Seri 4 dari 10 seri "Menulis Agar Dibaca"
Menulis dan mempublikasikan adalah langkah awal. Tapi pertanyaan besarnya selalu datang setelah itu: Bagaimana agar tulisan kita sampai ke pembaca yang tepat---tanpa terlihat memaksa atau seperti tukang promosi dadakan?
Ini pertanyaan yang penting, sekaligus sensitif. Sebab di dunia digital, batas antara "berbagi karya" dan "nyepam" bisa sangat tipis. Satu kali berbagi bisa dianggap informatif, tapi tiga kali berturut-turut bisa bikin teman diam-diam menekan tombol mute.
Padahal, niat kita baik. Kita ingin tulisan dibaca, bukan sekadar ditinggal. Kita ingin tulisan hidup, bukan tenggelam dalam algoritma. Tapi kalau cara menyebarkannya salah, bukan apresiasi yang datang---malah antipati.
Lalu, bagaimana caranya?
1. Kenali Dulu Siapa Pembaca Idealmu
Jangan semua tulisan dibagikan ke semua tempat. Sebelum menyebarkan, tanya dulu: siapa yang paling mungkin butuh tulisan ini?
Misalnya, tulisan reflektif tentang sistem pendidikan cocok dibagikan di komunitas guru, dosen, atau grup orang tua siswa. Sedangkan tulisan ringan tentang tips menulis cocok dibagikan ke grup penulis pemula, atau komunitas literasi.
Menulis itu seperti menanam benih. Kita harus tahu tanahnya cocok atau tidak. Jangan menanam biji semangka di pot kaktus.
2. Gunakan Caption yang Bernilai, Bukan Sekadar Tautan
Jangan hanya membagikan link lalu berharap orang penasaran. Berikan pengantar. Sedikit cuplikan isi, latar belakang mengapa tulisan itu ditulis, atau pertanyaan pemantik.
Contoh buruk:
"Baca tulisan saya ya."
[link]