Musim bediding datang diam-diam seperti mantan yang tiba-tiba nge-chat, tapi bedanya, yang ini bikin betah. Udara pagi terasa menggigit ujung jari, langit biru bersih seperti habis dicuci ibuk-ibuk perfectionist, dan malam? Jangan ditanya. Dingin-dingin syahdu, bintang bersinar, dan selimut terasa lebih sayang daripada biasanya.
Tapi saya percaya: salah satu cara terbaik menikmati musim dingin versi tropis ini adalah lewat dapur. Bukan buat masak besar, tapi bereksperimen---membuat camilan dan minuman hangat yang bisa menemani kita menggulung diri di pojokan, sambil membaca, menulis, atau sekadar merenung kenapa listrik naik tapi gaji nggak ikut-ikutan.
Berikut tiga "teman bediding" yang saya racik minggu ini. Nggak hanya enak, tapi juga menyimpan cerita dan kehangatan tersendiri:
1. Wedang Uwuh -- "Minuman Berantakan Penuh Cinta"
Secara harfiah, uwuh berarti "sampah"---karena isinya daun-daunan kering seperti rempah yang baru turun dari truk sayur. Tapi begitu direbus, muncul warna merah secang yang menggoda dan aroma yang seolah memanggil: "Pulanglah, Nak."
Racikannya sederhana: secang, jahe bakar, cengkih, daun kayu manis, daun pala, dan gula batu. Minuman ini bukan sekadar penghangat tubuh, tapi juga pemanggil kenangan. Saya jadi ingat almarhum kakek yang selalu menyuguhkan ini selepas Maghrib sambil cerita perjuangannya saat zaman dulu---bedidingnya bukan karena musim, tapi karena kondisi negara.
2. Susu Jahe -- "Selimut Cair di Dalam Cangkir"
Susu + jahe = pelukan dari dalam. Rasanya lembut, tapi ada kejutan pedasnya sedikit di akhir---kayak hidup ini. Cocok diminum sebelum tidur, apalagi kalau habis overthinking tentang masa depan negara (dan isi dompet).
Cara buatnya gampang: rebus parutan jahe, campur susu pilihanmu (sapi, kedelai, oat), tambah madu atau gula. Hirup uapnya dulu pelan-pelan. Ini ritual, bukan sekadar minum.
3. Roti Bakar Keju-Kornet -- "Camilan yang Nggak Cuma Garing, Tapi Penuh Isi"
Bayangkan roti yang garing di luar, tapi isinya keju leleh dan kornet tumis bawang yang gurih---ya ampun. Ini bukan sekadar makanan, ini bentuk kasih sayang level rumahan.
Apalagi kalau digoreng di atas wajan datar pakai margarin, lalu dipotong diagonal biar presentable. Karena kita harus tetap estetik meski cuma nyemil di ruang tamu yang pakai lampu kuning remang-remang.
***