Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagaimana Mengatasi Negaholisme?

13 Januari 2024   09:11 Diperbarui: 17 Januari 2024   08:37 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi negaholisme. (Sumber gambar: Freepik/yanalya)

Dalam kehidupan sehari-hari yang sering kali diwarnai oleh pesimisme dan ketidakpastian, negaholisme - kecenderungan untuk melihat dunia melalui lensa negatif - telah menjadi tantangan nyata dalam lingkungan masyarakat kita.

Beberapa artikel yang saya temukan dari berbagai sumber (lihat di akhir artikel ini) mengungkapkan bahwa negaholisme dapat memengaruhi kesejahteraan individu, hubungan antarpersonal, dan produktivitas di tempat kerja. Juga, ada tiga artikel yang ditulis oleh kompasianer, silakan dicari dengan kata kunci "negaholic".

Artikel ini mengulas dari perspektif yang berbeda, menyelami lebih dalam tentang fenomena ini, menjelajahi dampaknya pada kehidupan pribadi, keluarga, dan lingkungan kerja, serta menawarkan strategi konkret untuk mengubah sikap negatif menjadi dorongan positif dalam pembangunan diri dan masyarakat.

Mengenali Negaholisme

Negaholisme, atau kecenderungan untuk bersikap negatif, adalah konsep yang mungkin tidak terlalu familiar dalam masyarakat kita, tetapi memiliki dampak signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Negaholisme dapat ditemukan dalam berbagai situasi, mulai dari lingkungan kerja hingga interaksi sosial. Misalnya, di lingkungan kerja, seseorang yang selalu melihat sisi buruk dari setiap situasi atau rekan kerja yang sering mengeluh dapat dikategorikan sebagai negaholic. Mereka cenderung menyebar energi negatif yang dapat memengaruhi semangat tim dan produktivitas.

Mengenali ciri-ciri seorang negaholic adalah langkah pertama dalam mengatasi masalah ini. Beberapa ciri yang sering muncul meliputi sikap negatif yang berlebihan, resistensi terhadap perubahan, dan kecenderungan untuk menyalahkan faktor eksternal atas kesalahan atau kegagalan. Di masyarakat kita, hal ini mungkin termanifestasi dalam bentuk penundaan pekerjaan, sering mengeluh tanpa mencari solusi, atau sikap apatis terhadap peluang baru.

Menariknya, konsep negaholisme ini sejalan dengan budaya kita yang menghargai harmoni dan sikap positif. Dalam masyarakat yang sering menekankan pentingnya menjaga perasaan orang lain dan keseimbangan sosial, sikap negatif yang berlebihan dapat dianggap sebagai gangguan. Oleh karena itu, pengenalan dan penanganan negaholisme penting, tidak hanya untuk kesejahteraan individu tetapi juga untuk menjaga harmoni dalam lingkungan sehari-hari, seperti lingkungan kerja, keluarga, dan masyarakat yang lebih luas.

Negaholisme tidak hanya tentang individu yang bersikap negatif, tetapi juga tentang bagaimana sikap ini memengaruhi orang lain di sekitar mereka. Mengenali dan mengatasi negaholisme menjadi penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif dan produktif, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.

Menghadapi Negaholisme dalam Keluarga dan Masyarakat

Menghadapi negaholisme di sekitar kita, terutama dalam konteks keluarga dan masyarakat, memerlukan pendekatan yang sensitif terhadap nilai-nilai budaya. Di banyak keluarga, menjaga harmoni dan menghindari konflik merupakan hal yang penting, yang kadang-kadang membuat sulit untuk mengatasi sikap negatif.

Komunikasi yang efektif adalah salah satu aspek penting dalam menghadapi negaholisme. Di keluarga, hal ini berarti menciptakan ruang dialog yang memungkinkan setiap anggota keluarga untuk menyampaikan perasaan dan pendapat mereka tanpa takut dikritik. Ini bisa menjadi tantangan, terutama dalam keluarga yang menjunjung hierarki atau budaya yang lebih patriarkal. Namun, mendengarkan dengan empati dan merespons tanpa menghakimi dapat menjadi langkah pertama dalam mengurangi sikap negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun