Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Percakapan Heboh di Meja Makan?

1 Agustus 2025   12:51 Diperbarui: 1 Agustus 2025   13:26 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana hangat di meja makan (Foto: Hello Sehat) 

Percakapan Heboh di Meja Makan?

Oleh: Suyito Basuki

Saya dan istri terbiasa makan bersama.  Itu terjadi di pagi hari dan malam hari.  Kecuali hari Sabtu dan Minggu, di siang hari, kami makan sendiri-sendiri.  Istri makan siang di sekolah tempat ia ngajar.  Sering ia bawa bekal berupa nasi, sayur, dan lauk masakan pagi hari.  Sementara saya sebagai seorang pensiunan yang sering berada di rumah, saya makan siang sendiri.  Si bungsu kuliah dan menempati rumah di dekat kampus sedang kakaknya bekerja di sebuah bank di Semarang.  Pada akhir pekan, kami baru bisa bertemu antara  orang tua -- anak.

Saat makan pagi yang membutuhkan waktu 5-10 menit, tidak banyak yang kami percakapkan di meja makan, karena istri harus sudah sampai di sekolah sebelum jam 07.00 pagi, dan saya yang mengantarnya.  Pagi ini di meja makan, kami mempercakapkan soal anak kami yang lain belum lama melamar di sebuah lembaga pendidikan di kota Semarang sebagai guru seni budaya, belum mendapat panggilan.  Padahal saat wawancara, cerita anak saya, Ketua Yayasan dengan didampingi HRD memberi harapan bahwa di bulan Agustus akan mulai mengajar seni budaya di SD dari kelas 1 hingga kelas 6.   Memang setelah wawancara kemudian hari berikutnya dilanjutkan intervieu dengan Kepala SD dan praktek mengajar.

Mungkin Kepala SD tidak merekomendasi karena barangkali cara mengajar anak saya yang kurang sesuai?  Yang jelas bahwa praktek mengajar tersebut tidak diberi tahu sebelumnya, hanya panggilannya intervieu saja.  Tapi pikiran negatif itu segera kami tepis dengan celah harapan bahwa masih ada waktu untuk dipanggil pihak yayasan untuk benar-benar bekerja di lingkungan yayasan tersebut.  Maka solusinya kami harus bersabar menunggu dan menghadapi situasi seperti itu.

Percakapan yang lain yang kami bicarakan pagi ini adalah masalah setoran keuangan koperasi sekolah yang menurut istri belum clear.  Istri saya menjadi bendahara koperasi sekolah, mengurusi rekan-rekan guru dan karyawan sekolah yang melakukan aktifitas simpan pinjam.  Sehingga pembukuan untuk aktifitas itu menjadi tanggung jawabnya.

Akhir bulan Mei kemarin istri jatuh di kelas tempat ia menjaga test di kelas X.  Kelas tersebut ada trap-trapannya.  Istri tidak biasa di kelas itu, sehingga kemudian saat berjalan menuju siswa kakinya terpelecok dan tempurung lutut kaki kiri retak sehingga mengakibatkan operasi di rumah sakit dan belum pulih total sampai saat ini. 

Pada bulan Mei dan Juni istri tidak aktif di sekolah serta mengajukan cuti.  Selama ia tidak aktif dan cuti, maka urusan keuangan koperasi dikerjakan oleh rekan lain yang membantunya.  Hari-hari inilah ia bahkan sampai tengah malam mencocokkan uang koperasi, antara pinjaman dan setoran.  Rupanya pekerjaan itu belum clear juga, sehingga di meja makan ia masih mempercakapkan masalah itu.  Solusi yang kami dapatkan yakni, istri harus tetap bersabar, dan lebih teliti dalam mengecek lalu lintas keuangan koperasi sekolah.

Pada malam hari biasanya kami banyak ngobrol di meja makan.  Ada-ada saja biasanya yang kami percakapkan.  Mulai dari cucu-cucu kami, Rona dan Happy  yang ulang tahun, Rania yang mulai tumbuh kepintarannya, dan Devano yang sudah mulai belajar berjalan, anak-anak yang sudah berumah tangga hingga yang sudah bekerja dan yang masih kuliah, juga soal besok paginya masak apa dan lain-lain. 

Tadi malam kami berbicara tentang lutut kaki kiri istri yang masih sakit kalau ditekuk lebih dari 45 drajat.  Pada kontrol dokter fisioterapi hari Rabu yang lalu, istri disarankan supaya lebih berani berlatih menekukkan kaki, meski sakit harus dilatih, karena kalau tidak, dokter berkata, kesembuhan istri tidak akan maksimal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun