Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Nature

Benarkan Energi Surya Lebih Ekonomis daripada Batubara?

21 Juli 2025   19:06 Diperbarui: 21 Juli 2025   19:06 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melihat ke depan, arah angin ekonomi energi sangat jelas. Tren penurunan biaya surya dan baterai diperkirakan terus berlanjut akibat inovasi teknologi dan skala produksi. Sebaliknya, biaya batubara menghadapi tekanan naik:

  • Regulasi Karbon: Penerapan pajak karbon atau sistem perdagangan emisi (cap-and-trade) akan secara langsung menambah biaya operasi PLTU.
  • Biaya Modal (Financing Cost): Bank dan lembaga keuangan global semakin enggan mendanai proyek batubara baru karena risiko lingkungan, sosial, dan reputasi (stranded asset), membuat biaya modalnya lebih mahal.
  • Volatilitas Harga Batubara: Harga komoditas batubara fluktuatif, dipengaruhi pasar global, berbeda dengan "bahan bakar" surya (matahari) yang gratis dan stabil.

Sementara itu, nilai tambah surya semakin terlihat: kemandirian energi (kurangi impor), penciptaan lapangan kerja hijau lokal, peningkatan citra, dan kontribusi nyata pada target iklim nasional.

Ekonomis yang Mana yang Kita Pilih?

Jadi, mana yang lebih ekonomis: Surya atau Batubara? Dalam perspektif biaya langsung jangka pendek sempit (LCOE konvensional), batubara mungkin masih bersaing di beberapa lokasi, tetapi keunggulannya menyusut cepat. Dalam perspektif biaya penuh jangka panjang (termasuk eksternalitas dan biaya sistem), energi surya semakin tak terbantahkan sebagai pilihan yang lebih murah---dan jauh lebih berkelanjutan.

Klaim "batubara lebih murah" seringkali adalah mitos yang dipertahankan oleh warisan infrastruktur, kebijakan yang belum sepenuhnya menangkap biaya sebenarnya, dan ketakutan akan perubahan. Tantangan integrasi surya memang nyata, tetapi bukan alasan untuk berhenti. Ini adalah panggilan untuk investasi cerdas dalam jaringan modern, penyimpanan energi, manajemen permintaan, dan kebijakan pendukung yang memastikan transisi berjalan adil, terutama bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada sektor batubara.

Pilihan kita hari ini bukan hanya tentang angka di neraca perusahaan listrik. Ini tentang investasi di masa depan yang bersih, sehat, dan tangguh---atau membayar cicilan mahal untuk warisan polusi dan krisis iklim. Ekonomi sejati memandang jauh ke depan. Dan di ujung horizon itu, matahari bersinar lebih terang---bukan hanya secara harfiah, tetapi juga di neraca biaya sejati peradaban kita. Menolak transisi energi terbarukan bukanlah menghemat uang; itu adalah utang ekologis yang akan ditagih dengan bunga sangat tinggi oleh generasi mendatang. Kita tak bisa terus menjual kesehatan anak cucu demi listrik murah hari ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun