Mohon tunggu...
Syafrawadi
Syafrawadi Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis lepas

Menulis berita kegiatan pribadi, informasi desa dan sejenisnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemajuan Sarana Komunikasi, Patut Kita Waspadai

19 Mei 2023   05:53 Diperbarui: 19 Mei 2023   05:56 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disamping itu yang namanya teknologi sudah pasti bisa digunakan untuk hal -- hal yang positif dan hal-hal yang negatif. Maka negatifnya juga bisa kita rasakan. Misalnya ketika bandar judi online menggunakan media ini maka itu sudah termasuk sebuah kejahatan. Ada juga yang menggunakan untuk penipuan. Sang penipu berkeinginan untuk menjerat calon korban dengan iming -- iming hadiah misalnya. Nah jika kita tergoda dan percaya begitu saja maka tak jarang juga terjadi hal -- hal yang tidak diinginkan, kehilangan uang di ATM karena ditipu, dirampok, bahkan dibunuh. Ada juga konten porno beredar dengan mudah di media sosial, bentuk gambar, video, suara dan sebagainya. Bahkan seorang Pekerja Seks atau Pelacuran bisa menjajakan dirinya di Media Sosial, lengkap dengan kecantikannya, bentuk pakaiannya, suaranya, bahkan bisa juga barangkali langsung videonya dengan Video Call. Canggih memang. Tapi itu sangat mengerikan dilihat dari penilaian moral masyarakat kita.

Ada juga yang bertengkar suami istri karena media sosial ini. Misalnya seorang istri memasang fhoto di media sosial, lantas dikomentari banyak orang dan terutama teman-temannya misalnya. Yang jadi masalah temannya yang laki-laki turut mengomentari dengan bermacam-macam sehingga menimbulkan kecemburuan suami wanita tersebut. Nah negatif juga kan ? Tetapi sebagai manusia yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, tidak mungkin meninggalkan media sosial ini karena alasan--alasan negatif tersebut.

Upaya mengurangi dampak negatif media sosial 

Dalam teori manajemen privasi komunikasi memang di desain untuk menjelaskan isu-isu "keseharian". Akan tetapi sebagai manusia yang menggunakan harus membuat pilihan dan peraturan mengenai apa yang harus dikatakan dan apa yang harus disimpan dari orang lain. Inilah istilah kita Saring dulu baru di Sharing. (saring atau filter, sharing dibaca sering adalah meneruskan)

Sudah seharusnya sebagai pengguna kita harus punya pembatas atau penyaring terhadap  Informasi privasi kita. Karena perasaan atau keadaan diri kita sendiri tidak mungkin dapat diketahui secara mendalam apakah itu pergerakan fisik kita, psikologi, emosional dan perilaku kita dapat diakses dengan mudah oleh orang lain. 

Karena di Media Sosial bukanlah kelompok orang atau komunitas yang sudah kita kenal saja. Ada banyak orang yang baru kita kenal. Bisa saja orang --orang yang menggunakan media sosial ini adalah seseorang yang berniat untuk kejahatan. Maka jika kita tidak memiliki atau tanpa batasan privasi dimaksud, maka akan dengan mudah diakses atau diketahui oleh khalayak atau publik dan bahkan disini juga bisa dimanfaatkan oleh orang untuk berbuat kejahatan terhadap seseorang. Misalnya saja kita memposting video diri kita yang sedang menari-nari dengan pakaian yang kurang tertutup. Kita posting di Tiktok, facebook. Kira-kira bagaimana tanggapan netizen ? pasti beragam. Disanalah hal negatif bermula dan akan terus menjadi besar. Apalagi seseorang akan meneruskan atau di sharing ke orang lain. Inilah salah satu maksud "Saring dulu baru sharing"

Upaya memperkenalkan seorang tokoh masyarakat yang akan dijadikan calon kepala daerah atau presiden misalnya. Hal itu dapat menggunakan media sosial ini secara luas sebagai ajang untuk bersosialisasi.  Hal ini termasuk juga upaya penggunaan media sosial untuk hal yang positif. Jadi secara umum dalam penggunaan media sosial ini kita harus memiliki berupa pembatas privasi kita agar penggunaan media sosial ini tidak berakibat buruk atau negatif terhadap kita dan orang lain.

Kesimpulannya sebagai upaya secara nyata di media sosial kita bisa melakukan beberapa langkah - langkah positif. Misalnya dengan membuat komunitas -- komunitas di media sosial apakah itu bidang Pengembangan hubungan sosial dan kreatifitas para remaja, sosialisasi organisasi politik, dan ormas -- ormas lainnya. Termasuk komunitas pedagang online. Komunitas Agama dan sebagainya yang bersifat positif harus terus dikembangkan. Tergantung kita dalam menyikapi. 

Apakah kita gunakan untuk hal yang positif atau negatif. Ketika kita sebagai seorang yang hobi menulis, maka salah satu media yang saat ini kita gunakan adalah kompasiana. Ini adalah sebuah langkah positif dimaksud. Maka dari itu dengan kondisi seperti ini sewajarnyalah kita mewaspadai kemajuan salah satu sarana berkomunikasi saat ini. Mewaspadai dampak negatifnya pada diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat Indonesia secara umum sudah seharusnya kita lakukan.

 Karena bagaimanapun kita bangsa indonesia merupakan bangsa yang bergama dan mempunyai nilai-nila kehidupan yang terkandung dalam dasar negara kita yaitunya Pancasila. Dan kehidupan kita diatur oleh nilai-nilai tersebut. Kemudian teknologi ini di kembangkan bukanlah untuk mefasilitasi langkah --langkah negatif akan tetapi digunakan untuk kebutuhan atau kegiatan positif dan kemudahan manusia. Hanya saja barangkali kita yang salah menggunakan. Singkat kata Bijaklah ber Media Sosial. Semoga apa yang saya uraikan ini bermanfaat bagi kita semua khususnya pembaca kompasiana dan lebih khusus lagi komunitas "motivasiana".

Wassalam

Selamat Hari Komunikasi Internasional, 17 Mei 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun