Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Paradoks Penghematan Anggaran pada K/LM.

6 Februari 2025   10:45 Diperbarui: 6 Februari 2025   10:45 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam sektor pelayanan publik, penghematan anggaran dapat menyebabkan penurunan kualitas layanan. Berkurangnya alokasi anggaran untuk operasional rumah sakit atau sekolah, misalnya, dapat berdampak langsung pada masyarakat yang membutuhkan layanan tersebut. Pengurangan anggaran juga berisiko meningkatkan beban kerja pegawai negeri sipil (PNS) tanpa diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan dan sarana kerja yang memadai.

Dampak lain yang tak kalah penting adalah ketidakpastian kebijakan bagi sektor swasta. Banyak program yang melibatkan kemitraan dengan sektor swasta---seperti proyek infrastruktur berbasis kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU)---dapat terganggu jika terdapat pemangkasan anggaran secara tiba-tiba. Hal ini dapat menurunkan kepercayaan investor terhadap kebijakan pemerintah, yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Strategi Mitigasi dan Solusi Kebijakan

Untuk mengatasi paradoks penghematan anggaran, diperlukan pendekatan yang lebih cerdas dan berbasis bukti (evidence-based policy). Beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi:

  1. Peningkatan Kualitas Perencanaan Anggaran Pemerintah perlu menerapkan sistem perencanaan anggaran yang lebih fleksibel dan berbasis kebutuhan, bukan sekadar pemangkasan secara linear. Penggunaan pendekatan berbasis kinerja (performance-based budgeting) dapat membantu mengidentifikasi program yang benar-benar memberikan dampak positif bagi masyarakat.
  2. Reformasi Struktur Anggaran Menghilangkan belanja-belanja yang bersifat non-produktif, seperti perjalanan dinas yang berlebihan dan pengadaan barang yang tidak mendukung kinerja utama kementerian/lembaga, perlu menjadi prioritas. Selain itu, sistem anggaran berbasis tahunan dapat ditinjau kembali agar lebih fleksibel dan mencegah pemborosan akibat mekanisme "kejar tayang" di akhir tahun anggaran.
  3. Penguatan Pengawasan dan Transparansi Kebijakan penghematan anggaran harus didukung dengan sistem pengawasan yang ketat dan berbasis transparansi. Keterlibatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan lembaga pengawas lainnya harus lebih diperkuat untuk memastikan bahwa kebijakan penghematan benar-benar diterapkan tanpa menimbulkan dampak negatif yang lebih besar.
  4. Optimalisasi Teknologi Digital Pemanfaatan teknologi dalam tata kelola keuangan negara dapat menjadi solusi dalam meningkatkan efisiensi tanpa mengorbankan efektivitas. Digitalisasi proses penganggaran dan pemantauan realisasi anggaran dapat membantu dalam mengidentifikasi potensi pemborosan lebih awal dan mengambil langkah mitigasi yang tepat.

Menuju Penghematan yang Cerdas dan Efektif

Paradoks penghematan anggaran di kementerian dan lembaga negara di Indonesia tidak bisa diselesaikan hanya dengan kebijakan pemotongan anggaran yang bersifat reaktif. Sebaliknya, diperlukan pendekatan yang lebih strategis, berbasis data, dan memperhitungkan dampak jangka panjang. Penghematan yang efektif bukan hanya tentang mengurangi pengeluaran, tetapi juga memastikan bahwa setiap rupiah yang digunakan benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, kebijakan fiskal yang diterapkan tidak hanya sekadar memenuhi target anggaran, tetapi juga meningkatkan efektivitas tata kelola pemerintahan secara menyeluruh. Pilih penghematan atau mengejar pertumbuhan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun