Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stunting pada Anak dari Zaman ke Zaman dan Cara Mengatasinya

27 Januari 2022   08:28 Diperbarui: 27 Januari 2022   08:37 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: lifestyle.sindonews.com

Belanda datang ke Indonesia (Hindia Belanda) untuk mengeruk keuntungan dari hasil bumi dan rempah-rempah yang melimpah di wilayah nusantara.  Politik etis atau balas budi Belanda menunjukkan rasa bersalah mereka.  

Selain mereka memperhatikan irigasi dan emigrasi, mereka juga memberi kesempatan pada inlander untuk mengambil studi di dalam dan bahkan di negeri Belanda.  Sehingga kemudian timbulah pergerakan-pergerakan nasional yang kemudian menginisiasi kemerdekaan.  

Tetapi zaman itu memang harus diakui, banyak kesulitan penduduk dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka, sehingga berdampak pemberian asupan bergizi kepada anak-anak mereka jauh panggang dari api.

Jepang datang mengaku sebagai saudara tua.  Mereka memiliki misi penyelamatan Asia Raya.  Namun pada kenyataannya Jepang juga menguras kekayaan ekonomi Indonesia.  

Ada sesesorang yang sudah tua bersaksi bahwa Jepang memberi perintah waktu itu, semasa ada suara sirine, orang-orang di kampung harus bersembunyi, karena katanya musuh segera akan  datang.  

Saat sirine berbunyi, maka orang-orang di kampung bersembunyi, sehingga rumah menjadi sepi.  Saat itulah katanya orang-orang Jepang masuk ke rumah mengambil bahan-bahan  logistik berupa beras dan lain-lain yang ada di dalam rumah.

Pada masa itu, kakek saya bilang, orang makan seadanya.  Maka ada istilah makan dengan "dangkel gedhang" (akar pohon pisang).  "Dangkel gedhang"  diolah sedemikian rupa, sehingga dapat dikonsumi, sekedar pengganjal perut yang keroncongan.  

Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi anak pada waktu itu.  Mereka pastilah kesulitan memenuhi asupan yang bergizi untuk mendapatkan pertumbuhan tubuh yang normal.  

Kalau kita perhatikan foto-foto anak pada masa lalu, hampir tidak ada foto anak yang berbadan tambun.  Hampir semuanya kurus kerempeng dengan perut yang melesak kedalam.

Pada tahun 1970-an, saat pemerintah Indonesia menata ekonominya, kondisi  belum bagus-bagus benar.  Saya masih teringat saat mengikuti orang tua antre beras bulgur yang disediakan pemerintah. 

Pada waktu itu makan dengan nasi ditambah garam sedikit atau dengan sambal sudah cukup.  Karena kebiasaan itulah, sampai sekarang saya punya klangenan, kalau makan minta dibuatkan sambal, sambal apa saja.  Sambal korek (lombok, bawang, garam ditumbuk) atau sambel terasi, wah itu favorit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun