Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengenal Empat Model Pemulihan Ekonomi Untuk Negeri

15 Maret 2025   18:25 Diperbarui: 15 Maret 2025   17:04 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Banyak orang pasti mengakui bahwa kondisi ekonomi kita masih belum pulih dari situasi sehabis pandemi Covid-19. Ruko-ruko yang kosong dengan poster dijual, sepinya pusat-pusat perbelanjaan, dan lemahnya daya beli masyarakat kelas menengah merupakan kenyataan yang tak bisa ditampik.

Apa yang terjadi dengan perekonomian negeri ini sebenarnya? Mari kita lihat berdasarkan empat model pemulihan ekonomi.

Empat Model 

Secara teoretis, ada empat model pemulihan ekonomi pasca-krisis yang bisa dilambangkan dengan huruf alfabet (A Prasetyantoko, Ponzi Ekonomi, Kompas, 2010, hal. 29-30). Pertama, model "V" yang optimistis, di mana krisis akan segera berakhir. Model ini ditandai dengan gejala penurunan ekonomi yang segera menyentuh dasar sebelum kemudian bergerak baik.

Kedua, Model "U" di mana skenario pemulihan menunjukkan gejala perekonomian berada pada titik dasar yang cukup lama akibat kerusakan ekonomi sangat parah. Dalam model ini, penurunan kinerja ekonomi diikuti oleh fase keterpurukan cukup panjang sebelum akhirnya mengalami pemulihan kembali.

Ketiga, Model "L" yang sangat pesimistis di mana krisis diikuti oleh fase penurunan kinerja ekonomi dan secara berkelanjutan perekonomian tidak menunjukkan perbaikan kinerja yang memadai. Karena model ini pernah dialami Jepang, model ini disebut juga sebagai Japan's deflationary trap.

Keempat, Model "W" di mana pemulihan yang terjadi dianggap sementara saja sebelum memasuki krisis kembali. Artinya, sebelum suatu negara pulih sepenuhnya akibat fenomena krisis pertama, ia kembali mengalami hantaman krisis kedua. Makanya, fenomena ini sering disebut sebagai double-dip crisis.

Beranjak dari empat model di atas, pertanyaan relevannya bagi kita adalah, "Indonesia tergolong model yang mana"? Jelas, model "V" adalah yang paling ideal, sementara model "J" dan "L" paling tidak diharapkan. Di sisi lain, model "W" merupakan pola yang paling kerap terjadi. Dengan kata lain, model "V" mewakili satu ekstrem, model "J" dan "L" merepresentasikan ekstrem lain, sementara model "W" adalah titik tengah.

 Karena itu, agenda terdekat bagi kita adalah bergerak menjauhi titik tengah terlebih dulu guna mendekati titik ideal model "V". Untuk itu, kita mesti tahu bahwa model "W" biasanya terjadi karena pemulihan ekonomi fase pertama ditopang oleh stimulus fiskal (seperti keringanan pajak dan subsidi), stimulus moneter (sukubunga rendah), dan penerbitan surat utang. Jika kedua stimulus itu dicabut, pemulihan ekonomi bisa mandek. Juga, penerbitan surat utang berpotensi menimbulkan gelembung yang menjadi beban negara di kemudian hari dalam bentuk pembayaran pokok plus kupon.

Artinya, supaya bisa menghindari krisis kedua, kita harus memainkan kebijakan gas dan rem secara seimbang. Sukubunga, misalnya, mulai bisa dinaikkan ketika konsumsi sudah terlihat membaik. Demikian juga subsidi dan keringanan pajak dapat dikurangi ketika situasi dianggap kondusif. Pemerintah pun perlu perlahan mengurangi kebijakan jor-joran penerbitan surat utang. Namun, sekali lagi syaratnya adalah bila konsumsi sudah pulih. Bila belum, menaikkan pajak, mengurangi subsidi, dan menaikkan sukubunga sama saja dengan menyulitkan rakyat.

Itu jika berbicara secara makro. Pemulihan ekonomi riil konkret di tataran mikro dalam bentuk penciptaan lapangan kerja (utamanya program padat-karya), pemenuhan kebutuhan pokok secara adil dan mencukupi, serta ketersediaan jaminan sosial yang memadai tetap harus menjadi perhatian serius pemerintah selain mengotak-atik indikator makro. Ini guna menghindari gejolak sosial yang bisa berujung pada anarkisme dan instabilitas politik. Jika semua itu bisa dilakukan, niscaya negeri ini akan mencapai Model "V" dalam pemulihan ekonomi. Semoga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun