Terkadang butuh media tertentu untuk menyatukan rasa kasih sayang di antara keluarga. Hewan peliharaan adalah diantara alternatif media pemersatu kehangatan keluarga. Kebetulan semua anggota keluargaku menyukai kucing.
Dalam momen hari kasih sayang, aku dan keluarga memilih merayakan kasih sayang dari mata kucing-kucing kampung liar yang datang dan pergi dari rumah. Melalui kedua mata itu, yang belo dan jernih, si meong seolah berbicara dan mentransfer rasa sayang dan kepasrahan pada manusia tempatnya berlindung.
Maklumlah, walaupun suami-istri atau anak satu hubungan darah, selalu ada-ada saja sudut untuk berbeda pandangan. Namun melalui kasih dan kecintaan pada kucing, kami sekeluarga dipersatukan oleh hobi yang sama.
Dahulu sekali, waktu masih pacaran, aku menyebut calon istri dengan julukan "ratu kucing". Banyak sekali kucing kampung liar yang dipeliharanya di rumah. Kucing-kucing itu datang dan pergi begitu saja tanpa perlu alasan jelas. Walaupun begitu, ia tetap sayang pada semua kucingnya, tetap memberi mereka semua makanan, memandikan dan membuang kotorannya.
Sebagaimana diketahui, kucing acap membawa virus toksoplasma yang membuat seorang wanita yang terpapar parasit ini jadi sulit punya anak. Padahal, bila kucing rutin dibersihkan, divaksin dan kotorannya segera dibuang, maka virus ini tidak akan menyebar. Namun karena tinggal di daerah yang terbilang kampung, dan mungkin faktor-faktor lain juga, edukasi demikian belum dipahami secara luas.
Belakangan, setelah punya tiga anak, otomatis tidak ada lagi alasan untuk takut berinteraksi dengan kucing, bahkan dengan berseloroh aku katakan hitung-hitung sebagai media pencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Sekali memelihara kucing dua tiga pulau terlampaui.
Walaupun kucing liar, mimisup sangat jinak dan betah tinggal di rumah. Beberapa bulan kemudian ia mulai mengeluarkan hormon tanda minta dikawini. Maka datanglah seekor kucing liar jantan melamarnya dan langsung diterima oleh mimisup. Singkat cerita mimisup pun hamil lalu melahirkan beberapa ekor anak.
Setelahnya, setiap tahun, mimisup selalu hamil dan melahirkan beberapa ekor anak. Mungkin karena terlalu sering melahirkan, mimisup berubah perilaku menjadi lamban dan seperti idiot, tetapi tetap jinak. Di usia yang nampak sudah semakin uzur, mimisup tetap hamil dan anak terakhirnya bernama mumu baru berumur tiga bulan.