Mohon tunggu...
Syaifuddin Sayuti
Syaifuddin Sayuti Mohon Tunggu... Dosen - blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

email : udin.sayuti@gmail.com twitter : @syaifuddin1969 IG: @syaifuddin1969 dan @liburandihotel FB: https://www.facebook.com/?q=#/udinsayuti69 Personal blog : http://syaifuddin.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Defisit Kalori dan Bergerak, Kunci Susutkan Perut Buncit

26 Februari 2024   10:19 Diperbarui: 26 Februari 2024   10:26 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Image by pikisuperstar on Freepik

Bagi laki-laki punya perut buncit kerap dianggap sebagai pertanda kemakmuran. Penganut paham ini meyakini  mereka yang punya perut  buncit biasanya ada di usia matang 40 tahunan ke atas. Dan usia tersebut biasanya sudah berada di fase hidup yang mapan, dengan karier mentereng dan harta berlimpah.      

Pandangan ini memang kontroversial, setidaknya bagi mereka pecinta hidup sehat. Mereka sama sekali tidak setuju dengan sesat pikir yang konon ditiupkan kalangan Generasi Baby Boomer tersebut.

Generasi sekarang yang punya kesadaran lebih pada kesehatan justru anti kemapanan ala generasi 70-an. Karena mereka sangat peduli pada perawatan diri yang menjadi bagian gaya hidupnya. Mereka lebih aktif bergerak dan punya kesadaran tinggi pada olahraga maupun makanan sehat.    

Kembali ke soal perut buncit, bagaimana sebenarnya cara menyusutkan perut buncit? 

Saya termasuk yang memiliki problem dengan perut buncit saya. Meski dibandingkan teman lain kadar kebuncitan perut saya tergolong masih wajar, tapi bagi saya tetap buncit. Dengan tinggi 167 cm dan berat badan (dulu) sekitar 83 kg, penampilan fisik saya tergolong tidak ideal. Lemak di perut membentuk gundukan kecil yang tidak sedap di pandang mata. 

Kondisi ini bukan hanya tak sedap dipandang, namun juga kerap jadi bahan olok-olok. Meski saya tak pernah mempersoalkan hal itu dan tak sekalipun jadi marah, suka tak suka itu kemudian membuat jadi masalah juga.

Saya jadi merasa tak cukup percaya diri (pede) terutama saat membeli pakaian. Pakaian saya umumnya berukuran satu nomor di atas ukuran normal saya.

Berbagai cara saya lakukan untuk menurunkan berat badan, mulai dari ke gym dan melakukan olahraga ringan. Saya juga mencoba aneka diet, namun tak satupun memuaskan saya.

Pemahaman saya waktu itu hanya untuk menurunkan berat badan. Padahal bukan itu sebenarnya masalah saya.

Sampai akhirnya tahun lalu saya divonis mengidap sejumlah penyakit dalam waktu bersamaan: stroke ringan, diabetes dan juga batu ginjal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun