PADANG---Di rumah-rumah ibadah selalu terdengar khotbah yang jelas dan tegas. "Untuk apa merayakan tahun baru. Itu kebiasaan orang Yahudi dan Nasrani. Kita dilarang meniru-niru kebiasaan mereka."
Selalu itu tema khotbah tiap akhir tahun. Namun khotbah menguap sama cepatnya dengan menguapnya embun di daun-daun pepohonan halaman rumah ibadah tersebut.
Tiap malam tahun baru kotaku seperti kapal pecah. Beribu-ribu orang (atau mungkin jutaan)---jalan kaki, naik motor, naik mobil, naik angkot, naik sepedea, dan naik andong---pergi ke arah yang sama: pantai.
Mulai sekitar pukul 8 malam pusat kota, yang di dekat pantai itu, sudah ditutup bagi masuknya kendaraan saking macetnya.
Bunyi trompet bersaut-sautan. Bunyi mercon. Kembang api berdebum di langit yang cerah. Raungan kenalpot motor memekakkan telinga. Suara tangis anak-anak bercampur derai tawa ribuan orang. Semua nampak suka cita berjejalan menapaki jalan dua jalur di pinggir pantai kotaku.
Apakah para homo sapiens ini, gara-gara malam ini, berubah jadi Yahudi dan Nasrani?
Untuk membuktikannya aku mesti mencobanya langsung. Turun ke lapangan. Membaur dalam kegilaan malam pergantian tahun.
Selamat tahun baru 2013!