Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengejar Puasa Inklusif

1 Juni 2017   23:40 Diperbarui: 1 Juni 2017   23:54 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengejar puasa inklusif adalah keharusan agar kita bisa menyingkirkan “lemak-lemak” kotoran yang masih menempel dalam jiwa yang diliputi oleh ambisi-ambisi dan nafsu keduniaan. Sadar ataupun tidak, berpuasa semestinya meneladani sifat-sifat Tuhan, bukan hanya sekadar ritualitas tahunan yang hampir tak merubah karakter apapun dalam diri seseorang. Nilai-nilai humanisme yang ada dalam puasa sejatinya terus diaktualisasikan dan diimplementasikan dalam ruang-ruang sosialitas yang tidak berhenti hanya sebatas pada ritualitas tahunan puasa Ramadan. 

Puasa inklusif adalah “jihad melawan nafsu kita sendiri”, meruntuhkan berhala-berhala ekslusivisme yang ada dalam diri kita sendiri, baik kesombongan, ambisi kekuasaan atau segala hal yang lebih banyak mengejar kenikmatan dan keuntungan individual tetapi mengorbankan kepentingan sosial. Sadar akan agungnya nilai-nilai puasa dan mengaktualisasikannya, berarti puasa akan membentuk karakter pribadi seseorang yang berwatak inklusif yang dalam bahasa agama disebut “taqwa”.

Wallahu a’lam bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun