Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kiper Tua dalam Sepak Bola: Berkah, Bukan Musibah

18 Juli 2025   08:00 Diperbarui: 18 Juli 2025   11:59 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiper legendaris Italia, Dino Zoff, pada 1972 (sumber: Wikipedia)

Dalam sepak bola, penjaga gawang adalah makhluk paling kesepian dalam tim. Bayangkan saja, jika timnya mencetak gol dan menang, kiper dan fans biasa berasumsi kalaupun kiper punya andil, paling sedikit saja. Di sisi lain, jika tim lawan mencetak gol, kiper-lah yang pasti pertama kali disalahkan. Belum lagi dalam adu penalti. Beban berat tersandang semata di pundak sang kiper.

Karena itulah, posisi kiper sering dianggap sebelah mata. Dalam pemilihan pemain sepak bola terbaik dunia saja, misalnya, posisi kiper nyaris tidak pernah masuk nominasi, apalagi menang.

Untungnya, situasi mulai berubah. Kiper sekarang mulai disadari sebagai salah satu aset penting tim. Buktinya, banyak klub kini siap mengerahkan energi dan dana besar untuk mencari palang pertahanan terakhir mereka tersebut.

Permasalahannya adalah ada dilema apakah seorang kiper itu lebih baik yang tua alias berumur ataukah yang muda? Bagi mereka yang menentang kiper berumur, argumen utamanya adalah kiper merupakan pemain yang harus gesit, berefleks tinggi, dan punya konsentrasi bagus. Apalagi dunia sepak bola adalah olahraga keras bertempo tinggi yang membutuhkan vitalitas prima. Dalam bahasa politik, gerontokrasi (kekuasaan kaum tua) tidak boleh berlaku dalam sepak bola, termasuk bagi posisi kiper.

Padahal, fakta-fakta sejarah membantah tesis ini. Justru, banyak kiper berumur menuai sukses besar bersama tim mereka. Salah satu yang paling legendaris tentunya kiper tim nasional Italia, Dino Zoff, yang berhasil mengantarkan timnya menjuarai Piala Dunia 1982. Kala itu, Zoff berusia 40 tahun. Alhasil, Zoff tercatat sebagai pemain tertua yang menjuarai Piala Dunia. Kompatriot Zoff berbeda zaman, Gianluigi Buffon, juga sukses membawa Juventus memenangi berbagai trofi dan ia baru mengakhiri kariernya di usia 45 tahun pada 2023 saat membela klub awalnya dulu, Parma.

Terakhir, salah satu legenda kiper MU, Edwin van Der Sar, juga berusia gaek tatkala direkrut MU dari Fulham pada 2005. Kala itu dicibir karena berusia 34 tahun, van Der Sar justru membuktikan diri sebagai salah satu kiper tertangguh MU dan sukses menyumbangkan berbagai trofi, termasuk trofi Champions, sebelum pensiun pada usia 40 tahun.

Artinya, dengan posisi kiper yang punya beban mental luar biasa sebagai "makhluk paling kesepian dalam tim", kiper berpengalaman matang usia-lah yang sejatinya lebih berpotensi menanggung itu. Jadi, kiper tua itu sesungguhnya berkah alih-alih musibah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun