Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memaknai Idul Fitri sebagai Hari Berbuka Puasa: Menegakkan Sunnah Rasulullah

10 April 2024   06:22 Diperbarui: 18 April 2024   00:34 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen CNBC Indonesia 

Idul Fithri adalah momen istimewa yang dinanti-nantikan umat Muslim setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Hari raya ini menjadi simbol kemenangan atas perjuangan melawan hawa nafsu dan menjaga diri dari segala perbuatan tercela. Namun, terdapat perbedaan pemahaman dalam memaknai Idul Fithri. Beberapa pihak menafsirkannya sebagai "hari kembali kepada fitrah" atau kembali kepada kesucian, sementara yang lain memahaminya sebagai "hari berbuka puasa" sesuai dengan hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Dalam artikel ini, kita akan mengupas makna sebenarnya dari Idul Fithri berdasarkan dalil-dalil yang sahih dan pemahaman para ulama salaf. Dengan demikian, kita dapat merayakan Idul Fithri dengan pemahaman yang utuh dan sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Hadits yang Menjadi Landasan

Hadits yang menjadi landasan dalam memaknai Idul Fithri adalah sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, "Dan (Idul) Fithri kamu itu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka, sedangkan (Idul) Adha ialah pada hari kamu (semuanya) menyembelih hewan" (HR. Abu Dawud).

Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan tegas menyatakan bahwa Idul Fithri adalah hari di mana umat Muslim berbuka puasa secara bersama-sama setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Beliau tidak menyebutkan sedikitpun tentang "kembali kepada fitrah" atau kesucian dalam memaknai Idul Fithri.

Pemahaman Para Ulama

Sejalan dengan hadits ini, para ulama dan ahli ilmu sepanjang zaman memahami Idul Fithri sebagai hari berbuka puasa. Mereka tidak pernah menafsirkannya sebagai "kembali kepada fitrah" atau kesucian. Bahkan, mereka dengan tegas menolak penafsiran semacam itu karena tidak memiliki landasan dalil yang kuat.

Sebagaimana dikutip dari situs almanhaj.or.id, "Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil Sunnah dan lughoh/bahasa." Ini menunjukkan bahwa penafsiran "kembali kepada fitrah" tidak memiliki dasar yang kuat dari sudut pandang ilmu hadits dan bahasa Arab.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, salah satu ulama kontemporer terkemuka, juga menegaskan hal ini dalam kitab beliau Syarh Bulughul Maram. Beliau menjelaskan bahwa Idul Fithri adalah hari di mana umat Muslim berbuka puasa setelah sebulan penuh menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri.

Hikmah Hari Berbuka Puasa

Memahami Idul Fithri sebagai hari berbuka puasa memiliki hikmah yang mendalam. Pertama, ini menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas kesempatan untuk menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Kedua, ini menjadi simbol kebersamaan umat Muslim dalam merayakan hari raya setelah bersama-sama menjalankan ibadah puasa.

Ketiga, makan bersama pada pagi hari Idul Fithri menjadi bukti bahwa kita telah kembali kepada aktivitas normal setelah sebulan penuh menahan diri dari makan dan minum. Keempat, perayaan Idul Fithri dengan berkumpul bersama keluarga dan saudara memperkuat tali silaturahmi dan persatuan umat Muslim.

Kelima, memaknai Idul Fithri sebagai hari berbuka puasa sejalan dengan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ini menjadi bukti keimanan kita dalam mengikuti petunjuk beliau dan menjadikan beliau sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Menegakkan Sunnah Rasulullah

Dalam kehidupan seorang Muslim, menegakkan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah sebuah keharusan. Beliau adalah contoh teladan terbaik yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk diikuti. Dalam konteks Idul Fithri, memaknainya sebagai hari berbuka puasa adalah wujud ketaatan kepada sunnah beliau.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sendiri memberikan contoh dengan menyunatkan untuk makan terlebih dahulu pada pagi hari Idul Fithri sebelum pergi ke tanah lapang untuk menunaikan shalat 'Ied. Beliau melakukan hal ini agar umat mengetahui bahwa Ramadan telah selesai dan hari itu adalah hari berbuka bersama-sama.

Selain itu, memaknai Idul Fithri sebagai hari berbuka puasa juga sejalan dengan ajaran Islam untuk menjauhi bid'ah dan khurafat. Penafsiran "kembali kepada fitrah" tidak memiliki landasan yang kuat dalam Al-Quran dan Sunnah, sehingga dapat dikategorikan sebagai bid'ah yang harus dijauhi.

Kesimpulan

Berdasarkan dalil-dalil yang sahih dan pemahaman para ulama, Idul Fithri seharusnya dipahami sebagai hari berbuka puasa secara bersama-sama setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Pemaknaan ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak bertentangan dengan sunnah beliau.

Meskipun demikian, kita tetap menghargai perbedaan pendapat dalam memaknai Idul Fithri, asalkan tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang sahih. Yang terpenting adalah kita dapat merayakan Idul Fithri dengan penuh kegembiraan dan keberkahan, serta senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sebagai penutup, marilah kita menjadikan Idul Fithri sebagai momentum untuk menegakkan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan menjadikan beliau sebagai teladan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa memberikan petunjuk kepada kita untuk selalu berada di jalan yang lurus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun