Mohon tunggu...
Syahrul maulana
Syahrul maulana Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa S1,

Universitas Indraprasta PGRI.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sang Inspirator Guru Milenial (Sebuah Tapak Tilas)

8 September 2022   19:58 Diperbarui: 8 September 2022   20:41 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah ini diambil dari perjalanan seorang guru yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk sebuah perubahan besar dalam dunia pendidikan, proses perjalanan yang begitu mengharukan dan menakjubkan sehingga layak untuk diabadikan dalam catatan putih kehidupan.

Di ujung Kota Depok tepatnya di Desa Leuwinanggung Kecamatan Tapos yang dulu bernama Desa Cimanggis Kabupaten Bogor. Pernah berdiri sebuah madrasah negeri bernama MTsN Cimanggis yang sekarang menjadi MTs Negeri Kota Depok. 

Pada tahun ajaran 1996/1997 angkatan pertama dengan murid berjumlah 50 siswa menempati gedung MI Nurul Falah Leuwinanggung dengan Kepala Madrasahnya Bapak Sarnubi BA dan Kepala Tata Usaha Ibu Sri (dari KUA parung) serta Bendahara Bapak Ridwan Permana (dari KUA cieterup).

Pada tahun pertama awal masuk dan mengajar di bulan Oktober betapa terkejudnya saya ketika sekolah atau madrasah tidak ada yang mengajar karena sibuk dengan tugas Negara, lalu dari Kepala Madarah saya mendapatkan tugas dan wewenang penuh untuk ngurus anak-anak. Karena pada saat itu Kepala Madrasah datang ke madrasah hanya 2 hari sekali serta TU dan Bendahara sebulan sekali.dan pada saat itu juga meskipun sudah menjadi sekolah negeri tetapi tidak banyak guru berstatus guru PNS, hanya ada 3 guru PNS sisanya bebrapa guru berstatus honor. 

Waktu itu saya sudah mengajar di MTs Al Jihad dan siangnya di STM Baskara akhirnya tugas saya sanggupi tapi hanya 4 hari tidak bisa full dalam seminggu, saya mengajar IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, IPS, Qurdis, Aqidah Akhlak seperti guru MI hampir semua mapel saya ajarkan, hal itu dilakukan karena keterbatasan guru yang mengajar di sekolah tersebut.

Memasuki tahun ke dua datanglah beberapa guru berstatus PNS yaitu Ibu Deli, Bapak Didih dan Ibu Erlita dibagian TU saat itu memasuki tahun ajaran 1997/1998 dengan murid 48  setelah beberapa bulan mengajar ke 3 PNS yang baru masuk melaksanakan prajab selama 3 bulan. 

Saat itu juga saya merasakan kesepian lagi, sebagai guru yang merangkap jabatan sebagai kesiswaan dan BP3 ternyata repot juga sendirian ngurusin anak 2 kelas. Banyak masalah timbul sa;ah satunya banyaknya siswa yang tidak masuk.

Lalu saya berinisiatif berkunjung ke rumah-rumah orang tua siswa yang tidak masuk, ternyata siswa yang tidak masuk alasannya lebih mengutamakan cari pakan ternak dari pada belajar. Seiring berjalnnya waktu masalah tersebut dapat di atasi dan tumbuh motivasi belajar terhadap siswa.

Memasuki tahun ketiga hampir setiap hari saya sering diajak Kepala Madrasah bola balik ke STM Baskara atau MTs Alkautsar untuk mencari lokasi yang nantinya akan dijadikan tempat untuk MTs Negeri Kota Depok dan ditahun yang sama MTs Negeri di usir dari MI Nurul Falah. Setiap hari Kepala Madrasah mendapat teror mobilnya dikempesin depan kanan belakang kiri, bahkan pernah mendapat ancaman mau di bunuh.

Akhirnya tahun ketiga 1998/1999 pindah ke TK Annur babakan Cibinong dan mendapatkan siswa 7 siswa namun yang di Leuwinanggung tetap belajar sebagai kelas jauh dengan kondisi seadanya termasuk gurunnya. Sebagai koordinator harus bisa membagi waktu di Leuwinanggung, di Babakan, di Aljihad di Baskara dan saat bersamaan padatnya jam mengajar mengajar saya diajak Bapak Ahmad Sadeli merintis SMA Annizomiyah sebagai kurikulum .

Setiap hari senin jadi pembina upacara sendirian saya memahami tempatnya pelosok gurunya pada jauh-jauh tempat tinggalnya. Apalagi guru yang bernama Pak Didih.

Semua dijalani secara istiqomah walaupun banyak rintangan saya hadapi dengan ikhlas bagaikan air yang mengalir. Waktu terus berjalan hari demi hari saya mengajar siswa dengan penuh perhatian, sambil mencari lokasi yang baru untuk madrasah negeri. Ternyata susah, pada gak mau sekolah atau madrasahnya dinegerikan sudah dicoba ke Anizomiyah gak mau, Al kautsar juga gak mau.

Masalahpun belum usai, dari tempat madrasah yang belum menetap, jauhnya tempat mengajar. kini timbul masalah baru. ternyata dapat kabar hubungan bendahara dan kepalah madrasah kurang harmonis. Berdampaklah pada guru-guru, salah satunya Ibu Deli. jadi waktu itu, kalau mau ambil gaji harus dianter ke rumah Bapak Ridwan. Saya pun jadi pusing, ngajar di Leuwinanggung, di Babakan, di Aljihad di Baskara

Setelah Depok merdeka menjadi sebuah Kota Madya, Alhamdulillah ada lokasi baru yaitu MTs Alhidayah satu satunya madrasah yang mau dinegerikan waktunya tepat pada tahun ajaran baru 1999/2000 pindahlah ke MTs Alhidayah kecamatan Cilodong (waktu itu nama kecamatannya masih Sukmajaya).

Ternyata prosesnya tidak semulus perkiraan saya (yang tahu Pak Idris)

Saya Pak Dahlan dan Pak H. Ma'sum langsung berbenah diri mempersiapkan tahun ajaran baru. Siswa baru ada dua rombel atau dua kelas. Guru PNS sudah banyak guru honor juga banyak dari MTs Alhidayah yang loyal terhadap KH. Muh Ali (Al Marhum).

Belum genap satu tahun hijrah MTs Negeri Kota Depok didemo wali murid dari Leuwinanggung yang dipimpin KH. Ustadz Zakiyah minta penyelesaian kelas yang di Leuwinanggung, permasalahannya MTs Negeri SPP 2500 sementara MTs Darussalam SPP 1500. Pihak wali murid keberatan sama dengan SPP MTs Darussalam (untung nggak ketemu saya) keesokan harinya saya selesaikan ketemu kepala madrasah MTs Darussalam Pak H. Subadir . Karena nggak ada titik temunya saya pindahkan ke MTs Nurul Falah Tubagus Pangeling dengan SPP tetap 2500. Selesailah pemasalahan

MERINTIS KOPERSI

Tahun 2002/2003 mumpung masih punya kewenangan ngatur keuangan LKS bekerjasama dengan kurikulum saat itu dipegang Ibu Delian dan dibantu petugas Pak Syamsudin mengalokasikan keuntungan LKS untuk modal koperasi simpan pinjam selanjutnya saya serahkan kepada pengurus yang mengantikan saya. Dengan dukungan kepala madrasah baik dari Bapak Sarnubi maupun yang baru Bapak Samlawi. Demi modal koperasi.kepala madrasah dan kurikulum ikhlas nggak terima keuntungan LKS dan Alhamdulillah koperasi berkembang dengan pesat.

MERINTIS OUTING CLASS

Pada waktu itu walas belum berani mengadakan outing class ke Jogja takut anak-anaknya pada nggak mau. Tahun 2004 saya bekerjasama dengan koperasi saya ajak guru guru ke Jogja istilah sekarang Family Gathering  setiap guru dapat jatah 3 kursi dan uang saku. Berangkatlah dengan dua bus besar. Mumpung saya masih bebas ngelola uang LKS kontrak dua tahun.

Kepala madrasah  MTs Negeri Kota Depok dan Kepala madrasah MTs Alkautsar ikut. Tak disangka ternyata ngatur guru lebih sulit dari pada ngatur siswa, akhirnya saya tinggal pulang kampung. Selama di Jogja menginap dua malam di hotel dan acarapun berjalan sukses.

Tahun 2012 mulailah mengadakan outing class ke Jogja secara perdana sebanyak empat bus dan kegiatan itu pun masih dilasanakan setiap tahunnya sampai saat ini.

Semasa kepala madrasah yang ke 2 saya di janjin menjadi PNS namun gagal karena satu hal dan yang lainnya. Barulah pada tahun 2014 tercapai dari guru honor berstatus guru PNS, sudah kenyang jadi guru honor dan status PNS hanya bonus. Menjadi guru mungkin tindakanya tidak kelihatan tapi hasilnya dapat dirasakan, alhamdulillah sekarang MTs Negeri Kota Depok telah berkembang dengan pesat seperti yang sama-sama kita rasakan dan sampai saat ini menjadi satu-satunya madrasah negeri di Kota Depok.

(Tulisan ini didedikasikan menjelang milad MTs Negeri Kota Depok yang ke 26 dan Pencerahan menjelang purna tugas di MTs Negeri Kota Depok )

Salam Hormat

Sudarma

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun