Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Dosen FEB, Peneliti, Penulis, Senang belajar https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi Inklusif, Ketersediaan dan Kualitas Komoditi Pertanian (109)

22 Februari 2024   08:58 Diperbarui: 22 Februari 2024   08:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pertanian telah lama menjadi tulang punggung bagi banyak ekonomi di seluruh dunia. Ketersediaan dan kualitas komoditi pertanian bukan hanya memengaruhi stabilitas ekonomi suatu negara tetapi juga menjadi pilar penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif. Disini kami akan mengeksplorasi peran ketersediaan dan kualitas komoditi pertanian dalam membangun ekonomi inklusif.

Salah satu aspek penting dari ketersediaan komoditi pertanian adalah keberlanjutan produksi. Pertanian yang berkelanjutan tidak hanya memastikan ketersediaan pangan bagi populasi saat ini tetapi juga melindungi sumber daya alam untuk generasi mendatang. Teknik pertanian yang berkelanjutan, seperti praktik organik dan penggunaan teknologi hijau, memainkan peran penting dalam menjaga produktivitas tanah tanpa merusak lingkungan. Dengan demikian, ketersediaan komoditi pertanian yang berkelanjutan adalah prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi inklusif yang berkelanjutan.

Selain ketersediaan, kualitas komoditi pertanian juga memainkan peran kunci dalam mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif. Kualitas yang baik meningkatkan daya saing produk pertanian di pasar global dan meningkatkan nilai tambah bagi petani. Misalnya, investasi dalam infrastruktur pasca-panen dan sistem distribusi yang efisien dapat memastikan bahwa produk pertanian tetap segar dan berkualitas saat mencapai konsumen. Lebih jauh lagi, pendidikan dan pelatihan bagi petani dalam praktik-praktik agronomi terbaik dan manajemen usaha dapat meningkatkan kualitas produksi mereka, yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.

Namun, tantangan besar dalam mencapai ketersediaan dan kualitas komoditi pertanian yang memadai adalah kesenjangan teknologi antara petani kecil dan besar. Petani kecil sering kali tidak memiliki akses ke teknologi modern dan sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan kebijakan dan program yang mempromosikan inklusi digital dan akses ke teknologi bagi petani kecil. Melalui inisiatif seperti pelatihan teknis, akses ke pasar melalui platform digital, dan subsidi untuk teknologi pertanian yang inovatif, kita dapat mengurangi kesenjangan teknologi dan meningkatkan partisipasi petani kecil dalam ekonomi pertanian.

Selain itu, penting juga untuk memperkuat rantai pasokan pertanian agar lebih inklusif. Ini mencakup memastikan bahwa petani kecil memiliki akses ke pasar yang adil dan transparan serta mengurangi ketimpangan dalam distribusi nilai tambah di seluruh rantai pasokan. Dengan demikian, memperkuat kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil sangat penting dalam mempromosikan pertumbuhan ekonomi inklusif dalam sektor pertanian.

Secara keseluruhan, ketersediaan dan kualitas komoditi pertanian adalah pilar penting dalam membangun pertumbuhan ekonomi inklusif. Dengan memastikan ketersediaan pangan yang berkelanjutan, meningkatkan kualitas produk pertanian, mengurangi kesenjangan teknologi, dan memperkuat rantai pasokan yang inklusif, kita dapat menciptakan ekonomi pertanian yang berdaya saing dan inklusif yang memberdayakan petani kecil dan mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.


Ketersediaan dan kualitas komoditi pertanian merujuk pada ketersediaan dan standar produk-produk pertanian yang dihasilkan oleh petani atau produsen pertanian. Ketersediaan mengacu pada jumlah dan aksesibilitas produk pertanian, sementara kualitas merujuk pada atribut-atribut seperti kebersihan, kesegaran, gizi, dan cita rasa.

Jenis:

  1. Ketersediaan:
    • Ketersediaan pangan: Merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
    • Ketersediaan bahan baku: Merujuk pada ketersediaan bahan baku pertanian untuk industri makanan, tekstil, atau bahan bakar.
    • Ketersediaan pakan ternak: Melibatkan ketersediaan pakan yang cukup untuk peternakan dan peternak.
  2. Kualitas: 
    • Kualitas gizi: Merupakan tingkat gizi atau nilai nutrisi dari komoditas pertanian.
    • Kualitas organoleptik: Merujuk pada aspek-aspek sensoris seperti rasa, aroma, warna, dan tekstur.
    • Kualitas kebersihan: Menyangkut tingkat kebersihan dan keamanan pangan, termasuk tingkat residu pestisida atau bahan kimia lainnya.

Bentuk: Ketersediaan: 

  • Ketersediaan lokal: Produk pertanian yang tersedia dan dikonsumsi di tingkat lokal atau regional.
  • Ketersediaan global: Produk pertanian yang diperdagangkan di pasar global dan dapat diakses oleh berbagai negara.
  1. Kualitas:
    • Kualitas standar: Merujuk pada standar atau spesifikasi yang ditetapkan oleh pemerintah atau badan standar untuk produk pertanian.
    • Kualitas diferensial: Mengacu pada perbedaan kualitas antara produk pertanian yang diproduksi oleh berbagai produsen atau wilayah.

Contoh:

  1. Ketersediaan:
    • Ketersediaan lokal: Sayuran dan buah-buahan musiman yang dijual di pasar tradisional di desa-desa.
    • Ketersediaan global: Gandum, jagung, dan kedelai yang diperdagangkan di pasar komoditas internasional.
  2. Kualitas:
    • Kualitas gizi: Susu segar yang kaya akan protein dan kalsium.
    • Kualitas organoleptik: Buah-buahan tropis seperti mangga atau nanas yang memiliki rasa manis dan aroma yang khas.
    • Kualitas kebersihan: Sayuran organik yang ditanam tanpa menggunakan pestisida atau bahan kimia sintetis.

 
Negara yang Telah Sukses: Jepang. Jepang merupakan contoh negara yang telah berhasil menjadikan ketersediaan dan kualitas komoditi pertanian sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif. Meskipun memiliki lahan pertanian yang terbatas dan populasi yang padat, Jepang telah menerapkan berbagai kebijakan dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertaniannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun