Berusaha Mendapat Beasiswa
Setelah satu tahun hidup dengan keluarga budhe, kemudian tahun kedua dan ketiga saya tinggal di asrama putra sekolah kami. Kalau tidak salah, setiap bulannya, untuk uang makan kami membayar 18 ribu rupiah.Â
Di tahun 1981-1983 uang sejumlah itu masih dapat digunakan hidup sebulan di asrama. Kewajiban kami di asrama, malam hari harus belajar dan melaksanakan tugas-tugas yang sudah terjadwal baik dalam hal kebersihan maupun piket mengambil makanan dari dapur umum.
Saya merasa tidak pintar-pintar amat jadi seorang siswa. Tetapi bersyukur saat itu mendapat beasiswa Supersemar setiap bulannya. Saya tahunya mendapat beasiswa Supersemar itu begini.
Setelah beberapa waktu pengajuan, saya sedang belajar di kelas. Kemudian terdengar suara batuk di luar kelas, dan saya hafal betul itu suara batuk ibu saya. Ternyata benar, ibu saya dipanggil untuk mengambil beasiswa yang saya dapatkan.
Hidup di rantau saat itu memang harus belajar untuk menghemat keuangan. Urusan makanan, kami sudah tercukupi di asrama.Â
Untuk pembelian alat mandi dan jajan menyesuaikan dengan keuangan. Kadang kami berjalan ke kota bersama-sama, kalau tidak ada uang ya hanya berjalan-jalan saja.Â
Pernah di sebelah sekolah ada sebuah lapangan Kridanggo namanya diadakan pasar malam. Kami anak-anak asrama, karena sedang tidak punya uang, hanya bisa menonton dari pintu loket saja.
Bekerja Sambilan
Lulus dari SPG tahun 1983, saya langsung mendaftar Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Ringkasnya saya diterima di Universitas Sebelas Maret Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang saya harapkan, bisa melanjutkan sekolah bagian pendidikan dan di luar kota.