Dan jangan lupakan satu ironi besar: kita hidup di era "open access" dan "big data", tapi penelitian masih dikunci dalam proposal formal dan laporan teknis yang tak dibaca siapa pun selain reviewer hibah. Kita bicara tentang "impact factor" dan "Scopus-indexed", tapi apakah temuan kita mengubah sesuatu di masyarakat? Apakah warga desa tahu bahwa kita sedang meneliti mereka untuk bahan jurnal Q1?
Mungkin sudah waktunya kita berhenti memuja riset sebagai kata kerja mulia. Kita harus memulainya kembali sebagai pertanyaan: apakah yang kita lakukan benar-benar penelitian, atau hanya rutinitas akademik yang kita akui sebagai riset? Jika tidak bisa menjawabnya dengan jujur, mungkin kita harus mulai meneliti kembali arti "research" itu sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI