Namun meski demikian, sendratari tersebut dilakukan dengan sepenuh hati dan mengandung nilai --nilai nasionalisme. "Menari tidak hanya dengan tubuh tetapi dengan hati mengobarkan jiwa nasionalisme," demikian Awig dalam sambutannya di awal pertunjukan.Â
Ino Sanjaya, Ketua Sanggar Tari Kemerincing sendiri mengakui sendratari yang menceritakan perjuangan masyarakat Ambarawa dalam berperang bertahan memperjuangkan tanah tumpah darahnya melawan penjajah Belanda, proses persiapannya cukup panjang yakni sejak awal bulan Februari 2025.
Taktik Supit Urang
Sendratari Kolosal "Palagan Ambarawa" dengan iringan Karawitan Nayanika ini mengisahkan perjuangan rakyat Ambarawa melawan Sekutu dan NICA pada Desember 1945. Perjuangan rakyat Ambarawa tersebut di bawah komando Letkol Isdiman dan Kolonel Soedirman.
Pada adegan-adegan dramatik yang diawali dengan narasi perjuangan rakyat Ambarawa, pertunjukan ini merekonstruksi momen-momen penting seperti kedatangan pasukan sekutu, gugurnya Letkol Isdiman, pengkhianatan dalam perundingan, hingga kemenangan melalui strategi militer "Supit Urang" yang memaksa penjajah mundur dari bumi Ambarawa.Â
Strategi Supit Urang ini melibatkan pengepungan rangkap dari dua sisi, seperti gerakan capit udang, untuk mengurung dan melumpuhkan musuh.
Supit Urang sendiri adalah strategi perang dalam pertunjukan wayang dalam kisah pertempuran antara Pandhawa dan Astina dalam perang Baratayuda.
Peristiwa heroik tersebut bisa dilihat pada museum Palagan Ambarawa yang dideskripsikan melalui lukisan dan maket yang ada.
Sendratari berusaha menghidupkan kisah yang membuat masyarakat Ambarawa menjadi bangga dengan warisan perjuangan Letkol Isdiman dan Kolonel Sudirman yang kemudian menjadi Panglima Besar Jendral Sudirman tokoh pendiri TKR yang berkembang menjadi TNI, tentara penjaga rakyat Indonesia hingga saat ini.
Dukung Intan Pari