Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Dosen FEB, Peneliti, Penulis, Senang belajar https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Disinformation

11 Februari 2024   01:30 Diperbarui: 11 Februari 2024   01:48 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Digitalisasi yang pesat telah membawa banyak dampak positif bagi masyarakat, namun juga menimbulkan sejumlah masalah yang serius. Salah satu masalah utama yang muncul adalah penyebaran disinformasi yang sangat cepat. Menurut laporan World Economic Forum (WEF), teknologi AI seperti deepfake memiliki potensi besar untuk mempengaruhi hasil pemilu dan politik lainnya. Deepfake memungkinkan pembuatan video palsu yang sangat meyakinkan, membingungkan masyarakat dan memperkuat narasi palsu.

Kekhawatiran terhadap deepfake tidaklah tanpa dasar. Dengan kemajuan pesat dalam teknologi AI, algoritma yang digunakan untuk membuat deepfake semakin canggih dan mudah diakses oleh siapapun dengan pengetahuan teknis yang cukup. Hal ini membuka pintu bagi penyebaran informasi palsu yang sangat meyakinkan dengan tujuan memanipulasi opini publik, merusak reputasi seseorang, atau bahkan mengubah hasil politik.

Salah satu contoh yang mengkhawatirkan adalah kemungkinan adanya deepfake video yang menampilkan kandidat politik mengucapkan kata-kata atau tindakan yang sebenarnya tidak pernah mereka ucapkan atau lakukan. Hal ini bisa memiliki dampak serius pada persepsi masyarakat terhadap kandidat tersebut, bahkan dapat mempengaruhi hasil pemilihan.

Selain itu, deepfake juga dapat digunakan untuk menghasilkan video atau audio palsu dari tokoh-tokoh politik atau tokoh masyarakat yang mempengaruhi, dengan tujuan memicu ketegangan sosial atau bahkan konflik antarnegara. Dengan menyebarkan konten yang mengandung deepfake, pihak yang tidak bertanggung jawab dapat memperkuat narasi yang merugikan kepentingan publik dan kestabilan politik.

Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif untuk menghadapi ancaman deepfake ini. Ini termasuk peningkatan kesadaran masyarakat tentang risiko deepfake, pengembangan teknologi deteksi deepfake yang lebih canggih, dan penguatan kerja sama internasional untuk memerangi penyebaran deepfake yang merugikan.

Pemerintah, lembaga internasional, platform media sosial, dan masyarakat secara luas harus bekerja sama untuk mengembangkan solusi yang efektif untuk mengatasi ancaman deepfake ini. Hanya dengan tindakan bersama, kita dapat melindungi integritas demokrasi, keamanan publik, dan kepercayaan masyarakat dalam proses politik dan informasi.

Namun, tidak semua disinformasi berasal dari teknologi canggih seperti deepfake. Sebagai contoh, dua belas aktivis anti-vaksin berhasil menghasilkan sebagian besar konten anti-vaksin yang tersebar di platform media sosial seperti Facebook dan Twitter. Konten mereka, meskipun sederhana, berhasil membanjiri internet dengan disinformasi berbahaya dan menimbulkan rasa takut yang signifikan. Ini memiliki dampak yang serius, seperti meningkatnya keraguan terhadap vaksin dan radikalisasi politik.

Konten anti-vaksin yang disebarkan oleh para aktivis tersebut sering kali mengandung klaim yang tidak didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat. Mereka mungkin menggunakan argumen yang menyesatkan atau mengutip penelitian yang tidak valid untuk mendukung pandangan mereka. Tanpa pemahaman yang benar tentang keamanan dan manfaat vaksin, masyarakat rentan terhadap informasi palsu ini dan dapat mengambil keputusan yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan mereka sendiri dan masyarakat luas.

Dampak dari penyebaran konten anti-vaksin ini sangatlah serius. Salah satu dampak utamanya adalah meningkatnya keraguan terhadap vaksin di kalangan masyarakat. Ketika informasi palsu atau tidak akurat disebarkan secara luas, masyarakat menjadi ragu untuk menerima vaksinasi, yang dapat mengurangi kekebalan kelompok dan meningkatkan risiko terjadinya wabah penyakit yang dapat dicegah.

Selain itu, penyebaran disinformasi tentang vaksin juga dapat berkontribusi pada radikalisasi politik. Konten anti-vaksin seringkali terkait erat dengan teori konspirasi atau pandangan ekstrem tentang pemerintah atau industri farmasi. Hal ini dapat memperkuat polarisasi politik dan memicu ketegangan antar kelompok, yang pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas sosial dan politik suatu negara.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Platform media sosial perlu meningkatkan pengawasan terhadap konten yang disebarkan di platform mereka dan mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan menghapus konten yang menyesatkan atau berbahaya. Pemerintah juga perlu mengambil peran dalam meningkatkan literasi kesehatan masyarakat dan memastikan bahwa informasi yang akurat dan dapat dipercaya tentang vaksin disebarkan secara luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun