Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Transparansi dalam AI: Kunci untuk Mempertahankan Kontrol Manusia atas Teknologi

13 Mei 2024   08:00 Diperbarui: 13 Mei 2024   08:02 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi transparansi algoritma dalam AI. (Freepik/frimufilms)

Era digital telah membawa penggunaan algoritma keputusan berbasis kecerdasan buatan (AI) ke dalam berbagai aspek kehidupan kita. Dari penentuan jaminan, diagnosis medis, hingga prosedur rekrutmen, teknologi ini terus berkembang. Namun, meskipun algoritma ini dapat meningkatkan efisiensi, mereka sering kali bersifat "opaque", artinya, mereka tidak menjelaskan bagaimana keputusan dihasilkan. Ini membawa kita pada isu krusial: transparansi algoritma dan autonomi personal.

Ketika algoritma yang tidak transparan digunakan dalam pengambilan keputusan yang bisa mengubah hidup, mereka dapat menghalangi kita untuk membentuk kehidupan sesuai dengan tujuan dan preferensi kita, sehingga melemahkan kemampuan kita sebagai agen otonom. Tanpa pemahaman yang jelas tentang bagaimana keputusan diambil, kita kehilangan kemampuan untuk menantang atau mengubah hasil yang mungkin tidak adil atau tidak akurat.

Kita perlu menunjukkan pentingnya membangun sistem AI yang tidak hanya andal dan adil, tetapi juga transparan. Dengan menekankan pada pentingnya algoritma yang dapat dijelaskan, kita dapat memastikan bahwa individu tidak hanya menerima keputusan sebagai mana adanya, tetapi juga memahami dan memiliki kemampuan untuk memengaruhi hasil tersebut. Ini adalah langkah penting untuk menjaga agar teknologi mendukung, bukan menggantikan, kemampuan manusia untuk mengontrol jalannya hidup mereka sendiri.

***

Kebutuhan akan transparansi dalam algoritma AI tidak hanya mendukung pemahaman kita tentang bagaimana keputusan dibuat, tetapi juga penting untuk mendukung keadilan dan akuntabilitas. Dalam banyak kasus, algoritma yang tidak transparan dapat menyembunyikan bias dan kesalahan yang bisa serius memengaruhi kehidupan individu. Misalnya, dalam konteks hukum atau medis, sebuah keputusan yang tidak akurat yang tidak dapat ditinjau atau ditantang karena ketidakjelasannya bisa memiliki konsekuensi yang merugikan. Oleh karena itu, transparansi menjadi krusial untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab dan adil.

Namun, mendorong transparansi dalam AI juga menimbulkan tantangan teknis dan etis. Dari perspektif teknis, algoritma pembelajaran mesin (machine learning), terutama yang menggunakan teknik pembelajaran dalam (deep learning), sering kali menjadi 'kotak hitam' di mana proses pengambilan keputusannya sulit untuk diinterpretasikan. Ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kita bisa mengembangkan metode yang dapat memungkinkan penjelasan yang jelas dan mudah diakses oleh pengguna tanpa mengorbankan efektivitas algoritma.

Dari sudut pandang etis, terdapat risiko bahwa meningkatkan transparansi dapat memfasilitasi 'gaming the system', di mana individu atau perusahaan dapat memanipulasi sistem untuk keuntungan pribadi. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan yang seimbang yang tidak hanya memfokuskan pada transparansi tetapi juga pada pembangunan sistem yang tangguh terhadap penyalahgunaan.

Lebih jauh, debat tentang transparansi AI tidak hanya sebatas pada teknologi itu sendiri, tetapi juga pada bagaimana teknologi tersebut diterapkan dalam masyarakat. Undang-undang dan kebijakan yang kuat diperlukan untuk mengatur penggunaan AI, menetapkan standar untuk transparansi, dan melindungi hak-hak individu. Keterlibatan lintas disiplin ilmu---mulai dari teknologi informasi, hukum, etika, hingga ilmu sosial---adalah kunci untuk mengembangkan kerangka kerja yang efektif yang menghormati dan meningkatkan otonomi individu dalam era digital.

***

Akhirnya, mengatasi masalah opasitas dalam AI bukan hanya tentang meningkatkan transparansi tetapi juga tentang memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap teknologi ini. Peningkatan kepercayaan ini dapat dicapai melalui pendidikan dan keterlibatan publik yang berkelanjutan, memastikan bahwa masyarakat tidak hanya diberi tahu tentang bagaimana AI beroperasi tetapi juga terlibat dalam dialog tentang bagaimana teknologi ini harus digunakan untuk kemajuan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun