Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Solikin, Potret Pekerja Cuci Motor yang Gigih

9 Januari 2024   21:45 Diperbarui: 9 Januari 2024   22:08 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekerja dengan gembira (Sumber Foto: Dokumen Pribadi) 

Solikin, Potret Pekerja Cuci Motor yang Gigih

Oleh: Suyito Basuki

Mungkin setiap orang berkeinginan bekerja di sebuah kantor atau instansi dengan pakaian seragam yang memberi kesan rapi dan keren. Kerja model beginian, akan terima gaji setiap bulannya, jika itu di kantor pemerintahan atau BUMN besar kecilnya gaji tergantung tingkat pendidikan yang dikenyam.  Tetapi kenyataannya tidak semua orang bisa bekerja seperti itu.

Solikin (40) sehari-hari bekerja sebagai pencuci motor di lokasi sebuah Toko Onderdil dan Bengkel Motor di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.  Menurut pengakuannya, ia sudah bekerja selama 8 tahun.  Solikin yang bertempat tinggal di Desa Karangmojo wilayah yang masih masuk Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang itu kelihatan menikmati pekerjaannya. 

Pelanggannya dari daerah sekitar dan banyak pula dari Demak, Purwodadi, Kudus.  Sekedar tahu saja bahwa tempat bengkel dan cucian motor itu terletak di pinggir jalan raya Salatiga -- Bringin.  Orang-orang Demak, Purwodadi, Kudus yang melintasi jalan itu untuk pulang ke kota mereka, beberapa orang akan mampir dan mencucikan motornya.  "Bahkan ada yang dari Bali juga?"Katanya.  Kok tahu? "Lha itu platnya DK..."ujarnya sambil tertawa.  "Lho itu kan mahasiswa yang asalnya dari Bali, tapi tinggal di kota Salatiga ini," sanggahku yang membuatnya tertawa.

Ramai di Hari Raya

Mencuci 1 motor membutuhkan waktu sekitar 30 menit.  Biaya mencuci setiap satu motor dengan cara cuci salju ini adalah Rp. 15.000.  Di tempat cuci motor yang lain, cuci motor biasa, biaya rata-rata sepuluh ribu rupiah per motor.  Dari hasil mencuci motor satu hari, Solikin mendapat separo dari hasil itu. Misal saja satu hari dapat mencuci 20 motor berarti dia akan membawa pulang Rp. 150.000.  Tetapi jika yang mencuci motor 2 orang, berarti Rp. 150.000 itu tentunya akan dibagi dua, sehingga masing-masing akan mendapat Rp. 75.000.  Sementara Rp. 150.000 akan diberikan kepada pemilik tempat cucian.  Jika permintaan motor sepi, misal hanya 4 orang yang mencuci, maka bisa dihitung berapa pendapatan Solikin pada hari sepi itu. 

Jika hari biasa, motor yang dicucinya berkisar 25-30 buah motor.  Jika musim hujan, permintaan mencuci motor meningkat hingga kisaran 40 motor.  Pada waktu menjelang hari raya, permintaan pencucian motor lebih meningkat, bisa melayani cucian motor sampai kisaran 100 motor!  "Tapi itu dulu, sekarang banyak saingannya sehingga permintaan mencuci motor itu menurun."  Ucapnya. 

Oh ya nama tempat cucian Solikin bekerja, sama dengan nama Toko Onderdil dan Bengkel Motor pemilik cucian motor itu yakni: Raja Jegos.  Kata "jegos" dalam bahasa Jawa berarti pintar atau ahli.  Jika kata "raja jegos" tahu sendirilah artinya.  Artinya rajanya bengkel dan cuci motor yang pintar.  Pokoknya mengandung arti yang paling siiiplah....

"Lima belas ribu itu hanya rata-rata.  Jika motor itu motor trabas, maksudnya kelihatan sangat kotor karena digunakan untuk nrabas-nrabas, maka biaya cuci motor bisa lebih dari itu, bisa dua puluh, bahkan tiga puluh ribu," tambahan penjelasan Solikin soal biaya cuci motor dengan cara salju itu.

Rangen dan Kutu Air

Solikin mengaku karena pekerjaan yang ia lakukan selalu bersentuhan dengan air, maka kakinya kadang orang Jawa bilang sakit "rangen".  Sakit rangen itu sakit gatal-gatal di jari kaki dan di telapak kaki karena kutu air.  Ketika ditanya kenapa tidak memakai sepatu boot?  Dia pernah memakai sepatu boot, tetapi kakinya malah panas dan ketika terciprat air, kaki menjadi lembab sehingga lebih gampang terserang kutu air.  "Pernah juga saya pakai pakaian seragam harian yang terbuat dari plastik, tetapi panas dan tidak bebas bergerak, sehingga sampai sekarang pakai kaos dan celana pendek saja, jika basah kena panas malah segera menjadi kering," demikian ujarnya.

"Pernah sakit karena kecapekan sebab banyak permintaan mencuci motor," demikian ujar Solikin.  Yang dilakukannya kemudian dia beristirahat 2 hari dan banyak meminum vitamin C yang dijual di pasaran.  Jika sakit itu terkait dengan penyakit kulit rangen atau kena kutu air, dia hanya akan mengoleskan obat kutu air di sela-sela dan pada jari-jari kakinya.

Hati-hati, jaga kesehatan diri (Sumber Foto: Dokumen Pribadi) 
Hati-hati, jaga kesehatan diri (Sumber Foto: Dokumen Pribadi) 

Tetap akan Menekuni Pekerjaannya

Saat ditanya apakah ada keinginan untuk berhenti bekerja dengan melakukan pekerjaan lain, Solikin tersenyum dan menjawab, bahwa untuk saat ini belum terlintas di benaknya untuk melakukan pekerjaan baru tersebut.  Tidak ingin misal membuka usaha cuci motor sendiri?  Masih dengan tersenyum, dia mengatakan "belum" di sela-sela aktifitasnya menyemprotkan air sehingga busa-busa yang sebelumnya disemprotkan dan diusap-usap pakai kain menjadi meleleh dan motor menjadi bersih.

Istri Solikin ternyata hanya di rumah, sebagai ibu rumah tangga dengan merawat seorang anak dan keluarga.  Hal ini menunjukkan bahwa Solikin dan istri lebih mementingkan keluarga juga implisit pula menunjukkan bahwa hasil kerja Solikin mencukupi untuk kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan anaknya yang bersekolah di Madrasah atau setara dengan sekolah dasar. 

Memang untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan pendidikan anak, seseorang tidak harus bekerja dengan memakai seragam di sebuah instansi pemerintah atau BUMN dengan menjadi pegawai negeri atau ASN.  Bekerja apa saja sesuai denga minat dan kemampuan, asal dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati akan menghasilkan rejeki yang bisa digunakan untuk menghidupi keluarga, anak dan istri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun