Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Investasi 101: Setiap Produk Investasi Punya Jebakan

10 Juli 2025   13:53 Diperbarui: 10 Juli 2025   14:12 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan utama manusia hidup pastilah meraih kebahagiaan dunia maupun akhirat. Urusan akhirat tentu tergantung pada amal ibadah masing-masing dan rida Tuhan, tapi urusan dunia memerlukan sokongan finansial. Memang kita bisa saja melakukan beribu justifikasi filosofis (percaya deh, saya punya banyak stok teoretis untuk itu) bahwa bahagia itu bisa tercapai tanpa harta memadai. Akan tetapi memiliki simpanan keuangan secara  cukup sudah jelas lebih memungkinkan kita untuk memberikan kebahagiaan bagi keluarga. Sebab, segala sesuatu mulai dari makan, sekolah, hingga kesehatan pastilah membutuhkan uang. Dengan uang berlebih juga kita akan dimudahkan untuk memberikan bantuan dan manfaat kepada orang banyak.

Karena itu, salah satu kunci meraih kebahagiaan dunia adalah perencanaan keuangan yang seksama dengan menginvestasikan simpanan kita pada instrumen investasi yang tepat. Tanpa investasi, uang tidak akan bertumbuh dan uang kita di celengan atau bawah bantal maupun brankas akan turun nilainya karena inflasi tiap tahun.

Namun, kita harus ingat bahwa tidak ada instrumen investasi yang sepenuhnya aman. Adagium no pain no gain dan low risk low return berlaku di sini. Artinya, kalau mau imbal hasil (return) tinggi pada produk investasi, kita harus berinvestasi pada produk yang risikonya tinggi.

Ada banyak produk ataupun lahan berinvestasi, namun semua pasti punya jebakan alias kelemahannya sendiri, pun instrumen yang dibilang paling aman sekalipun seperti saya uraikan di bawah ini. Uraian ini saya buat berdasarkan pengetahuan (kebetulan sudah 13 tahun mengajar di fakultas ekonomi salah satu universitas) maupun pengalaman kecil-kecilan berinvestasi.

1. Deposito 

Tanpa perlu memelototi laporan keuangan bank atau memantau pergerakan bursa, uang kita di deposito akan bertambah dengan sendirinya. Namun, bunga deposito secara umum kecil di bawah tingkat inflasi tahunan sehingga uang kita biasanya justru menurun nilainya. Belum lagi bunga deposito dipajaki 20 persen. Belum lagi juga jika deposito ditaruh di bank dengan kredibilitas rendah yang sewaktu-waktu bisa tutup, seperti dalam kasus beberapa bank BPR beberapa waktu lalu.

2. Emas. Belakangan ini emas sedang menjadi primadona karena harganya yang meroket tajam mengalahkan inflasi. Namun, emas memiliki risiko hilang karena logam mulia biasanya berukuran kecil. Kemudian, sebenarnya ada selisih antara harga jual dan harga beli emas yang kadang cukup besar hingga menyusutkan imbal hasil secara signifikan. 

3. Obligasi. Surat berharga ini dianggap lebih memberikan imbal hasil lebih tinggi di atas deposito berupa kupon. Akan tetapi, obligasi itu kurang likuid karena ada periode penguncian dalam waktu tertentu (biasanya minimal 2 tahun). Jikapun kita membeli obligasi yang bisa diperdagangkan di pasar sekunder, harga obligasi itu bisa turun ketika bunga deposito naik (yang menipiskan atau melampaui selisih dengan kupon obligasi, sehingga harga obligasi turun. Kupon obligasi pun dipajaki 15 persen. Terakhir, ada juga risiko gagal bayar (default) jika penerbit obligasi, utamanya dari swasta, mengalami masalah keuangan atau bangkrut.

4. Reksa dana. Instrumen ini memang tidak merepotkan kita untuk memelototi kinerja keuangan perusahaan emiten seperti halnya jika kita berinvestasi di bursa saham. Meskipun demikian, kita tetap harus melakukan riset untuk memilih manajer dana (fund atau Investment manager) yang mumpuni serta mencermati pergerakan nilai aktiva bersih (NAB) dari reksa dana kita. Seperti saham, ada kemungkinan reksa dana kita (terutama reksa dana saham dan campuran) merosot nilainya.

5. Saham. Investasi saham jelas memiliki risiko tinggi anjlok tiba-tiba nilainya. Oleh karena itu, horison investasi saham haruslah yang berjangka panjang untuk mengurangi kecemasan. Investasi di saham menuntut kita punya energi dan pengetahuan lebih untuk mengikuti isu-isu ekonomi maupun kebijakan publik.

6. Cryptocurrency. Investasi ini relatif baru sehingga masih banyak celahnya. Selain itu, investasi pada matauang kripto yang sudah kredibel seperti bitcoin membutuhkan dana besar dan nilainya juga bisa turun seperti saham. Berinvestasi pada kripto membutuhkan pengetahuan dan kompetensi lebih ketimbang berinvestasi pada saham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun