Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

OPEC dan VOC : Sekolah Tua Kartel yang Masih Menerima Murid Baru.

3 Juni 2025   06:41 Diperbarui: 3 Juni 2025   06:41 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Suatu sore di tahun 1650, Gubernur VOC Jan Pieterszoon Coen menggelar rapat darurat di Batavia. "Bakar 40% ladang pala di Ambon," katanya sambil menepuk-nepuk globe kayu. "Agar harga tetap anggun." Dua zaman berganti, di sebuah ruang berkarpet tebal Wina (2022), Menteri Energi Arab Saudi tersenyum halus: "Mari kita kurangi produksi... demi keseimbangan pasar." Seolah-olah sejarah ekonomi adalah sekolah khusus kartel, di mana murid-murid baru hanya perlu mengganti seragam, bukan mengubah silabus.

Kelas Dasar Kartel 101: Dari Bedil ke Kalkulator

VOC punya modus operandi sederhana:

  1. Kuasai sumber daya (rempah)
  2. Ciptakan kelangkaan (bakar surplus)
  3. Jual mahal (harga pala naik 400% dalam 30 tahun)

OPEC, murid teladan sekolah yang sama, memodernisasi kurikulum:

  1. Kuasai pasokan (42% minyak dunia)
  2. Atur kelangkaan (pemotongan produksi 2 juta barel/hari)
  3. Harga melambung (US$147/barel di 2008)

"Bedanya," tulis ekonom baggy P.J. O'Rourke dalam Eat the Rich, "VOC memakai meriam, OPEC memakai press release."

Ironi Negeri Minyak yang Tak Punya Minyak

Indonesia - produsen OPEC sejak 1962 - menghadapi paradoks lucu:

  • Eksportir minyak, tapi 60% BBM dalam negeri masih impor (data Pertamina)
  • Punya kilang Cilacap sejak 1888, tapi solar lebih mahal dari Singapura
  • Subsidi energi membengkak Rp502 triliun (2024), sementara kontrak minyak dengan Aramco menguntungkan pihak asing

"Kita seperti tuan rumah yang menyediakan champagne untuk pesta tetangga, sementara anak-anaknya minum air sumur," sindir ekonom senior dengan elegan.

Ketika Kartel Menjadi Seni Tinggi

Bayangkan galeri seni bertajuk "Kartel dalam Ornamen Zaman":

  • Karya 1: Still Life with Burning Nutmeg (VOC, 1622) - media campuran (asap, air mata petani)
  • Karya 2: Performance Art: The OPEC Meeting (1973) - aktor utama Sheikh Yamani dengan kalimat sakti: "Oil is not just a commodity, it's a weapon."
  • Karya 3: Interactive Installation: Indonesian Fuel Queue (2024) - pengunjung bermain peran sopir truk yang antre solar bersubsidi sambil hitung inflasi

Data yang Berbusana Satin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun