KAMU, TIDAK SEPENTING ITU
Bisa jadi kita kerap kali menjadi tumpuan perusahaan atau kantor tempat kita bekerja. Kalau ada apa-apa, biasanya kitalah yang dibutuhkan, kitalah yang dimintai tolong. Mungkin karena skill atau keahlian kita, mungkin karena sikap kita, mungkin karena kita bisa menghadirkan solusi, mungkin orang sering curhat ke kita, merasa nyaman dengan kita, dst. Pokoknya, kita merasa sangat penting bagi orang lain.
Nah, seandainya kita tidak ada bagaimana? Apakah perusahaan akan berhenti beroperasi, apakah kantor akan tutup? Terus orang-orang yang biasanya minta tolong ke kita akan frustasi karena merasa tidak ada lagi tempat bersandar?
Ternyata tidak!
Perusahaan akan terus berjalan, kantor akan tetap buka, orang-orang akan tetap menjalani kehidupannya masing-masing, dengan atau tanpa kehadiran kita.
Ketika kita tidak ada lagi, maka perusahaan atau kantor akan (dengan sangat mudah) mencari pengganti kita.
Yang lebih hebat dari kita? Banyak.
Yang lebih pintar dari kita? Banyak.
Yang lebih rajin dari kita? Banyak.
Sehari, seminggu, sebulan, setahun mungkin orang-orang masih mengingat kita, masih bersedih kehilangan kita, masih mengingat jasa-jasa kita.
"Wah, kalau ada dia, pasti beres urusan." "Hampa rasanya hidup kehilangan dia." "Andai dia masih ada." Dst.
Kita tidak sepenting itu, mas bro.
Oleh karena itu, penting bagi kita, termasuk reminder buat Saya pribadi agar betul-betul menyadari bahwa kita itu biasa saja, bukan siapa-siapa, bukan orang yang paling dibutuhkan, bukan orang yang paling berjasa di mata orang lain.
Sesungguhnya bukan kita yang hebat, tapi karena Allah yang memudahkan.
Bukan kita yang paling pintar, tapi karena Allah yang menitipkan amanah ilmu.
Kita masih dianggap berharga karena Allah masih menutupi aib-aib dan kesalahan kita.
Janganlah merasa pandai, tapi pandai-pandailah merasa.
Kita tidak ada apa-apanya.
We are nothing, Allah is everything.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI