"Pak, saham gorengan itu seperti apa sih? Kenapa bisa naik turun begitu cepat, dan kenapa banyak orang justru tergoda?"
Pertanyaan ini sering saya dengar, baik di kelas, seminar, hingga pesan pribadi dari pembaca. Jawabannya menarik karena melibatkan bukan hanya analisis pasar, tapi juga psikologi massa, logika ekonomi, dan sedikit kisah tentang kerakusan manusia.
Bagi saya, inilah saatnya membuka tabir tentang saham gorengan, bukan dengan bahasa teknis yang kaku, tapi dengan pendekatan sederhana dan menyenangkan. Karena seperti yang sering saya katakan:
"Ilmu ekonomi itu sebenarnya asik---kalau disampaikan dengan cara yang manusiawi."
Saham gorengan bukan istilah resmi di dunia keuangan. Ia adalah istilah pasar yang merujuk pada saham yang harganya dimanipulasi secara tidak wajar oleh pihak-pihak tertentu, biasanya dengan tujuan mengerek harga secara cepat agar tampak menguntungkan, lalu dijual sebelum harga anjlok kembali.
Proses ini sering disebut "pump and dump"---harga dipompa naik lewat rumor, aksi beli masif, atau sentimen palsu, lalu dilepas di puncak untuk meraup untung besar, meninggalkan investor kecil dalam kerugian.
Gorengan---dalam pengertian harfiah---memang renyah dan menggoda, tapi jika dikonsumsi berlebihan tanpa tahu bahan dan prosesnya, bisa membahayakan kesehatan. Analogi ini sangat tepat untuk menggambarkan saham sejenis ini.
Ciri-Ciri Saham Gorengan
Tidak semua saham murah adalah gorengan, dan tidak semua saham yang naik cepat itu manipulatif. Namun, saham gorengan memiliki beberapa pola khas yang dapat dideteksi sejak awal:
1. Lonjakan Harga Tidak Wajar
Jika sebuah saham naik puluhan hingga ratusan persen dalam waktu sangat singkat, padahal tidak ada berita bisnis, aksi korporasi, atau laporan keuangan baru, patut dicurigai. Kenaikan harga tanpa fundamental adalah sinyal merah pertama.