Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Dosen FEB, Peneliti, Penulis, Senang belajar https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi Inklusif: Kebijakan Agraria (69)

18 Februari 2024   05:05 Diperbarui: 18 Februari 2024   06:15 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kebijakan agraria yang adil merupakan fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi inklusif di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif mengacu pada pertumbuhan yang tidak hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok, tetapi juga mencakup seluruh lapisan masyarakat, termasuk yang berada di pedesaan dan memiliki hubungan erat dengan sektor pertanian.

Pentingnya kebijakan agraria yang adil untuk pertumbuhan ekonomi inklusif dapat dilihat dari beberapa aspek, di antaranya:

  1. Pemberian Akses Kepemilikan Tanah yang Merata: Tanah merupakan aset utama bagi sebagian besar masyarakat pedesaan. Kebijakan yang memastikan akses yang merata terhadap kepemilikan tanah dapat membantu mengurangi kesenjangan ekonomi dan memperkuat daya beli masyarakat pedesaan. Hal ini dapat dicapai melalui reformasi agraria yang membagikan tanah secara adil kepada petani kecil dan masyarakat pedesaan.
  2. Perlindungan Hak-Hak Petani: Petani kecil sering kali rentan terhadap eksploitasi oleh pihak-pihak yang lebih kuat, seperti pengembang properti atau korporasi besar. Kebijakan yang memberikan perlindungan hukum terhadap hak-hak petani, seperti hak sewa dan hak atas tanah yang dikerjakan, penting untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan memastikan bahwa mereka dapat mengambil bagian secara adil dalam pertumbuhan ekonomi.
  3. Peningkatan Infrastruktur Pedesaan: Infrastruktur yang baik di pedesaan, seperti jalan, irigasi, dan pasar yang terjangkau, dapat meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas masyarakat pedesaan dengan pasar dan peluang ekonomi lainnya. Kebijakan yang mengalokasikan sumber daya untuk memperbaiki dan memperluas infrastruktur pedesaan akan membantu meningkatkan produktivitas pertanian dan memperluas kesempatan ekonomi bagi masyarakat pedesaan.
  4. Pengembangan Keterampilan dan Kapasitas: Melalui pelatihan dan pendidikan yang berkualitas, masyarakat pedesaan dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam pertanian maupun sektor-sektor ekonomi lainnya. Kebijakan yang mendukung pengembangan keterampilan dan kapasitas masyarakat pedesaan akan membantu meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka dalam pasar tenaga kerja.
  5. Pendekatan Berbasis Gender: Kebijakan agraria yang adil harus mengakui peran penting perempuan dalam pertanian dan ekonomi pedesaan. Dukungan terhadap akses perempuan terhadap tanah, pendidikan, dan sumber daya lainnya akan membantu mengurangi kesenjangan gender dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
  6. Pemberdayaan Komunitas Lokal: Melalui partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pertanian dan pengelolaan sumber daya alam, kebijakan agraria yang adil dapat memperkuat kapasitas dan kemandirian komunitas lokal. Hal ini akan menciptakan kondisi yang lebih kondusif bagi pertumbuhan ekonomi inklusif yang berkelanjutan.

Dengan menerapkan kebijakan agraria yang adil, sebuah negara dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif yang berkelanjutan, di mana seluruh masyarakat, termasuk yang berada di pedesaan, dapat mengambil bagian secara aktif dan merata dalam proses pembangunan ekonomi.


Kebijakan agraria yang adil untuk pertumbuhan ekonomi inklusif adalah serangkaian kebijakan yang dirancang untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif di sektor pertanian dan agraria secara keseluruhan. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa manfaat pertumbuhan ekonomi didistribusikan secara adil di antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk petani kecil, petani besar, pekerja agraria, dan masyarakat pedesaan pada umumnya. Berikut adalah beberapa komponen yang mungkin tercakup dalam kebijakan agraria yang adil:

