Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemahaman Sejati Melampui Tujuan Nilai Tinggi

27 Februari 2024   00:01 Diperbarui: 27 Februari 2024   00:04 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi via image creator Canva 

Dengan terbiasa menguasai konsep secara tuntas, para siswa dibekali kebiasaan terus menelusuri pengetahuan baru hingga dipahami sepenuhnya. Mereka tak lagi bergantung pada "spoon-feeding" dalam sistem pendidikan terdahulu.

Namun masih ada tantangan yang harus dihadapi. Terutama, dibutuhkan komitmen dan sumber daya yang besar dari para guru dan sekolah. Memberikan perhatian personal yang lebih besar pada masing-masing siswa membutuhkan waktu dan usaha tambahan. 

Pembelajaran mandiri dan pemanfaatan teknologi seperti kelas online/video pelajaran, tutor AI, dan platform adaptif dapat membantu mewujudkan hal ini. Namun tetap saja dibutuhkan investasi dalam pelatihan guru agar mampu memfasilitasi pengajaran yang berpusat pada penguasaan kompetensi.

Di sisi lain, orang tua juga perlu disesuaikan dengan cara pandang baru ini. Bagi sebagian, melihat anak tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan target kurikuler bisa dianggap sebagai kegagalan. Pemahaman dan dukungan dari keluarga terhadap proses belajar yang lebih fleksibel ini amat penting. 

Sebab keberhasilan sesungguhnya bukan terletak pada seberapa cepat seseorang menguasai materi, melainkan penguasaannya yang utuh tanpa tertinggal. Orang tua perlu mendorong anak-anak mereka untuk terus belajar tanpa menyerah ketimbang mendorong mereka mengejar nilai tinggi namun pemahaman yang dangkal. 

Di samping itu, dunia kerja pun perlu terbuka dengan sumber daya manusia yang memiliki penguasaan mendalam meski pencapaian mereka tidak seragam. Rekrutmen tidak dapat lagi semata-mata mengandalkan pada kelulusan tercepat atau nilai tertinggi. 

Yang diperlukan adalah pemahaman yang utuh atas bidang yang dipelajari, bukan hafalan yang dangkal. Karyawan semacam ini akan dapat berkontribusi lebih maksimal di tempat kerja jangka panjang ketimbang mereka yang sekedar gelar tapi cacat pemahaman.

Pada akhirnya, budaya penguasaan pembelajaran mengembalikan fokus pendidikan pada tujuan sejatinya - yaitu menjadikan anak-anak kita sebagai pelajar yang sesungguhnya, bukan sekedar menghapal untuk mendapatkan nilai tinggi. Kita semestinya merayakan perbedaan kecepatan pemahaman, bukan menjadikannya tolok ukur kemampuan. 

Seorang siswa yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami dengan tuntas tak lantas lebih buruk dibandingkan yang bisa mengejar jadwal dengan cepat namun pemahaman yang terbatas.  

Sebab sesungguhnya, belajar adalah perjalanan tanpa akhir. Nilai baik dalam satu ujian mungkin penting untuk saat itu, namun penguasaan kompetensi yang sesungguhnya akan berguna untuk masa depan anak-anak kita. 

Sudah waktunya kita meninggalkan penilaian yang dangkal dan mendorong mereka menjadi pelajar sejati sepanjang hayat. Karena pengetahuan tanpa pemahaman hanya akan bertahan sementara, tapi pemahaman yang sesungguhnya akan abadi. Maka masa depan pun akan diraih oleh mereka yang menghargai proses, bukan sekadar hasil kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun