin akan dimasukkan ke surga oleh Tuhan. Lalu, dia pun meninggal.

Akan tetapi, apa yang terjadi? Dia justru dimasukkan ke neraka. Dia pun protes kepada Tuhan. Dia menjelaskan bahwa dia sudah melakukan banyak amal saleh selama di dunia. Oleh karena itu, seharusnya Tuhan memasukkan dia ke surga.

Kemudian Tuhan mengajak orang tersebut untuk menimbang antara nikmat Tuhan dengan amal saleh dia. Diambillah semua amal saleh dia untuk ditaruh di satu timbangan. Sementara Tuhan hanya mengambil nikmat penglihatan orang itu untuk ditaruh di timbangan sebelahnya.

Di situlah ketahuan bahwa seluruh amal saleh orang tersebut tidak mampu menyaingi nikmat Tuhan yang berupa penglihatan. Padahal masih banyak nikmat Tuhan yang belum dimasukkan ke timbangan. Penglihatan hanya sebagian kecil kenikmatan dari seluruh kenikmatan yang Tuhan berikan kepadanya.

Melihat itu maka menangislah orang tersebut. Dia malu dan memohon ampun kepada Tuhan karena telah sombong terhadap amalnya. Dia mengakui bahwa dia tak layak menuntut apa pun kepada Tuhan atas amal saleh yang telah dilakukan.

Dari kisah itu maka sungguh tak ada alasan bagi kita untuk tidak senantiasa bersyukur. Apa pun yang kita lakukan tidak pernah lepas dari izin-Nya. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas izin Tuhan.

Dikisahkan bahwa Nabi Muhammad saw salat hingga kakinya bengkak. Kemudian Sayyidah Aisyah pun bertanya, mengapa Nabi salat hingga demikian. Bukankah dosa-dosa beliau telah diampuni oleh Tuhan baik yang lalu maupun yang akan datang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun