Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Film Dokumenter Tunggul Wulung dan Kegelisahan Batin Manusia

1 April 2023   07:50 Diperbarui: 1 April 2023   07:51 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian crew dan pemain film (Foto: Pewarna)

Dalam pertapaannya, Kyai Tunggul Wulung bertemu dengan seorang bangsawan putri Kediri yang bernama Endang Sampurnawati.  Dikisahkan bahwa Endang Sampurnawati ini suka sekali bertapa.  Hal ini dilakukannya untuk mencari jati diri dan ketenangan hidupnya.  Kedua tokoh ini kemudian bertapa Bersama-sama.  Menurut sebuah buku sumber, pada saat mereka bertapa itulah, mereka mendengar sebuah bisikan atau wangsit supaya membaca sesuatu.  Setelah mereka cari, maka mereka menemukan sebuah tulisan di sebalik tikar yang mereka gunakan bertapa, tulisan hukum 10 perintah Allah yang di dalam kitab Injil tertulis dalam Keluaran 20:1-17.  Setelah membaca ayat itu, mereka kemudian turun gunung ke kota Mojowarno yang saat itu ada seorang misionaris yang bernama J.E. Jellesma, utusan NZG di Mojowarno. Mereka kemudian berguru kepada Jellesma tentang ngelmu Kristen.    Ada kisah unik, saat Jellesma mengajar, Tunggul Wulung datang dengan aji panglimunan, sehingga tidak diketahui oleh orang banyak.  Namun saat jemaat pulang, Jellesma mendekatinya dan menegurnya.  Tunggul Wulung merasa ngelmunya telah dikalahkan.  Adapun Tunggul Wulung datang ke rumah Jellesma karena sinar ajaib yang ternyata bersumber dari rumah Jellesma.  Ternyata sinar ajaib itu berasal dari kitab yang tengah dibaca oleh Jellesma. Setelah beberapa bulan belajar, kemudian mereka mewartakan Injil kepada orang-orang di daerah Malang dan sekitarnya.

Adegan saat Tunggul Wulung dialog dengan Jellesma (Foto: Pewarna)
Adegan saat Tunggul Wulung dialog dengan Jellesma (Foto: Pewarna)

Setelah kemudian dibaptis oleh Jellesma, Kyai Tunggul Wulung mendapatkan imbuhan nama baptis Ibrahim, maka mereka pun berdua yang telah berstatus sebagai suami dan istri, Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dan Nyi Endang Sampurnawati melakukan perjalanan yang mereka sebut "tapa ngrame" dengan cara berbuat baik dan memberitakan kabar sukacita, Injil kepada masyarakat yang mereka temui hinggal kemudian mereka membuka hutan untuk pemukiman di daerah Ujung Jati dan Bondo Jepara.  Selain pemukiman, mereka juga membuka sebuah pasamuwan di daerah Bondo Jepara.  Selain itu dalam perjalanan pelayanannya, Kyai Tunggul Wulung juga membuka pelayanan di Banyutowo dan Tegalombo yang termasuk wilayah Kabupaten Pati Jawa Tengah.


Redefinisi dan Revitalisasi

PEWARNA (Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia) pusat memiliki perhatian besar dalam kisah legendaris ini.  Bukan hanya pada kisah Tunggul Wulung ini saja, tetapi juga pada para pekabar Injil Jawa yang telah memberi diri dalam pelayanannya, seperti Paulus Tosari (Mojowarno Jawa Timur) dan Kyai Sadrach (Purworejo Jawa Tengah).  Bulan Maret 2022 yang baru lalu, PEWARNA Pusat yang dikomandani oleh Yusuf Mujiono ini telah melakukan napak tilas ketiga tokoh legendaris penginjik Jaw ini.  Yusuf Mujiono (57), menurut keterangannya ingin menggali semangat penginjilan para tokoh legendaris ini.  Selain itu, menurutnya, kebudayaan Jawa yang kental sekali digunakan sebagai sarana penginjilan sangat menarik untuk didalami.  "Kita tidak bisa lepas dari kehidupan berkebudayaan.  Kita menggali nilai-nilai budaya khususnya budaya, Bahasa Jawa yang digunakan oleh para tokoh legendaris penginjil Jawa ini."

Seorang narasumber, Ki Suyito Basuki (58), seorang pendeta yang melayani di GITJ (Gereja Injili di Tanah Jawa) Kedung Penjalin Jepara yang juga adalah Ketua Dewan Penasihat PEWARNA PD Jateng, dalam uraiannya sebagai narasumber beberapa waktu yang lalu menyampaikan bahwa penggalian semangat dan metode penginjilan Tunggul Wulung sangat penting pada era gereja masa kini.  Menurutnya, penginjilan masa kini hendaknya didefinisikan dan direvitalisasi berdasarkan semangat penginjilan yang dilakukan oleh para penginjil Jawa ini.  "Penginjilan saat sekarang ini memang banyak tantangannya, tetapi kita tidak boleh berhenti menyampaikan kabar sukacita ini, karena perintah Tuhan dalam amanat agung yang tertera dalam Matius 28:19-20 dan Kisah Rasul 1:8 jelas sekali.  Para Rasul telah melakukan pekerjaan ini sehingga terdapatlah jemaat mula-mula hingga meluas sampai saat ini.  Oleh karena itu kita perlu meredefinisi dan Merevitalisasi penginjilan, sehingga spirit para penginjjil Jawa, baik Tunggul Wulung, Paulus Tosari ataupun Kyai Sadrach bisa kita tangkap dan memberi energi baru dalam pewartaan." Demikian pendeta yang juga memainkan wayang wahyu atupun wayang purwa dalam pengembangan pelayanannya.

Saat pengambilan gambar narasumber (Foto: Pewarna)
Saat pengambilan gambar narasumber (Foto: Pewarna)

Pembuatan Film Dokumenter

Sehari setelah melakukan pelatihan pembuatan film pendek, Rabu 22 Maret 2023 di GITJ Bondo Jepara, maka Kamis 23 Maret 2023, PEWARNA Pusat melakukan pembuatan film documenter Kyai Tunggul Wulung.  Film dokumenter yang disutradarai oleh Gabriel Hartanto yang juga sekaligus penulis naskah skenario filmnya itu, selain dikerjakan oleh crew film dari PEWARNA Pusat Jakarta, juga melibatkan para peserta Latihan pembuatan film pendek itu menjadi aktor dan aktris serta pekerjaan teknis syuting di lapangan.  Lokasi syuting diambil di wilayah sekitar desa Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara.

Yahya Kumarawangi (23) seorang pemeran petani dan murid Tunggul Wulung merasa terkesan dengan dilibatkannya sebagai seorang pemain dalam film dokumenter itu.   Yahya Kumarawangi yang adalah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Prodi Kependidikan Seni Rupa itu menyatakan pengalaman terlibat dalam pembuatan film itu merupakan pengalaman yang luar biasa.  Menurutnya," Saya belajar banyak dari proses pembuatan film kemarin, sekaligus menginspirasi kami untuk membuat film pendek juga," demikian ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun