Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Aku Mencintai Karya-karya Penulis Indonesia?

10 September 2017   12:56 Diperbarui: 11 September 2017   09:48 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai pembaca setia karya-karya penulis Indonesia, tentu saya berharap para penulis pro tak rame-rame mengikuti jejak Tere Liye yang menarik 21 bukunya dari penerbit sebagai bentuk protes terkait pajak penulis.

Apa yang dilakukan Tere Liye dapat dimaklumi, apalagi setelah saya membaca artikel Dee Lestari di blognya. Namun rasanya tak perlulah menjadi gerakan boikot massal.

Jika perjuangan penulis pro seperti Tere Liye, Dee Lestari dll kelak berhasil, pajak penulis ditinjau ulang, dan kesejahteraan penulis makin baik, harapannya karya penulis Indonesia makin berjaya.

Mungkin benar bahwa gempuran karya-karya penulis asing di Indonesia sangat dahsyat. Novel-novel best seller penulis asing terlalu menggoda untuk dilewatkan. Demikian pula buku-buku ilmiah penulis asing, baik masih berbahasa asing terutama Inggris maupun terjemahan, masih jadi rujukan penting ditengah sedikitnya karya berkualitas asli Indonesia.

Namun demikian, tetap saja karya-karya penulis Indonesia menempati ruang khusus di hati dan budaya literasi orang Indonesia.

Bagi saya pribadi, buku-buku karya penulis Indonesia, baik novel fiksi maupun ilmiah, terasa lebih memiliki faktor "kedekatan" dibandingkan penulis asing. 

Kedekatan antara pembaca dan buku yang dibacanya antara lain karena faktor bahasa dan latar budaya. Kesamaan bahasa dan budaya memiliki pengaruhi yang luar biasa untuk melahirkan kedekatan di alam pikiran.

Walaupun sudah membaca novel terbaik penulis asing, seperti John Steinbeck (The Grapes of Wrath, 1939), Ernest Hemingway (The Old Man and The Sea, 1951), atau peraih Nobel Sastra 2006 Orhan Pamuk (Kar, 2002), tetap saja saya lebih menyukai karya-karya Mochtar Lubis seperti Harimau! Harimau!

Walaupun karya penulis-penulis asing di atas memiliki pesan moral yang universal sifatnya, akan tetapi latar geografis, budaya, politik dll di karya memberi "jarak" dengan alam pikir orang Indonesia seperti saya.

Jangan kawatir, karya penulis pro Indonesia akan tetap jadi tuan rumah di negeri sendiri, di dalam hati orang-orang Indonesia.(*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun