Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Teori Maslow dalam Era AI: Gaya Hidup, Kebutuhan atau Keinginan?

28 Agustus 2023   05:30 Diperbarui: 28 Agustus 2023   05:37 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Serena Wong dari Pixabay 

Dalam menghadapi era yang semakin terintegrasi dengan teknologi, pergeseran perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan dan meraih kepuasan semakin kompleks. Kemajuan dalam ranah kecerdasan buatan (AI), sebagaimana yang ditunjukkan oleh peluncuran aplikasi chatGPT oleh OpenAI pada November tahun 2022, memicu pertanyaan mendasar tentang bagaimana individu berinteraksi dengan teknologi canggih ini. Apakah aplikasi seperti ini dipandang sebagai gaya hidup yang mencerminkan budaya modern, kebutuhan yang mendukung aspek psikologis dan sosial, atau keinginan yang lebih mendalam? Dalam konteks ini, relevansi teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi hal yang menarik untuk diselidiki.

Gaya Hidup dalam Era Teknologi

Gaya hidup modern semakin terkait dengan penggunaan teknologi sebagai bagian yang tak terpisahkan. Peluncuran aplikasi chatGPT oleh OpenAI dan tanggapan positif terhadapnya menunjukkan potensi bagi aplikasi semacam ini untuk menjadi bagian integral dari rutinitas harian saat ini. Gaya hidup mencerminkan preferensi dan kebiasaan individu dalam mengonsumsi teknologi dan layanan tertentu.

Bagi beberapa individu, aplikasi kecerdasan buatan mungkin telah menjadi elemen penentu dari gaya hidup mereka. Penggunaan reguler dan integrasi ke dalam rutinitas harian menunjukkan bahwa aplikasi semacam ini telah menciptakan dampak signifikan dalam mendukung gaya hidup saat ini.

Kebutuhan Psikologis dan Sosial yang Dipenuhi

Relevansi teori Maslow dalam konteks aplikasi berbasis kecerdasan buatan juga mengundang pemahaman tentang bagaimana aplikasi-aplikasi ini dapat memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di tengah interaksi yang semakin digital, aplikasi seperti chatGPT dapat mengatasi kebutuhan psikologis dan sosial.

Pertama, kebutuhan akan hubungan sosial dapat dipenuhi melalui interaksi dengan kecerdasan buatan. Individu yang merasa kesepian atau ingin mendiskusikan pemikiran dan ide-ide mereka dapat menemukan sarana dalam percakapan virtual ini.

Kedua, kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan terkait pencapaian dan kontribusi pribadi juga terpenuhi. Menggunakan aplikasi ini untuk memperoleh pandangan baru atau ide-ide kreatif dapat memberikan perasaan penghargaan kepada individu, bahkan dalam interaksinya dengan kecerdasan buatan.

Relevansi doktrin Maslow terhadap implementasi Kecerdasan Buatan juga kentara dalam konteks kebutuhan aktualisasi diri. Aplikasi semacam ini mendorong pengguna untuk berpikir lebih kreatif, merangsang imajinasi, dan mencapai potensi pribadi yang lebih tinggi.

Proses eksplorasi ide dan pencarian solusi melalui interaksi dengan Kecerdasan Buatan ini sejalan dengan konsep aktualisasi diri yang ditekankan oleh Maslow. Peningkatan kualitas hidup dan pencapaian pribadi dalam berbagai aspek kehidupan bisa menjadi hasil langsung dari penggunaan aplikasi semacam ini.

Keinginan: Aspek Mendalam dalam Interaksi dengan AI

Keinginan manusia yang lebih mendalam juga dapat diinvestigasi dalam konteks aplikasi berbasis kecerdasan buatan. Terlepas dari potensi keterbatasan aplikasi semacam ini dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia, mereka memiliki kemampuan untuk menggambarkan keinginan seseorang untuk eksplorasi dan penemuan. Di era yang menawarkan akses tak terbatas pada informasi dan interaksi, manusia semakin dihadapkan pada keinginan untuk mengeksplorasi pemahaman baru dan solusi kreatif.

Keinginan untuk menggunakan aplikasi seperti chatGPT juga dapat dikaitkan dengan minat dalam bereksperimen dengan teknologi dan menemukan potensi baru. Ini menginspirasi individu untuk mencoba hal-hal baru, mempertajam pemikiran kritis, dan merangsang kreativitas. Dengan demikian, penggunaan aplikasi semacam ini melampaui pemenuhan kebutuhan dasar atau kebutuhan psikologis; ini merupakan upaya untuk mewujudkan potensi pribadi yang lebih luas.

Kesimpulan

Dalam mempertimbangkan relevansi teori Maslow dalam konteks aplikasi berbasis AI seperti chatGPT, terungkap bahwa teori ini tetap relevan bahkan dalam era yang semakin terdigitalisasi. Sejalan dengan hierarki kebutuhan yang diuraikan oleh Maslow, aplikasi semacam ini dapat mengatasi kebutuhan sosial, psikologis, dan aktualisasi diri. Namun, yang lebih menarik adalah bagaimana aplikasi-aplikasi ini juga mencerminkan keinginan yang lebih mendalam untuk eksplorasi, penemuan, dan pencapaian potensi pribadi yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun