Mohon tunggu...
Syahna Udyana Yasmine
Syahna Udyana Yasmine Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya adalah seorang mahasiswa baru yang sangat tertarik dengan permasalahan lingkungan beserta teknologi untuk mengatasinya.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Noise Pollution, Ancaman Besar akibat Ulah Manusia

11 Juli 2022   15:37 Diperbarui: 11 Juli 2022   15:43 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Noise Pollution (Polusi Suara) merupakan salah satu jenis polusi yang kurang populer akan tetapi memiliki dampak yang sangat buruk bagi banyak makhluk hidup di muka bumi dan berdampak buruk terhadap kehidupan jutaan orang. Noise pollution merupakan suatu hal berbahaya yang tak kasat mata namun dapat ditemui dibanyak tempat, baik di darat maupun laut. Sebelum lebih jauh membahas mengenai dampak noise pollution, mari kita mengenal lebih jauh apa yang disebut dengan noise pollution.

Kebisingan (Noise Pollution) didefinisikan sebagai 'suara yang tidak diinginkan' dan seringkali dianggap sebagai gangguan serta stresor lingkungan. Noise Pollution disinyalir memiliki efek non-auditori (non-auditory effects of noise) yang berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan akibat paparan kebisingan, dengan mengesampingkan efek pada organ pendengaran dan tidak berfungsinya organ pendengaran seperti masalah komunikasi (Smith & Broadbent, 1992). Terpapar kebisingan sebesar 85-90 dBA secara terus menerus dapat menyebabkan hilangnya pendengaran yang progresif dengan peningkatan ambang batas sensitivitas pendengaran.

Gangguan pendengaran karena kebisingan adalah konsekuensi langsung dari efek pengolahan energi suara pada telinga bagian dalam. Namun, tingkat kebisingan di lingkungan, yang tidak sama seperti kebisingan industri, jauh lebih rendah dan efek pada kesehatan non-auditori tidak dapat dijelaskan sebagai konsekuensi dari pengolahan energi di telinga bagian dalam. Lalu apakah penyebabnya? Bagaimanakah mekanisme gangguan kebisingan dapat mempengaruhi bagian tubuh non-auditori?

Secara umum diyakini bahwa noise pollution dapat mengganggu banyak kegiatan, komunikasi dan menyebabkan perasaaan tidak nyaman. Dalam beberapa kasus, perasaan tidak nyaman ini dapat berkembang dan menyebabkan stres, yang dilanjutkan dengan sakit ringan hingga berat. Dampak yang terjadi akibat noise pollution ini bergantung pada intensitas, frekuensi, kompleksitas, dan durasi suara serta penyebab suara itu sendiri.

Dampak noise pollution terhadap manusia dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan. Beberapa dampak dalam tingkatan paling rendah antara lain distraksi, tidak dapat mendengar secara jelas (ear masking), dan rasa tidak nyaman. Dampak dalam tingkatan berikutnya adalah stres kronis (yang juga berdampak pada darah tinggi) dan gangguan tidur. Tingkatan terakhir adalah terjadinya kerusakan fisik seperti pecahnya gendang telinga (tuli permanen) dan meningkatnya resiko gagal jantung.

Selain terhadap manusia, noise pollution juga berdampak pada hewan liar.

Penyebab noise pollution yang paling banyak ditemui dan dikenali adalah lalu lintas. Baik berasal dari mobil, truk, pesawat, dan alat transportasi lain. Contoh lain penyebab noise pollution jangka pendek (repetitif) adalah suara ledakan, survei gempa, dan sonar militer. Selain itu, terdapat beberapa contoh penyebab noise pollution yang lebih ditolerir secara umum diantaranya adalah suara jalan raya, kapal ferri, pendaratan pesawat, generator industrial, tempat pembangunan, air conditioners, mesin pembersih, dan sebagainya.

Beberapa peneliti menemukan bahwa noise pollution ini berdampak sangat besar pada acoustic climate change. Pengaruh suara sudah lama diteliti pada beberapa tipe spesies. Bagaimanapun juga, keterpaparan hewan dengan kebisingan dapat menyebabkan efek buruk kumulatif. Salah satu efek buruk yang nampak saat ini adalah perubahan ekologikal akibat paparan kebisingan secara terus menerus. Beberapa hewan yang mencari makan dan bertahan hidup dengan mengeluarkan suara seperti kelelawar dikatakan menaikkan frekuensi suaranya untuk beradaptasi dengan noise pollution. Masalahnya, adaptasi ini menyebabkan banyak perubahan ekologi ke arah yang lebih buruk.

Investigasi efek kumulatif noise pollution dengan stresor berbeda seperti suhu regional, salinitas, atau spesief invasif menjadi hal yang kritikal bagi pengetahuan kita terhadap dampak noise pollution pada ekologi. Lebih baik lagi apabila didapat perkiraan efisien mengenai potensi mitigasi. Kita sebaiknya memperlakukan noise pollution seperti pemanasan global sebagai bagian dari ancaman global akibat ulah manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun