Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menjajal Pendakian Gunung Talang via Jalur Seroja

11 Desember 2017   11:02 Diperbarui: 29 Maret 2021   17:08 6259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Gunung Kerinci di kejauhan, Danau Diatas, Danau Dibawah dan Danau Talang dilihat dari bukit Cadas Gunung Talang, Sabtu (9/12/2017) 08.00 (Dok Pribadi)

Dalam artikel ini, penulis akan mencoba mengulas pengalaman, kesan, opini dan saran, dalam pendakian Gunung Talang secara solo melalui jalur Seroja, Air Batumbuk, Solok, Sumatera Barat, Jumat-Sabtu (8-9/12/2017) lalu. Seberapa menarik jalur ini?

Disebut "Jalur Seroja" karena jalur ini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) masyarakat Air Batumbuk dan sekitarnya yang menamakan dirinya "Siluncuang Rimbun Jaya" yang disingkat "SRJ" atau Seroja.

Oh iya, jalur Seroja merupakan jalur pendakian terbaru di Gunung Talang, yang mulai beroperasi terhitung 3 Oktober 2017 lalu. Dengan demikian, ada dua jalur pendakian Gunung Talang di Air Batumbuk (jalur lama dan Seroja) dan satu di Bukit Sileh, sehingga total ada tiga jalur pendakian yang kini umum dilalui para pendaki gunung Talang.

Posko Jalur Seroja (Dokpri)
Posko Jalur Seroja (Dokpri)
Peta jalur pendakian Seroja (Dokpri)
Peta jalur pendakian Seroja (Dokpri)
Perjalanan dimulai hari Jum'at (8/12/2017) siang, setelah shalat Jum'at, berangkat dari rumah di Padang pukul 13.00 sampai di Posko Pendaftaran Jalur Seroja pukul 14.00, mendaftar, membayar harga tiket masuk Rp10.000/orang. Pukul 14.15 mulai meninggalkan posko dan sampai di Cadas gunung Talang sekitar pukul 18.30.

Turun kembali hari Sabtu (9/12/2017) pukul 13.00. Normalnya, hanya butuh waktu sekitar 2 jam dari base camp Cadas hingga sampai di Posko Seroja, tapi penulis baru sampai Posko Seroja pukul 16.30 karena terlalu banyak berhenti.

Total lama pendakian melalui jalur ini sekitar 4 jam berjalan santai. Tapi penulis lebih sering berhenti untuk mendokumentasikan trek perjalanan, sehingga lebih 4 jam perjalanan naik dan 3,5 jam turun. Jika berjalan naik dengan ritme normal butuh sekitar 3,5 jam. Sementara para pendaki tanpa beban atau berbeban ringan bisa tembus dalam 2,5 jam saja.

Ikuti rambu-rambu begini, bernomor 01 s/d 42 (Dokpri)
Ikuti rambu-rambu begini, bernomor 01 s/d 42 (Dokpri)
Ketemu persimpangan ini, belok kanan. Ada rambunya. (Dokpri)
Ketemu persimpangan ini, belok kanan. Ada rambunya. (Dokpri)
Sepanjang perjalanan terdapat rambu-rambu yang cukup jelas, jadi kecil kemungkinan pendaki bakal kesasar. Jalur treknya sendiri cukup jelas, bersih, ranting-ranting disingkirkan, batang melintang yang cukup besar dipotong, sedangkan batang pohon yang masih tegak dan sudah mati umumnya telah ditebang demi pertimbangan keamanan.

Ada dua pos atau tempat pemberhentian dengan bangunan yang belum selesai. Di masing-masing pos, semak-semak dan pohon kecil telah dibersihkan, jadi dapat menjadi tempat mendirikan tenda.

Terlihat memang cukup banyak pohon hidup yang dikorbankan (ditebang) untuk membersihkan jalur dan membuat area mendirikan tenda. Sekedar saran, akan lebih baik andai kelak area, yang banyak pohon ditebangi tersebut, apalagi jika kenyataannya tidak benar-benar diperlukan, dapat ditanami lagi dengan pohon.

Pemandangan di awal perjalanan (Dokpri)
Pemandangan di awal perjalanan (Dokpri)
Dalam pembuatan jalur, akan lebih baik bila sesedikit mungkin menebang pohon, kapan perlu tidak ada pohon hidup berdiameter cukup besar dikorbankan. Semua demi keseimbangan alam. Pasalnya, untuk pemulihan area gundul bisa membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun.

Singkat kata, jalur Seroja nampak dikelola dengan serius. Perbaikan jalur masih terus dikerjakan. Pak Naldi, Ketua Posko Seroja, menuturkan pada penulis, bahwa tanggal 20 Desember 2017 mendatang akan diadakan gotong royong pembersihan jalur, termasuk memperbaiki trek R36-38 yang longsor.

Pemandangan di awal perjalanan sebelum masuk rimba. Nun di kejauhan nampak menyembul kecil puncak Talang. (Dokpri)
Pemandangan di awal perjalanan sebelum masuk rimba. Nun di kejauhan nampak menyembul kecil puncak Talang. (Dokpri)
Banyak "Bonus"

Para pendaki biasanya senang bila trek yang dilalui banyak "bonus" atau area datar. Nah, jalur Seroja ini sangat banyak bonusnya. Melimpah ruah. Boleh dikatakan 70% trek relatif datar dan 30% saja tanjakan yang relatif berat.

Mulai masuk rimba muda (Dokpri)
Mulai masuk rimba muda (Dokpri)
Begini pembersihkan jalur dilakukan (Dokpri)
Begini pembersihkan jalur dilakukan (Dokpri)
Tanjakan terdapat pada awal dan akhir perjalanan. Selebihnya dominan trek relatif datar. Jikapun bertemu tanjakan, dibuat trek sedikit melereng sehingga mengurangi tanjakan. Sebuah rancang-bangun jalur yang cerdas!

Tanjakan dimulai dekat posko pendaftaran, lebih kurang sekitar 250 meter. Setelahnya, trek relatif datar. Hanya sedikit menanjak, melalui semak belukar yang telah dibersihkan. Di sini pemandangan bukit-bukit dan kebun teh membentang luas.

Setelah itu, perjalanan mulai masuk hutan rimba. Di sini masih sering ditemui binatang pacat. Ada baiknya pendaki memakai gaiter dan sedia obat anti pacat seperti cairan tembakau, balsem, atau obat nyamuk cair.

Jalurnya bersih dan menyenangkan (Dokpri)
Jalurnya bersih dan menyenangkan (Dokpri)
Trek hutan rimba di jalur Seroja terasa sangat asyik sekali. Hutannya tidak terlalu rapat dan jalurnya bersih dari berbagai penghalang dan relatif sedikit trek licin dan berlumpur seperti di jalur lama Air Batumbuk. Pokoknya, serasa perjalanan wisata alam yang ringan dan menyenangkan.

Sekitar satu jam berjalan dari Posko Pendaftaran akan sampai di Pos 1, berupa pondok yang belum selesai, belum beratap. Ada balai-balai untuk pendaki duduk-duduk istirahat. Di sini dapat mendirikan tenda tapi perlu terlebih dahulu membersihkan area dari batang dan ranting pohon yang telah ditebang. Sumber air ada di lembah sebelah kiri shelter.

Setelah Pos 1, masih dominan trek datar diwarnai tanjakan ringan saja. Pohon-pohon mulai lebih besar tapi tidak begitu rapat. Sepanjang jalan terdengar suara gemericik air sungai di lembah sebelah kiri jalan. Udara sejuk dan menyenangkan.

Pondok pos 1. Di sekitarnya sudah dibersihkan untuk area mendirikan tenda. (Dokpri)
Pondok pos 1. Di sekitarnya sudah dibersihkan untuk area mendirikan tenda. (Dokpri)
Pemandangan ke arah Padang dari pos 1. (Dokpri)
Pemandangan ke arah Padang dari pos 1. (Dokpri)
Sekitar satu jam setelahnya sampailah di base camp Pos 2. Di sini telah dibangun pondok shelter tapi belum beratap. Di depannya ada area cukup luas untuk mendirikan tenda, sudah dibersihkan.

Pemandangan di sini cukup indah. Saat cuaca cerah terlihat Danau Kembar dan Danau Talang serta Gunung Kerinci nun di kejauhan. Sumber air berupa sungai kecil berair jernih berada tak jauh dari sini. Sinyal telepon genggam juga cukup kuat. Benar-benar tempat ideal untuk mendirikan tenda dan bermalam.

Setelah menyeberangi sungai kecil di Pos 2 ini, trek masih juga relatif datar, paling banter ada tanjakan ringan setelah sungai, kemudian kembali trek mendatar. Udara rimba terasa lebih lembab dan dingin. Tanah yang diinjak lebih lunak dan gembur.

Contoh trek setelah shelter 1. Relatif datar dan menyenangkan. (Dokpri)
Contoh trek setelah shelter 1. Relatif datar dan menyenangkan. (Dokpri)
Sekitar 30 menit meninggalkan sungai barulah ketemu tanjakan sekitar 45 derajat, tidak begitu panjang. Setelahnya mulai melereng punggungan. Lalu bertemu kembali tanjakan sekitar 45 derajat di rambu R36. Setelah rambu ini, sampailah di panorma di mana ada lereng longsor di depannya. Spot yang bagus untuk foto-foto.

Trek melereng bukit longsor. Untuk keamanan, pengelola posko telah memberi pagar kayu. Di dasar lembah ada sungai kecil yang jernih. Setelah sungai ini dilewati, trek kembali menanjak sekitar 45 derajat, melereng punggungan bukit.

Pos 2 (Dokpri)
Pos 2 (Dokpri)
Area di depan pos 2 dan pemandangan danau di kejauahan (Dokpri)
Area di depan pos 2 dan pemandangan danau di kejauahan (Dokpri)
Sungai kecil di dekat pos 2. Di sini penulis bertemu rombongan dari Riau. (Dokpri)
Sungai kecil di dekat pos 2. Di sini penulis bertemu rombongan dari Riau. (Dokpri)
Tanjakan ringan demikian sekitar 30 menit perjalanan. Setelahnya, sampailah di rambu R42 atau akhir jalur Seroja atau pertemuan dengan jalur lama Air Batumbuk, sekitar 300 meter sebelum basecamp Cadas, Gunung Talang.

Rute untuk menuju posko Jalur Seroja sama dengan Jalur Air Batumbuk lama, tepatnya sebelah kiri jalan berjarak 3 km sebelum jalur lama Air Batumbuk, tepat di dekat pengkolan depan Puskesmas, belok kiri menyusuri jalan beton kecil sekitar 2 km hingga sampai di posko pendaftaran. Telah ada dipasang rambu penunjuk jalan persimpangannya.

Dari Kota Padang, berjalanlah menuju arah Solok Selatan. Sekitar satu jam perjalanan akan sampai di persimpangan jalur Seroja, Air Batumbuk, Gunung Talang, Solok, Sumbar, tersebut.(*)

SUTOMO PAGUCI


Penulis di trek panorma R36-37. Matahari hampir tenggelam. (Dokpri)
Penulis di trek panorma R36-37. Matahari hampir tenggelam. (Dokpri)
Trek R37-38 lembah longsor (Dokpri)
Trek R37-38 lembah longsor (Dokpri)
Senja ketika penulis sampai di pertemuan jalur Seroja dan jalur lama Air Batumbuk (Dokpri)
Senja ketika penulis sampai di pertemuan jalur Seroja dan jalur lama Air Batumbuk (Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun