Sore menuju malam hari, dengan kondisi langit yang sedang hujan dan petir yang cukup keras, saya kembali membaca artikel yang dipublikasikan oleh Bapak Dosen Study Rizal L. Kontu, sebagai dosen pengampu Pendidikan Pancasila pada semester satu Kesejahteraan Sosial. Artikel tersebut bertemakan, "Dakwah dalam Berbagai Perspektif: Multidimensi Transformasi Islam di Era Kontemporer," yang di posting melalui laman Retizen Republika. Alasan saya ingin menyampaikan komentar pada artikel tersebut dikarenakan saya ingin mengetahui bagaimana penjelasan dakwah dari berbagai perspektif dan hal ini menarik karena saya merupakan salah satu mahasiswi dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi di UIN Jakarta. Sehingga dengan membaca artikel beliau, saya harap mampu memahami lebih dalam mengenai dakwah dari berbagai perspektif dan mengetahui perkembangan dakwah pada era digital saat ini. Menurut saya, dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menebar ilmu-ilmu dari agama Islam pada masyarakat.
Dakwah memiliki perspektif yang luas, karena dakwah mampu ditempatkan dalam ranah yang terus bertransformasi, sehingga keberadaan dakwah akan selalu dapat menyesuaikan aspek-aspek dalam kehidupan manusia, tidak hanya bagi umat Islam. Dakwah memiliki tujuan untuk menyampaikan arahan agar manusia mengetahui jalan yang baik dalam kehidupannya, agar manusia mampu mendapatkan hidup yang sejahtera untuk di dunia maupun di akhirat, dan dengan dakwah diharapkan mampu memperbaiki atapun menyempurnakan aspek-aspek yang ada dalam kehidupan. Pertama, saya ingin membahas mengenai dakwah pada perspektif normartif, jika mendengar dakwah pasti akan langsung tertuju pada pembahasan yang disampaikan bersumber dari Al-Quran ataupun bahan ajaran islam lainnya. Namun, saat ini dakwah mampu menyesuaikan ilmunya dengan perkembangan zaman sehingga ilmu yang disampaikan tidak hanya berfokus pada spiritual melainkan juga dapat dikaitkan dalam aturan atau nilai moral di kehidupan sehari-hari. Kedua, dakwah dalam perspektif sosial, yaitu menurut saya dakwah mampu menyelaraskan pandangannya dengan kehidupan masyarakat sosial, karena dakwah dalam perspektif ini memiliki pembahasan yang luas sehingga ilmu yang disampaikan harus dapat dikaitkan dengan aspek kehidupan lainnya, tidak hanya untuk umat Islam tetapi juga dapat diterima dengan umat beragama lainnya agar ajaran yang diberitahukan dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, dapat membuka pikiran masyarakat dengan bijak, serta mampu menjaga keberagaman dalam masyarakat.
Ketiga, dalam perspektif intelektual, yang berarti bahwa dakwah tidak hanya berceramah membahas sisi religius tetapi juga mampu menyampaikan pemikiran yang lebih luas, sehingga gagasan yang disampaikan mampu membuka ruang berdiskusi untuk membahas mengenai hubungan islam dengan masyarakat menyeluruh dalam menghadapi era transformasi. Pada era ini, mendengarkan dakwah tidak hanya di masjid tetapi juga mampu mendengarkan dakwah melalui media sosial. Dengan begitu, melalui ilmu yang disampaikan saat dakwah dapat membagikan ajaran agama yang lebih luas dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga munculah pemahaman baru. Akan tetapi, melalui media sosial juga dapat kita lihat bahwa dengan munculnya gagasan baru yang bisa saja menimbulkan perkataan atau komentar yang kurang mengenakkan, hal itu terjadi karena pemikiran masyarakat yang beragam. Saya setuju dengan kutipan kalimat pada artikel beliau "Transformasi dakwah digital menuntut etika baru: dakwah yang ramah, menyejukkan, dan mampu meneguhkan nilai moderasi," menurut saya gagasan dalam dakwah harus disampaikan secara netral sehingga mampu diterima oleh semua kalangan dan membawa kedamaian, lalu juga dakwah mampu menjadi jembatan untuk memberikan pelajaran agar mencapai kehidupan yang baik dan lurus dalam bersikap pada hidupnya.
Dakwah juga mengikuti perkembangan zaman, seperti yang sudah dikatakan di paragraf sebelumnya, bahwa transformasi dakwah digital tersebut menghadirkan cara baru dalam berdakwah. Dahulu, dakwah hanya bisa kita dengarkan dengan datang ke masjid, namun sekarang dakwah mampu hadir di media sosial. Sehingga, kita mampu mendengarkan dakwah dengan adaptif dimanapun dan kapanpun. Pembahasan pada saat dakwah pun tidak hanya sekedar membahas tentang agama tetapi membahas permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan pemahaman baru. Keempat, dakwah dalam perspektif ekologis.
Ekologis merupakan ilmu yang membahas hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan. Dengan ini, dakwah tidak hanya mengajarkan hal spiritual untuk taat dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama, tetapi juga mengajarkan manusia untuk peduli terhadap makhluk hidup lainnya dan lingkungan. Lingkungan hidup perlu kita jaga dan lestarikan, karena hal itu merupakan salah satu bentuk dalam mengamalkan dakwah perspektif ekologis, sehingga hal tersebut termasuk dalam menghargai dan mencintai ciptaan Allah SWT. Oleh karena itu, dalam era kontemporer memiliki dampak positif dan dampak negatif dalam berdakwah, sehingga dalam menyikapinya kita perlu bersikap bijak dalam menerima pemahaman baru agar ilmu yang disampaikan dapat bermanfaat untuk kehidupan kita kedepannya. Selain itu, dengan penjelasan dakwah dari berbagai perspektif, kita mampu mendapatkan pemahaman baru agar dapat membentuk kepribadian yang baik, berwawasan luas, dan dapat menyebarkan ajaran-ajaran agama dengan luas dari berbagai media seiring perkembangan zaman.Â
Sekarang saya akan berkomentar terhadap gaya penulisan dari artikel Bapak Dosen Study Rizal, yang bertemakan, "Dakwah dalam Berbagai Perspektif: Multidimensi Transformasi Islam di Era Kontemporer." Menurut saya, gaya penulisan pada artikel beliau sudah sangat baik dan mudah dipahami karena penjelasan yang diberika sudah singkat dan padat. Saya sebagai pembaca sangat kagum melihat kata-kata beliau yang sangat bermakna. Dengan ilustrasi kartun yang diberikan juga sangat sesuai untuk menggambarkan tema dakwah. Pada akhir kalimat, dilengkapi kesimpulan dari maksud dakwah dalam berbagai perspektif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI