Suatu sore di tahun 1650, Gubernur VOC Jan Pieterszoon Coen menggelar rapat darurat di Batavia. "Bakar 40% ladang pala di Ambon," katanya sambil menepuk-nepuk globe kayu. "Agar harga tetap anggun." Dua zaman berganti, di sebuah ruang berkarpet tebal Wina (2022), Menteri Energi Arab Saudi tersenyum halus: "Mari kita kurangi produksi... demi keseimbangan pasar." Seolah-olah sejarah ekonomi adalah sekolah khusus kartel, di mana murid-murid baru hanya perlu mengganti seragam, bukan mengubah silabus.
Kelas Dasar Kartel 101: Dari Bedil ke Kalkulator
VOC punya modus operandi sederhana:
- Kuasai sumber daya (rempah)
- Ciptakan kelangkaan (bakar surplus)
- Jual mahal (harga pala naik 400% dalam 30 tahun)
OPEC, murid teladan sekolah yang sama, memodernisasi kurikulum:
- Kuasai pasokan (42% minyak dunia)
- Atur kelangkaan (pemotongan produksi 2 juta barel/hari)
- Harga melambung (US$147/barel di 2008)
"Bedanya," tulis ekonom baggy P.J. O'Rourke dalam Eat the Rich, "VOC memakai meriam, OPEC memakai press release."
Ironi Negeri Minyak yang Tak Punya Minyak
Indonesia - produsen OPEC sejak 1962 - menghadapi paradoks lucu:
- Eksportir minyak, tapi 60% BBM dalam negeri masih impor (data Pertamina)
- Punya kilang Cilacap sejak 1888, tapi solar lebih mahal dari Singapura
- Subsidi energi membengkak Rp502 triliun (2024), sementara kontrak minyak dengan Aramco menguntungkan pihak asing
"Kita seperti tuan rumah yang menyediakan champagne untuk pesta tetangga, sementara anak-anaknya minum air sumur," sindir ekonom senior dengan elegan.
Ketika Kartel Menjadi Seni Tinggi
Bayangkan galeri seni bertajuk "Kartel dalam Ornamen Zaman":
- Karya 1: Still Life with Burning Nutmeg (VOC, 1622) - media campuran (asap, air mata petani)
- Karya 2: Performance Art: The OPEC Meeting (1973) - aktor utama Sheikh Yamani dengan kalimat sakti: "Oil is not just a commodity, it's a weapon."
- Karya 3: Interactive Installation: Indonesian Fuel Queue (2024) - pengunjung bermain peran sopir truk yang antre solar bersubsidi sambil hitung inflasi
Data yang Berbusana Satin