  1. Reformasi Agraria: Merupakan proses restrukturisasi atau redistribusi kepemilikan lahan agraria untuk memastikan akses yang lebih adil terhadap sumber daya tersebut. Ini dapat mencakup redistribusi lahan dari pemilik besar kepada petani kecil atau penduduk lokal yang lebih membutuhkan.
  2. Perlindungan Hak Kepemilikan: Menguatkan perlindungan hukum dan kelembagaan terhadap hak kepemilikan tanah bagi semua pemangku kepentingan, termasuk petani kecil dan komunitas adat. Ini mencakup pemberian sertifikat kepemilikan tanah yang jelas dan perlindungan hukum terhadap klaim tanah yang sah.
  3. Akses dan Kontrol atas Sumber Daya: Memastikan akses yang lebih adil dan kontrol yang lebih besar atas sumber daya alam seperti tanah, air, dan hutan bagi masyarakat lokal, terutama petani kecil dan kelompok rentan lainnya. Ini bisa dilakukan melalui kebijakan yang mendukung kepemilikan kolektif atau pengelolaan bersama sumber daya alam.
  4. Kebijakan Agraria Pro-Petani Kecil: Mengadopsi kebijakan yang secara khusus menguntungkan petani kecil, seperti subsidi input pertanian, pembiayaan yang terjangkau, akses ke pasar yang adil, dan dukungan teknis untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka.
  5. Reformasi Kebijakan Pertanian: Mengubah kebijakan yang mendukung monopoli atau oligopoli dalam sektor pertanian untuk memastikan persaingan yang sehat dan akses yang lebih adil ke pasar bagi semua petani, terutama mereka yang kecil.
  6. Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan: Mendorong partisipasi aktif masyarakat pedesaan, termasuk petani kecil dan perempuan, dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pembangunan agraria dan pertanian.

Contoh-contoh kebijakan agraria yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif meliputi:

  • Program redistribusi tanah yang memberikan lahan kepada petani kecil yang sebelumnya tidak memiliki akses yang memadai.
  • Undang-undang yang melindungi hak-hak kepemilikan tanah masyarakat adat dan memberikan mereka kontrol atas sumber daya alam yang mereka kelola.
  • Subsidi pupuk dan benih untuk petani kecil guna meningkatkan produktivitas mereka.
  • Kebijakan yang mendorong koperasi pertanian untuk meningkatkan kekuatan tawar petani kecil dalam akses ke pasar.
  • Program pelatihan dan bantuan teknis untuk memperkenalkan praktik pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan kepada petani kecil.

Dengan menerapkan kebijakan agraria yang adil, pemerintah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif di sektor pertanian dan agraria, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan secara keseluruhan.


Beberapa negara telah berhasil menjalankan kebijakan agraria yang adil untuk mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif di sektor pertanian dan agraria. Berikut adalah beberapa contoh negara yang terkenal dengan kebijakan agraria yang berhasil:

  1. Taiwan: Taiwan merupakan contoh sukses dalam menerapkan reformasi agraria yang berhasil pada pertengahan abad ke-20. Melalui kebijakan reformasi agraria, pemerintah Taiwan berhasil mengubah struktur kepemilikan tanah yang tidak merata dengan mendistribusikan tanah secara adil kepada petani kecil. Hal ini membantu meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi kesenjangan sosial di pedesaan.
  2. Korea Selatan: Korea Selatan juga berhasil melaksanakan reformasi agraria yang sukses setelah Perang Korea. Melalui program redistribusi tanah yang luas, pemerintah Korea Selatan berhasil meningkatkan akses petani kecil terhadap lahan pertanian dan mengurangi ketimpangan sosial di pedesaan. Ini membantu memacu pertumbuhan ekonomi inklusif di negara tersebut.
  3. Jepang: Jepang telah lama dikenal dengan kebijakan agraria yang mendukung petani kecil. Meskipun struktur agraria Jepang telah mengalami perubahan sejak setelah Perang Dunia II, namun pemerintah Jepang tetap menerapkan kebijakan yang mendukung keberlangsungan petani kecil, seperti subsidi pertanian, akses yang adil ke pasar, dan dukungan teknis. Hal ini telah membantu menjaga keberlangsungan pertanian dan pertumbuhan ekonomi inklusif di Jepang.
  4. Brazil: Brazil merupakan contoh yang menarik dalam hal kebijakan agraria yang berorientasi pada inklusivitas. Pada awal abad ke-21, pemerintah Brazil meluncurkan program reformasi agraria yang dikenal sebagai Programa Nacional de Reforma Agrria (PNRA). Program ini bertujuan untuk mendistribusikan tanah secara adil kepada petani kecil dan kelompok masyarakat adat serta meningkatkan akses mereka terhadap sumber daya dan layanan yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi, program ini telah membawa perubahan positif bagi jutaan petani kecil di Brazil.

Negara-negara ini memberikan contoh bagaimana kebijakan agraria yang adil dapat menjadi kunci untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi inklusif di sektor pertanian dan agraria, serta mengurangi kesenjangan sosial di pedesaan. Jangan lupa, Indonesia adalah negara agraris.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun