Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Me-rasa Merdeka

17 Agustus 2022   14:23 Diperbarui: 17 Agustus 2022   14:27 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ME-RASA MERDEKA

Kalau saat ini umur kita 30 tahun, atau berapa saja, itu berarti sejumlah itulah kita pernah merasakan pesta rakyat, memperingati hari kemerdekaan bangsa tercinta. Usia Indonesia saat ini sudah 77 tahun. Adalah sebuah kesyukuran bahwa setiap tanggal 17 Agustus, masyarakat bangsa bersama-sama bersuka cita, menggelar acara-acara mengenang detik-detik kemerdekaan itu.

77 tahun sudah masyarakat nusantara terbebas dari kekejaman penjajahan militer. Semangat dan perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan ini, menjadi sangat penting artinya untuk dirasakan, diimajinasikan, dipikirkan dan direnungkan, untuk selanjutnya diaktualisasikan kembali dalam bentuk yang baru, dalam situasi zaman kemerdekaan.

Bagi sebagian orang, kalimat semacam itu, akan terdengar hambar, karena terlalu normatif. Mereka, seringkali berbendapat kritis, bahwa makna kemerdekaan itu jangan didangkalkan hanya dalam pengertiannya yang sederhana: fisik-militer. Kita memang sudah merdeka, anak SD juga tahu ini: kemerdekaan dari pendudukan militer negara penjajah, dan bangsa pendudukan tidak berdaya menentukan nasib masa depannya sendiri.

Tetapi ada jenis kemerdekan lain, seperti merdeka dari penjajahan budaya, merdeka dari aroma bau busuk kemiskinan, merdeka dari keterbelakangan pengetahuan, merdeka dari kejahatan hantu narkoba dan dedemit judi online, merdeka dari rasa cemas akan masa depan karena tidak ada lapangan pekerjaan, merdeka dari keterjajahan ekonomi negara hegemonik, merdeka dari tekanan kejahatan global yang terorganisir, merdeka dari keterjajahan mimpi-mimpi masa depan yang ditawarkan negara-negara adi daya penuh muslihat, merdeka dari niat 'memperjualbelikan' kekayaan tanah air pertiwi, merdeka dari niat kolusif dan koruptif, merdeka dari motif mementingakan diri sendiri, kelompok dan golongan, dan merdeka-merdeka yang lain, yang tidak kasatmata namun efek penindasannya sangat mengerikan. Bahkan menjadi ancaman nyata namun tak disadari, kecuali setelah dampak buruk itu menerpa generasi ini.

Yang paling fundamental, adalah merdeka dari motif, niat, maksud: menggunakan kekuasaan negara (eksekutif, legislatif, yudikatif) untuk memperoleh kekayaan pribadi, keluarga dan kelompok sendiri. Menggunakan dan memanfaatkan kelembagaan negara untuk tujuan ego pribadi semata-mata. Motif ini akan mengorbankan moral-ideologi konstitusi, mengorbankan moral-spritual pribadi, yang berarti juga menghiyanati amanat khalayak- rakyat, dimana pada dan untuk kepentingan ideal kemanusiaan merekalah, negara ini didirikan.

Namun syukur selalu, dalam kondisi yang demikian itu, masyarakat kita senantiasa optimis untuk selalu merasa merdeka dari "keterjajahan". Ini artinya, meskipun kita terjajah secara non fisik, kita tetap saja merasa merdeka. Arti yang lain, bahwa masyarakat kita selalu optimis menjalani kenyataan perjalanan sejarah bangsa tercinta, meskipun selalu 'terjajah' kezaliman oknum penguasa negara, baik penguasa yang memegang senjata, maupun penguasa yang memegang kebijakan-hukum.

Tapi kita tidak perlu membesar-besarkan, kalau kita sesungguhnya masih terjajah dalam pengertian yang sebenar-benarnya keterjajahan. Sebab toh kita sangat menikmati keterjajahan itu, dan bahwa banyak yang merenggut keuntungan dari keadaan kita yang demikian ini. 

Mungkin saatnya moral konstitusi ditegakkan, secara revolusioner. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun