Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Leaders Eat Last dalam Perspektif Islam

29 September 2025   09:28 Diperbarui: 29 September 2025   09:28 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Leaders Eat Last. (Sumber: https://theforge.defence.gov.au)

Di tengah hiruk pikuk manajemen modern, buku Leaders Eat Last karya Simon Sinek hadir sebagai bacaan wajib bagi para manajer, eksekutif, maupun pemimpin organisasi. Sinek mengajukan sebuah premis sederhana tetapi revolusioner: pemimpin sejati adalah ia yang rela menomorduakan dirinya demi orang-orang yang dipimpinnya. Frasa leaders eat last ia pinjam dari tradisi militer Amerika Serikat, di mana para perwira senior selalu makan paling akhir setelah memastikan prajuritnya mendapatkan jatah makanan terlebih dahulu.

Di balik ungkapan itu terkandung filosofi kepemimpinan yang jauh lebih luas. Bagi Sinek, kepemimpinan bukan soal status, privilese, atau kekuasaan, melainkan soal tanggung jawab untuk melindungi, melayani, dan menciptakan rasa aman bagi mereka yang berada di lingkaran pengaruh seorang pemimpin.

Menariknya, gagasan ini sejatinya telah lama hidup dalam ajaran Islam. Nabi Muhammad memberikan teladan serupa melalui sebuah hadits riwayat At-Tirmidzi no. 1894. Dalam teks aslinya disebutkan:

"Orang yang menyuguhkan air untuk kaumnya adalah yang terakhir kali minum."
(HR. At-Tirmidzi, no. 1894; Abu 'Isa berkata: hadits ini hasan sahih)

Hadits yang tampak sederhana ini sesungguhnya menyimpan inti dari filosofi kepemimpinan: seorang pelayan atau pemimpin menunda haknya sendiri hingga semua orang di sekitarnya telah terpenuhi kebutuhannya.

Lingkaran Keamanan dan Kepercayaan

Dalam Leaders Eat Last, Sinek memperkenalkan konsep Circle of Safety. Pemimpin sejati, kata dia, membangun lingkaran keamanan yang melindungi orang-orang dari ancaman internal seperti persaingan tidak sehat, intrik politik, atau budaya saling menjatuhkan. Ketika anggota tim merasa aman di dalam lingkaran ini, energi mereka tidak lagi tersedot untuk bertahan hidup, melainkan diarahkan untuk inovasi, kolaborasi, dan menghadapi tantangan eksternal.

Nabi Muhammad SAW telah memberi teladan praktis untuk menciptakan lingkungan seperti ini. Dengan menunda minum hingga semua orang selesai, sang penyaji menciptakan rasa percaya dan rasa hormat. Ia tidak sekadar menunaikan tugas logistik, tetapi membangun ikatan sosial dan moral yang memperkuat komunitas. Inilah inti Circle of Safety dalam versi spiritual: lingkungan aman lahir dari akhlak mendahulukan orang lain.

Biologi dan Spiritualitas

Sinek membangun argumentasinya melalui penjelasan biologis. Ia menyebutkan bagaimana hormon-hormon tubuh memengaruhi perilaku sosial. Dopamin memberi rasa puas ketika kita mencapai target. Endorfin menutupi rasa sakit ketika kita berjuang keras. Serotonin menghadirkan rasa bangga saat kita diakui. Oksitosin menumbuhkan rasa percaya dan kedekatan ketika kita menolong atau ditolong. Sebaliknya, kortisol, hormon stres, merusak hubungan ketika sebuah organisasi dibiarkan dalam ketakutan dan tekanan.

Hadits Nabi Muhammad SAW tidak menggunakan bahasa sains modern, tetapi pesannya selaras: pemimpin yang mendahulukan orang lain menciptakan iklim kepercayaan, menumbuhkan rasa syukur, dan mengurangi rasa terancam di tengah jamaahnya. Nilai spiritual ini pada gilirannya memberi dampak biologis: menurunkan stres, meningkatkan rasa percaya, dan memperkuat kohesi sosial.

Etika Pengorbanan

Apa yang tampak kecil---menunda minum---adalah simbol besar tentang etika pengorbanan. Seorang pemimpin tidak sibuk mendahulukan kenyamanannya, melainkan memastikan orang lain lebih dulu tenang. Dalam ruang rapat modern, ini berarti pemimpin bukan sekadar duduk di kursi empuk sambil menagih target, tetapi ikut menanggung beban, mendengarkan keresahan, dan memberi teladan pengorbanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun