B.Wawancara kualitatif: 50 siswa dan 10 guru diwawancarai untuk mendapatkan cerita pribadi tentang tantangan dan strategi.
C.Observasi: Dilakukan selama tiga bulan di perpustakaan sekolah untuk melihat perilaku baca siswa.
Analisis data menggunakan software SPSS untuk data kuantitatif (untuk menghitung persentase dan korelasi) dan NVivo untuk data kualitatif (untuk mengidentifikasi tema). Penelitian ini memastikan etika dengan mendapatkan izin dari sekolah dan menjaga kerahasiaan responden. Sumber data tambahan diambil dari laporan resmi seperti PISA 2022 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2023 dari BPS, untuk mendukung analisis
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat baca siswa di era digital masih tergolong rendah. Berdasarkan survei kami, hanya sekitar 42% siswa yang membaca buku setidaknya sekali dalam seminggu --- angka ini sejalan dengan laporan UNESCO tahun 2023. Sebagian besar siswa, yaitu sekitar 65%, mengaku lebih tertarik mengonsumsi konten daring seperti TikTok atau YouTube karena dianggap lebih menghibur dan mudah diakses dibandingkan membaca buku.
Beberapa faktor utama yang memengaruhi rendahnya minat baca antara lain:
Akses dan Ketersediaan Buku
Berdasarkan data SUSENAS 2023, hanya sekitar 30% siswa yang memiliki akses mudah terhadap buku di rumah. Sebaliknya, sekitar 70% rumah tangga di daerah pedesaan dilaporkan tidak memiliki koleksi buku sama sekali. Kondisi ini membuat kesempatan siswa untuk membaca di luar sekolah menjadi sangat terbatas.Pengaruh Dunia Digital
Sekitar 75% siswa mengaku bahwa notifikasi dari gawai sering kali mengganggu waktu membaca mereka. Akibatnya, waktu rata-rata yang dihabiskan untuk membaca hanya sekitar 30 menit per hari, jauh berkurang dibandingkan satu jam pada era sebelum maraknya penggunaan perangkat digital (PISA 2022).Jenis Bacaan yang Diminati
Dari hasil survei, diketahui bahwa 60% siswa lebih menyukai buku fiksi dan komik, sedangkan buku nonfiksi seperti sains hanya diminati oleh 20% siswa. Dari hasil wawancara, banyak siswa berpendapat bahwa buku pelajaran atau bacaan sekolah terasa membosankan dan sulit dipahami.
Secara keseluruhan, data menunjukkan adanya hubungan positif antara minat baca dan prestasi akademik. Siswa yang memiliki minat baca tinggi cenderung memperoleh nilai rata-rata sekitar 85%, sedangkan mereka yang memiliki minat rendah hanya mencapai sekitar 65%. Temuan ini sejalan dengan data Kemendikbud 2022 yang menegaskan bahwa kebiasaan membaca berkontribusi signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar.
Pembahasan